PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

2/07/2022

Opini Budaya: Filosofi Tebing Sungai

APERO FUBLIC.- Sobat budaya, kalau mau jujur sekali saja dalam kehidupan ini, kita pasti pernah merasakan kalau apa pun yang kita miliki selalu kurang bagus dibandingkan punya orang lain. Dari masalah rumah dan perabotannya, kendaraan, fisik, masalah pekerjaan, sampai masalah kekasih baik itu rupa dan tabiatnya. Ada ujaran berbunyi "rumput di halaman tetangga lebih hijau dari pada rumpun di rumah sendiri."

Sobat budaya, sebab inilah filosofi Tebing Sungai muncul. Mungkin kita pernah berada di tebing sungai, katakanlah ketika memancing ikan. Pada kondisi duduk memancing di sisi tebing sungai kita pastilah memperhatikan sisi tebing sungai di seberang yang berhadapan dengan kita. Pada saat pandangan kita memandang tebing di seberang itu. Pikiran kita mulai menerjemahkan apa yang kita lihat dan yang kita perhatikan.

Dalam pandangan kita, tampaklah tebing yang ada di seberang lebih strategis buat memancing dan tempat untuk duduk bagus. Begitu juga saat melihat arus sungai yang ada di seberang, juga tampak bagus dan cocok untuk melempar kail kita. Kita merasa tebing diseberang lebih bagus dan lebih baik dibandingkan dengan tebing dimana posisi kita sekarang memancing.

Karena kurang puas dan menilai tebing lebih bagus, kita mulai mencari cara untuk menyeberangi sungai untuk pindah lokasi memancing. Akan tetapi begitu sampai di seberang sungai, apa yang kita dapatkan ternyata tebing sungai dimana posisi kita tadi lebih bagus dari yang baru kita datangi. Sekarang tampak tebing sungai seberang kita lebih bagus dari yang kita datangi ini.

Kenapa bisa demikian? Karena pada saat itu kita telah tertipu oleh ilusi optik, apa yang kita pandang sebenarnya hanya bias pantulan cahaya yang bermain didalam benak kita dan mengendap menjadi harapan, di saat itulah mata kita memainkan peranannya mengaminkan isi benak kita, menjadikan apa yang kita pandang sesuai dengan keinginan kita padahal kenyataannya berbeda antara penglihatan dan kenyataan.

Begitulah, kita terlalu asik menerjemahkan segalanya hanya dengan indera penglihatan, tanpa kita libatkan indera yang lain dan satu lagi katalisator paripurna dalam diri kita yakni hati. Filosofi Tebing Sungai menjawab segala pertanyaan-pertanyaan di benak kita. Tanpa disadari selama ini kita telah menjadi salah satu sisi tebing sungai yang selalu memandang ke tebing sungai sisi lain, akhirnya membuat kita terperangkap dengan pemikiran dan pandangan sendiri sebagai salah satu tebing sungai tersebut. #Salam Bimakai

Oleh: Bimakai
Editor. Melly
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 8 Februari 2022.
(Editor Akuisisi disalah satu platform online & Founder Sekolah Menulis Online RSC). Kunjungi fortal  pibadi penulis di: www.bimakai.xyz

Sy. Apero Fublic

WASIAT LAIKA: DOA SI NENI (Syarce)

APERO FUBLIC.- Berikut adalah sebuah puisi karya Herdoni Syafriansah yang dipublikasikan menjadi syarce menceritakan tentang keadaan sosial masyarakat di era sekarang. Masa dimana kehidupan sosial yang lepas kendali. Hal demikian masyarakat hidup mengambang sebab tidak adanya pegangan kuat dan kemantapan pegangan hidup.

Pola pikir masyarakat yang liar, cenderung semaunya. Tidak ada nilai-nilai kesetiakawanan sosial sebab lebih mementingkan materi. Akal, kebenaran dan hati nurani kalah oleh emas dan uang. Seakan-akan manusia tidak berpikir lagi, tidak memiliki jiwa kemanusiaan lagi.

Rusak lingkungan alam sebab rakusnya manusia. Rusak lingkungan sosial sebab buruknya nafsu manusia. Hancur tatanan masyarakat sebab kezaliman dan tamaknya para pemimpin. Orang bodoh yang hanya mengandalkan sedikit uang dan pandai berkata bohong menjadi pemimpin. Penjilat lebih disukai daripa orang yang jujur dan berprestasi.  Begitulah kehidupan akhir zaman sebagaimana gambaran puisi berikut ini.

DOA SI NENI

Tuhan.
Tolong ajarkan kami berpikir.
Telah lama kami tiada berpikir.
Tuhan ajari pula kami merasai.
Telah lama perasa kami tak fungsi.
 
Tolong ya Tuhan, pecutlah agar kami berdiri.
Begitu lama merangkak menyiksa diri sendiri.
 
Tuhan yang pengasih.
Jauhkanlah kami dari keserakahan.
Tuntunlah dalam kedermawanan.
Berilah kami sifat peduli.
Menangis bila menyakiti.
Memilih mati tinimbang mendzalimi.
 
Tuhanku yang pemurah,
Kami melihat hanya gelap.
Kami mendengar hanya bising.
Hidung kami mampat, lidah kelu.
tangan, kaki, pikiran dan hati.
semua sedang sakit.
 
Kami memang tiada bakti.
Namun izinkan kami memohon.
Bersimpuh kemurahanMu.
Berilah kami kesempatan.
PadaMulah Cahaya di atas cahaya.
Sungguh kami tak putus asa.
KemilauMulah semesta raya.


Begitulah kiranya keadaannya, dimana dirinya merasa lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa untuk merubah keadaan. Maka yang hanya dapat dilakukannya sekarang hanyalah berdoa. Bukankah doa dapat mengubah segalahnya. Sebaikanya kita juga ikut berdoa dan kita menjadi manusia yang baik.

Oleh: Herdoni Syafriansah
Editor. Rama Saputra.
Sekayu, Januari 2014.
Buat sahabat semua, kirimkan karya puisi kamu atau karya tulis lainnya ke Apero Fublic. Buktikan kalau kamu bisa dan jadilah inspirasi untuk semua. Saran kunjungan tentang pembahasan kesastraan klik link berikut: www.bimakai.xyz

Sy. Apero Fublic

Sahabat Sejati: Kisah Burung Tattiuq dan Rusa. (Toraja)

APERO FUBLIC.- Pada suatu ketika seekor burung Tattiuq membuat sarangnya dan bertelur di sebuah ladang penduduk kampung. Tidak menyadari kalau padi sudah mulai menguning, yang sebentar lagi akan dipanen oleh pemilik ladang. Beberapa hari kemudian datanglah pemilik ladang datang keladangnya.”Sepertinya sudah siap di ketam padi kita.” Kata pemilik ladang itu.

Burung Tatiuq melihat kedatangan pemilik ladang. Dia baru saja mulai mengeram telurnya merasa sangat sedih sekali. Karena apabila pemilik mulai memanen padi, maka sarangnya akan rusak dan telurnya akan pecah. Belum tentu si pemilik ladang dan keluarganya baik terhadap hewan. Kebanyakan manusia memperlakukan burung dengan jahat. Seperti mengambil anak burung, memakan burung kadang hanya dirusak saja sarangnya. Betapa sedih hati burung Tattiuq akan hal tersebut. Menetaslah telur-telurnya, dan anak-anak yang terus bersuara yang berisik.

Suatu hari, burung Tattiuq pergi mencari minum disebuah anak sungai kecil sekitar ladang. Dia murung dan sering melamun memikirkan sarang dan anak-anaknya yang baru menetas. Sementara padi benar-benar sudah masak dan pemilik ladang telah berada di ladang terus mempersiapkan mengetam buah padi.

“Hai, sahabatku gerangan apa yang membuat kau begitu melamun dan murung dari tadi. Sehingga kedatanganku dari tadi tidak kau sadari.” Kata seekor rusah yang sudah berdiri tidak jauh dari burung Tattiuq bertengger. Burung Tattiuq sedikit terkejut dan dia tampak tidak bersemangat.

“Maafkan aku sahabat. Ada masalah besar yang terjadi menimpa. Aku terlanjur membangun sarang di tengah ladang penduduk kampung. Sekarang padinya sudah masak dan akan siap dipanen. Anak-anakku baru menetas belum dapat terbang. Sedangkan pemilik ladang sudah bersiap mengetam buah padi. Tentu kau akan tahu apa yang akan terjadi padaku, sarang dan anak-anakku.” Kata burung Tattiuq sambil menangis.

“Manusia kebanyakan akan merusak, tentu sarangmu akan dirusak, anak-anakmu akan diambil dan kau akan ditangkap.” Kata Rusa. Burung Tattiuq bersedih, rusa tampak diam berpikir bagaimana memecahkan permasalahan burung Tattiuq. Sampai-sampai rusa lupa untuk minum karena berpikir. Beberapa saat kemudian dia berkata lagi.

“Betapa malang hidupku.” Kata burung Tattiuq sambil menangis tersedu-sedu.

“Begini sahabat, maukah kau berjanji kalau kita akan menjadi sahabat sejati. Kita akan saling membantu dalam segala hal.” Kata Rusa.

“Tentu sahabat, asal saling membantu dalam hal kebaikan.” Mereka saling mengikat janji untuk saling membantu dalam segala hal sebagai sahabat seperti dua saudara sekandung. Rusa kemudian menasihati burung Tattiuq agar jangan bersedih lagi. Dia meminta burung Tattiuq segerah pulang ke ladang dan memberi makan anak-anaknya. Rusa akan membantu akan masalah yang menimpanya itu, dengan cara rusa sendiri.

Pemilik ladang mulai memanen padinya dari sekitar pondok ladangnya. Perlahan hari demi hari, dan sekarang mulailah mendekat ke sarang burung Tattiuq. Burung Tattiuq sudah gelisah sekali, kalau-kalau diketahui pemilik ladang. Dia meminta anak-anaknya jangan berisik lagi, diam saja di dalam sarang mereka. Sementara bulu anaknya sudah mulai tumbuh dan berkembang, tapi belum dapat terbang. Hari itu, pemilik ladang benar-benar akan memanen tempat dimana sarang burung Tattiuq berada.

Rusa yang terus mengawasi mulai menjalankan rencananya. Saat pemilik ladang mulai menuai padi rusa menampakkan dirinya. Melihat rusa jantan besar yang tampak jinak pemilik ladang terkejut, tapi dia menjadi gembira. Sementara induk burung Tattiuq pergi membuat sarang di tengah hutan agar aman.

“Rusa jantan yang jinak. Makan besar ini, kepala dan tanduknya akan aku jadikan hiasan, dagingnya akan Aku masak enak-enak.” Kata hati pemilik ladang. Dia berjalan hati-hati ke pondoknya dan mengambil tombak. Kemudian dia berjalan perlahan mencari rusa tadi. Tampak rusa sudah berjalan di tepi ladangnya memakan rumput segar. Pemilik ladang terus mengintai si rusa dan akan dia tombak.

Seharian dia mengintai rusa itu. Menjelang sore dia kembali ke ladang tapi tidak ada waktu lagi untuk memanen buah padi. Keesokan harinya juga demikian, saat pemilik ladang akan memanen buah padinya, kembali rusa muncul di sekitar itu. Tampak jinak, sambil memakan rumput-rumput segar. Kembali lagi si pemilik ladang mengintai dengan tombaknya. Anehnya si rusa selalu dapat membaca geraknya dan menjaga jarak dari pemilik ladang. Hari berikut juga demikian, rusa muncul dan tampak jinak.

Bulu anak burung Tattiuq tumbuh sempurna, dan sudah dapat terbang walau masih setengah melompat-lompat. Tapi dengan segera burung Tattiuq meminta anak-anaknya untuk terbang keluar dan segera pergi dari sarang mereka. Dengan segera juga mereka pinda sarang yang baru saja dibuat oleh burung Tattiuq di tengah hutan. Mereka sekarang aman dan terlindungi dari panas dan hujan. Setelah itu, rusa tidak lagi muncul dan pemilik ladang kembali memanen padinya. Dia menemukan sarang burung Tattiuq yang sudah kosong.

*****

Waktu berlalu, anak-anak burung Tattiuq itu sudah besar. Terbang bermain-main di seluruh hutan. Sementara itu, ada sebuah ladang petani yang banyak tanamannya. Tapi ladang petani itu selalu diserang hama babi dan kera.  Untuk mengatasi hama babi dan kera pemilik ladang banyak memasang jerat di sekitar ladangnya.

Suatu hari, rusa jantan yang pernah membantu burung Tattiuq berjalan-jalan di sekitar ladang petani itu. Rusa tidak mengetahui kalau banyak jebakan jerat terpasang. Rusa dengan tenang memakan rumput-rumput segar disekitar itu. Tampa sadari dia akhirnya menginjak sebuah jerat, dan tanpa ampun kakinya terikat dengan kuat.

“Ah, rupanya disini ada jerat. Kakiku terikat dan bagaimana aku melepaskan diri. Betapa kuat tali jerat ini dan pastilah tidak mungkin memutusnya.” Kata hati sang rusa. Rusa meronta-ronta berusaha melepaskan diri namun sia-sia. Justru tali jerat semakin kuat mengikat di kakinya. Rusa mulai putus asa. “Matilah Aku kalau pemilik jerat ini datang.” Jerit hati rusa.

Tiga ekor anak burung Tattiuq lewat berterbangan bermain saling mendahului. Sementara induk burung Tattiuq sedang bekerja mencari makan. Salah satunya melihat rusa itu. Lalu memberintahu saudara-saudaranya. Mereka teringat cerita ibunya, kalau dulu mereka dibantu oleh seekor rusa jantan yang baik. Seorang saudaranya terbang pergi memberi tahu ibu mereka yang sedang mencari makan. Dua saudaranya kemudian terbang menghampiri dan berjaga-jaga. Beberapa waktu kemudian ibu burung Tattiuq tiba di mana rusa terkena jerat.

“Hai sahabatku, maafkan semua salahku padamu. Juga sampaikan permintamaafpanku pada saudara-saudaraku. Sebab, sebentar lagi Aku akan mati. Mungkin sebentar lagi pemilik jerat ini datang dan menangkapku.” Kata rusa dengan lesu. Burung Tattiuq bersedih melihat sahabatnya terkena jerat.

“Sahabatku, jangan berputus asa. Kita akan berusaha dalam keadaan apa pun.” Kata induk burung Tattiuq.

“Usaha apa lagi, sahabatku. Kalau kita tidak dapat memutus tali jerat ini, mana mungkin aku bisa bebas.” Kata rusa putus asa.

“maukah kau mengikuti saranku, mudah-mudahan berhasil.” Kata induk burung Tattiuq. Rusa mengiakan, lalu dikatakanlah apa yang akan dia lakukan dan rencanakan. Kemudian burung Tattiuq dan anak-anaknya pergi. Mereka mencari-cari ulat, dan menemukan kotoran kerbau. Tampak pada kotoran kerbau banyak ulat-ulat bergerak. Kemudian mereka kumpulkan dan mereka bawa ke dimana rusa terkena jerat.

Banyak ulat yang ditebar disekitar rusa. Kemudian ulat-ulat ditaburkan keseluru badan rusa yang terbaring. Ada juga ulat yang diletakkan di mata (mata terpejam), di dalam telinga, di pantat, di hidung. Ulat-ulat itu, mengundang lalat dan semut datang. Sehingga banyak semut memakan ulat sekitar rusa dan lalat yang mengerubungi sekitar itu. Tampak sekali kalau rusa seakan sudah mati lama.

“Saat pemilik jerat tiba, kau tahan napas dan gelembungkan perutmu.” Kata burung Tattiuq. Rusa mengangguk dan berdoa agar rencana mereka berjalan lancar. Burung Tattiuq dan anak-anaknya terbang ke atas dahan pohon mengawasi.

Benar saja, beberapa saat setelah itu pemilik jerat datang. Burung Tattiuq memberi isyarat pada rusa dan rusa mulai menahan napas dan menggembungkan perutnya. Pemilik jerat begitu gembira melihat jeratnya mendapat rusa. Tapi kegembiraannya lansung berubah menjadi kekecewaan. Saat melihat ulat-ulat berserakan ditubuh dan sekitar tubuh rusa. Lalat dan semut juga banyak disekitar tubuh rusa.

“Yaaa. Sudah mati dan busuk. Tapi, tidak apalah. Kalau sudah hancur kulitnya, kepala dan tanduknya dapat dijadikan hiasan dinding.” Kata pemilik jerat, dia tampak sedih dan kecewa. Kemudian dia melepas tali jerat yang mengikat di kaki rusa. Karena dia ingin memasang jerat itu lagi. Dia seret tubuh rusa kesebelah jerat, dan diletakkannya.

“Nanti akan Aku datangi jerat sesering mungkin agar tidak ada yang mati sia-sia begini.” Kata si pemilik jerat. Dia berbalik dan melangkah meninggalkan tubuh rusa, lalu menghampiri jeratnya. Suara burung Tattiuq berbunyi sebagai tanda aman untuk lari. Pemilik jerat duduk dan mulai memasang jeratnya.

“Wussssss, grusakk-grusakkkk.” Pemilik jerat terkejut dan menengok ke arah suara. Dia melihat rusa yang dia sangka mati tadi melompat dan berlari kencang. Pemilik jerat tampak bingung dan keheranan sekali. Bagaimana mungkin rusa yang sudah berulat, perut menggembung masih bisa berlari. Muncul rasa takut, kalau-kalau hantu yang dia temui.

Rewrite: Tim Apero Fublic
Editor. Joni Apero.
Palembang, 5 Februari 2021.
Muhammad Sikki, Dkk. Struktur Sastra Lisan Toraja. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986. Kunjungi berikut portal pembahasan kesastraan lainnya: Klik Disini

Sy. Apero Fublic