1/17/2020

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.


Apero Fublic.- Raden Kamandaka sebuah cerita rakyat dari dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Cerita Rakyat ini bercerita tentang Kerajaan Pajajaran. Tentu tema dan subjeknya adalah Prabu Siliwangi raja Kerajaan Pajajaran. Tiga putra dan satu putrinya serta melibatkan kehidupan para bangsawan.

Kesaktian dan kekuatan supranatural menjadi topik bahasan dan induk alur cerita. Cerita Raden Kamandaka ini berbeda dengan cerita film Raden Kian Santang sebuah sinetron laga yang pernah populer di sebuah stasiun televisi. Kalau cerit di stasiun televisi ada persinggungan dengan Islam. Dalam cerita Raden Kamandaka berlatar kepercayaan Hindhu menyeluruh.


Dikisahkan masa kejayaan Kerajaan Pajajarana. Prabu Siliwangi memiliki empat orang anak. Anak pertama bernama Raden Banyakcatra. Anak kedua Raden Banyakngampar, dan putra ketiga Raden Banyakblabur. Sedangkan anak keempat seorang Putri bernama Retna Pamungkas yang lahir dari seorang selir.

Saat itu, Prabu Siliwangi sudah tua dan ingin menyerahkan tahtah kepada Raden Banyakcatra. Namun sebelum dinobatkan menjadi raja. Raden Banyakcatra harus menikah terlebih dahulu. Tapi sang raden belum memiliki calon pilihannya sendiri. Dia berkata pada Prabu Siliwangi kalau dia inging menikah dengan gadis yang wajahnya mirip dengan ibundanya. Maka Raden Banyakcatra pergi mengembara untuk mencari calon istrinya.


Sebelum berangkat dia bersemadi dan mendengar ilham dari Hyang Widih: “Hai Banyakcatra sudah cukup semadimu, pergilah ke gunung Tungkeban. Di gunung itu kau akan bertemu dengan seorang Resi  yang sangat sakti, Ki Hajarwirangrong namanya. Kalau sudah bertemu mintalah nasihatnya.” Bagian percakapan ini menjelaskan sangat kental nuasa Hindhuisme.


Dalam perjalanan setelah mendapat wangsit Dewata. Sebelum berangkat Raden Banyakcatra meminta nasihat Resi, Ki Hajarwirangrong. Setelah mendapat pencerahan Raden Banyakcatra pergi ke arah Pasirluhur dan langsung menuju Kepatihan Pasirluhur. Menghadap Patih Pasirluhur Raden Banyakcatra meminta untuk mengabdi di Kepatihan Pasirluhur. Mengubah namanya menjadi Kamandaka yang berasal dari Kalipuncang. Seiring waktu dimana sang Patih Reksanata tidak memiliki anak. Maka dia mengangkat Kamandaka atau Raden Banyakcatra menjadi anaknya.


Pada waktu itu, Kadipaten Pasirluhur dipimpin oleh Adipati Prabu Kandadaha. Sebuah perintah, Prabu Kandadaha memerintahkan Rekyan Patih untuk menyediakan beberapa orang penangkap ikan. Para putri Prabu Kandadaha ikut menyaksikan penangkapan ikan. Hanya putri bungsu bernama Dewi Ciptarasa ditemani biyung emban Nyai Kandeg tidak bergabung.

Dia hanya memperhatikan dari jauh dan matanya tertuju pada seorang penangkap ikan, Kamandaka. Setelah beberapa waktu Putri Dewi Ciptasari mencintai Kamandaka dan meminta datang ke Kaputren Kadipaten Pasirluhur. Seiring waktu Putri Dewi Ciptasari dan Kamandaka menjalin cinta. Kemudian, pada suatu malam pertemuan mereka diketahui prajurit dan Kamandaka dikenali.  Kamandaka dituduh sebagai seorang pencuri.


Prabu Kandadaha memerintahkan Patih Reksanata ayah angkat Kamandaka untuk membunuh Kamandaka. Tapi karena tidak tega dia memerintahkan Wiradusta. Kamandaka diserang saat mandi di sungai. Prajurit mengira Kalau manandaka sudah mati di sungai. Kabar tersiar kalau Kamandaka sudah mati. Membuat sedih Putri Dewi Ciptarasa dan bergembira para prajurit.


Raden Banyakcatra yang sudah lama berkelana tidak kunjung pulang. Maka Prabu Siliwangi memerintahkan Raden Banyakngampar untuk mencari dan segerah mengajak pulang ke istana Pajajaran. Raden Banyakngampar juga sampai di Kadipaten Pasirluhur. Lalu dia mengabdi dan menjadi prajurit dengan nama samaran Silihwarna. Adipati kemudian memerintahkan untuk menangkap atau membunuh Kamandaka yang dianggap pengacau.

Raden Kamandaka ternyata telah menjadi seorang penyabung ayam. Berangkatlah Raden Banyakngampar atau Silihwarna bersama prajurit berbaju samaran. Mereka membawa ayam aduan untuk menjebak Kamandaka. Pertarungan terjadi beberapa waktu dan sampailah puncaknya pertarungan Kamandaka dan Silihwara. Keduanya sudah tidak lagi saling mengenali karena sudah bertahun-tahun tidak berjumpa.


“Hei bedebah, kalau aku tidak dapat menandingi kesaktiamu, jangan kau sebut aku putra Maharaja Silihwangi, ratu agung di negeri Pajajaran. Mendengar perkataan yang dahsyat itu. Barulah Raden Banyakngampar tahu kalau Kamandaka adalah samaran dari sang kakak yang dia cari selama ini. Mereka bertukar cerita dan penjelasan sehingga saling meyakinkan. Setelah itu mereka pulang dan membohongi Adipati dengan megirim jantung dan darah anjing hutan untuk disantap Adipati. Kembali Putri Dewi Ciptarasa bersedih. Namun dia belum yakin karena dahulu Kamandaka juga pernah dikabarkan mati tapi belum mati.


Setelah pulang ke Pajajaran Raden Banyakcatra mendapat anugerag dewata. Dia mendapat semacam pakaian yang dapat mengubah dirinya menjadi seekor lutung. Seorang utusan Raden Banyakcatra menemui Putri Ciptarasa. Lalu dia mengirim surat kepada Kamandaka atau Raden Banyakcatra menjelaskan kalau dia masih mencintai Kamandaka. Beberapa waktu kemudian Adipati Kandadaha berburu dan menemukan lutung yang ajaib. Lalu membawak lutung ke istana kadipaten.

Karena ajaib semua putri Adipati ingin memelihara si lutung. Kelak dikenal dengan julukan Lutung Kasarung. Maka untuk menentukan yang berhak memelihara lutung adalah putri yang disukai lutung. Maka setiap Putri Adipati diberi satu buah pisang, lalu ditugaskan memeberikan pada si lutung. Apabila saat disodorkan pada lutung pisangnya di ambil  lutung. Maka dialah yang akan memelihara lutung ajaib itu. Tentu saja karena lutung adalah jelmaan Raden Banyakcatra maka dia memilih pisang yang diberikan Putri Dewi Ciptarasa. Maka bertemulah kedua sepasang kekasih itu.


Sebuah kerajaan bernama Nusatembini di perintah oleh Prabu Pule Bahas. Raja Nusatembini mengirim utusan melamar Putri Dewi Ciptarasa. Membuat sebuah keputusan serbah salah sang Adipati Kandadaha. Tentu saja lamaran ditolak oleh Putri Dewi Ciptarasa. Ada bahaya apabila lamaran ditolak, yaitu perang.

Putri dan Raden Banyakcatra mengatur siasat karena kalau lamaran ditolak maka akan terjadi perang. Putri Dewi Ciptarasa mengajukan syarat diterimanya lamaran, yaitu 1000 kodi mori dan 40 orang putri kembar sebagai emas kawin. Kemudian para pengiring tidak boleh membawa senjata. Sesampai di alun-alun kadipaten Pasirluhur. Saat membuka pintu tandu. Prabu Pule Bahas disambut tikaman oleh Lutung Kasarung jelmaan Raden Banykcatra.


Adipati memanggil Putri Dewi Ciptarasa dan mempertanyakan perbuatan lutung peliharaannya. Maka Putri menceritakan semua bahwa lutung tersebut adalah jelmaan Kamandaka atau Raden Banyakcatra putra mahkota kerajaan Pajajaran. Maka Adipati dengan senang hati menikahkan keduanya. Setelah itu mereka pulang ke Pajajaran.

Karena terbunuhnya Prabu Pule Bahas raja Nusatembini maka perang tidak terelakkan. Raden Banyakcatra atau Kamandaka memimpin perang dan berhasil menghancurkan pasukan Kerajaan Nusatembini. Masa-masa berikutnya Raden Banyakcatra diangkat menjadi Adipati Kadipaten Pasirluhur.


Demikianlah cuplikan dari cerita rakyat dari Banyumas, Jawa Tengah berjudul Raden Kamandaka. Dalam penulisan gaya bahasa masih seperti gayah tulisan sastra lama. Seperti menggunakan kata-kata syahdan yang sangat kental dengan gaya sastra Melayu. Buku dokumentasi cerita Raden Kamandaka diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tidak ada pengarang hanya ditulis nama seseorang yang menuturkan cerita ini, yaitu Radjiati, BA.

Dengan penyunting Bobin AB dan Atjep Djamaludin, tanpa tahun terbit. Penerbitan buku ini terbilang sembrono. Kata pengantar tidak jelas, kemudian langsung daftar pustaka dan pembahasan.  Tidak ada penjelasan dimana tempat terbitnya. Semoga selanjutnya kedepan, penerbitan buku-buku dokumentasi kebudayaan negara seperti ini lebih rapi dan teratur.

Buku ini berisi 74 halaman, ditambah halaman judul, halam kata pengantar dan halaman daftar isi. Demikianlah informasi dunia kesusastraan klasik Indonesia. Semoga bermanfaat bagi anda pencinta sastra klasik Indonesia dan berguna bagi para akdemisi bidang kesusastraan.


#Sastra adalah cerminan masyarakat. Hadir di dalam kesusastraan yang kemudian akan hadir di tengah masyarakat. Mari kita kembalikan sastra bangsa kita yang sesuai dengan kebudayaan kita.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Palembang, 17 Januari 2020.
Sumber. Radjiati. Raden Kamandaka Cerita Rakyat Dari Daerah Banyumas Jawa Tengah. Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sy. Apero Fublic

4 comments:

  1. Makam raden kamandaka ada di wilayah kami cirebon girang tua gunung kumbang brebes.

    ReplyDelete
  2. Makam raden Kamandaka ada di wilayah kami dengan makam istrinya di wilayah kami khusus nya terkenal dengan nama aki gesong ki Buyut dita wangsa dan makam aslinya ada pada makam aki gesong.

    ReplyDelete
  3. Dahlan gunung kumbang
    Boleh minta alamat lengkap nya makam Raden kamandaka

    ReplyDelete