-->
Search
24 C
en
  • Penerbit MAF
  • Apero Book
  • JAF
  • LinkedIn
APERO FUBLIC
Terbitkan Artikel Anda
  • Apero Fublic
  • Popular
    • Politik
    • Ekonomi
    • Fotografi
    • Dunia Anak
    • Sosial & Masyarakat
  • Apero Fublic
  • Women
    • Women
    • Tokoh Wanita
    • Skil Wanita
    • Ibu dan Anak
    • Pendidikan & Kesehatan Wanita
  • Gatget
    • Video
  • World
  • Video
  • Featured
    • Penyakit Masyarakat
    • About
    • e-Galeri
    • Post Search
    • Daftar Kata
    • Peribahasa
    • Antologi Puisi INew
    • Antologi Puisi IINew
  • Find
    • Download Artikel
    • Download Feature
    • Andai-Andai
    • Post All
    • Flora Pangan
    • Fauna
    • Picture IndonesiaNew
    • Kamus Bahasa MusiNew
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Brand
    • Sport
    • Fashion
    • Fitness
    • Sunset-Sunrise
    • HijrahNew
    • NasihatNew
APERO FUBLIC
Search

Ruang Sponsor Apero Fublic

Ruang Sponsor Apero Fublic

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang I

Dalam antologi puisi ini memuat tentang cerita perasaan jiwa yag sedang mencari jalan hidup. Pangeran Ilalang adalah julukan seorang anak muda di sebuah cerita dongeng orang Melayu yang memotivasi orang-orang untuk giat belajar dan menuntut ilmu. Namun dalam perjalanannya menuntut ilmu dia menempuh terlalu banyak rintangan dan halangan, serta penderitaan hidup.

Dia dijuluki Pangeran Ilalang karena berasal dari sebuah daerah pedalaman sepi. Rumahnya terletak di sebuah bukit yang gersang dan ditumbuhi ilalang. Pada zaman dahulu padang ilalang tidak ada gunanya bagi masyarakat, sebab hutan subur masih banyak. Si Pemuda untuk menghibur hatinya sering menulis syair di bukit ilalang. Inspirasinya tumbuh dari pergolakan batin dan pengalaman hidupnya.

Suatu hari dia tergerak belajar ilmu pengetahuan pada seorang Puyang atau tokoh masyarakat di talangnya. Ternyata disana tempat belajar anak para bangsawan dan anak orang kaya. Sang guru bijaksana tetap menerima dengan sukacita. Walau tidak terang-terangan, murid-murid yang sombong karena merasa berbeda status sosial selalu menghinanya. Sehingga dia harus duduk terpisah dari murid-murid lain. Walau demikian dia tetap belajar dan belajar sampai dia menguasai semua ilmu sang guru. Kelak ilmu yang dia miliki membawanya menjadi orang besar di kesultanan.

Tumbuhan ilalang dilihat sepintas lalu hanyalah tumbuhan yang tidak begitu berguna. Ilalang hanya sejenis gulma yang memenuhi tanah dan tidak disukai orang-orang. Namun, dibalik kekurangannya ternyata ilalang banyak manfaat bagi kehidupan ini. Daun ilalang dapat menjadi atap gubuk atau pondok seseorang. Daun muda juga dimakan hewan-hewan. Tempat serangga mencari makan dan hewan unggas bertelus dan bersarang. Burung-burung menggunakan daun ilalang untuk membuat sarangnya. Akar ilalang ternyata dapat dijadikan obat.

Ketika terbakar abunya dapat menjadi penyubur tanah, kemudian dedaunan ilalang muda tumbuh kembali dan menjadi makanan rusa, kijang, dan kancil. Ilalang adalah tumbuhan yang gemulai dan lembut, tetapi apakah dia roboh karena angin deras, sementara pepohonan yang kaut jarang mampu bertahan dengan angin yang deras. Ilalang tidak mati karena terbakar, atau kemarau panjang. Dengan perlahan dia tumbuh dan bertahan hidup. Lalu semua lahan dipenuhi oleh ilalang.

Begitulah nasihat sang guru. Agar dia selalu kuat dan jangan merasa hidupnya tidak berarti. Siapa pun kamu kalau mencari dan mengasah kemampuan dirimu. Kamu akan dapat menjadi sesuatu yang membanggakan diri. Jalan untuk menutupi kekurangan kamu adalah belajar dengan sungguh-sungguh. Manusia ditakdirkan tidak sempurna agar dia tidak malas dan terus berusaha. Pukulan kecil bukanlah akhir hidupmu tetapi hanyalah peringatan untukmu, bahwa kau akan menjadi orang besar nantinya. Dewasalah wahai Pangeran Ilalang. Nasihat terakhir sang guru sebelum dia merantau ke negeri orang.

             (1)
AKU TAK KEMANA

Aku tak kemana
Karena hari sedang hujan
Aku berteduh di bawah atap
Duduk menghitung tetesan
Yang jatuh di teratak atap

Aku tak kemana
Karena hari sudah gelap
Tiada cahaya di hutan ini
Karena kabut yang tebal
Juga jalan yang licin

Aku tak kemana
Karena jiwa terkurung
Terkurung rindu
Terkurung Cinta

Aku tak kemana                       
Disini hujan tak reda-reda.

Oleh: Joni Apero
Palembang 4 Sepetember 2018

        (2)
SURAT RINDU

Kau disana jauh sekali  
 Bukan hanya jauh oleh jarak
Tapi terpisah juga oleh retak
Ada kesilapan yang terjadi
Ada keteledoran yang ku buat

Kini semua bagai berdinding
Lebih kokoh dari tembok cina
Membentang di bumi yang berbeda
Padang gurun, dan kutub es
Berbisik aku diangin malam
Bercerita aku di senja yang redup
Aku rindu, kata ku
Aku merindukan-Nya.

Aku tulis surat-surat dengan pena asmara
Aku kuas tinta cinta di dalam kalbu Ku.
Bergoreskan nama mu
Bertuliskan puja-puja kasih
Aku hendak mengirim surat ini
Ku ceritakan tentang rintih dan siksa rindu
Kemana alamat mu,
Yang kutuju hatimu, Milik siapa?

OH. wahai tuhan, aku bermohon
Dikala malam-malam larut
Dapatkah aku bertemu kembali
Menjadi satu, dalam cinta
Mengulang saat bersama mu.

Merpati..Merpati Pos
Aku berkirim surat rindu
Sampaikan padanya di kala malam
Sebab aku merindukan
Saat mata hendak terpejam

Merindu, bukan kekasiku
Mencinta dalam kalbu ku
Mengenang masa itu
Benar, aku mencintaimu

Kemana
Surat rindu yang tak beralamat.

Oleh: Joni Apero
Palembang, 27 Oktober 2018.

         (3)
TANYA JIWAKU

Tanya jiwaku pada semesta
Pada waktu dimana, tak ku kenal
Siapa aku, kemana aku, Apa yang aku cari.
Ditengah kepanaan dunia
Hidup yang singkat ini

Hitam awan yang menggantung
Seisi gelap dalam waktu, malam kah?
Apa mungkin gerhana begitu lama.
Secerca kelip bintang aku nanti
Dalam kabut waktu yang hitam
Di rintik waktu senja
Menyapa sendu seluruh nasip

Wahai malam kapan aku tertawa
Wahai gelap dimana jalan ku
Buta dalam sengsara,
Terpejam dalam nestapa
Aku tidak mengerti hidup ini
Kusam dalam seribu duka

Sedilah bilakah hidup ini, Sepanjang zaman
Kemana jua, aku mengadu.
Akan nasip, akan coba
Mampukah malam hitam menjawab
Bisikan jiwa yang menaran
Aku, aku kemana?

Kadang menangis, kadang menjerit
Sesering mungkin, dengan rintih-rinti ku
Ya Allah, jawablah tanya jiwaku
Hanaya padamu aku mengharap
Segala jalan
Lelah aku mencari
Mungkin aku kalah.

Oleh: Joni Apero
Palembang, 15 Juni 2016

                 (4)
RINTIHAN TENGAH MALAM

Hidup itu begitu kerasnya.
Lebih keras dari karang-karang
Terasa pahit sekali rasanya
Kadang, aku ingin berhenti dan menyerah
Dimana jalan damai itu

Aku ingin berlari ke ujung lorong hitam
Hingga aku hilang dalam kegelapan
Aku akan pergi ke laut lepas
Lalu aku tenggelam di dalam ombak
Tiada akan aku kembali ke permukaan
Dunia tidak adil.
Tiada yang peduli
Tiada yang mengerti.

Mereka hanya mempermainkan
Mereka hanya memanfaatkan
Ramai namun sepi
Selepas genggaman air
Serupa angin lalu

Ingin aku kedunia sepi
Dimana hanya aku sendiri
Tanpa hati, tanpa harapan, tanpa kenangan
Lalu aku pejamkan mataku.
Dalam tidur yang panjang.

Oleh: Joni Apero
Palembang, Selasa 20 Agustus 2017.

             (5)
PANGERAN ILALANG  I

Akulah pangeran ilalang
Tumbuh di bukit yang gersang
Daun ku lunglai,
Terombang ambing diterpa angin.
Rapu terinjak, di bawa langkah-langkah mereka
Si sombong, si angkuh, Para penjilat.
Sering, Selalu, Selamanya
Remuk dan patah tubuh ku.
Aku tak kalah

Aku pangeran ilalang, bisu dan sepi.
Aku tidaklah keren
Seperti mereka-mereka
Tiadalah pulah yang dibanggakan
Siapapun akan malu bersamaku
Buruk, sederhana diriku
Tidak seperti pangeran bintang
Mereka berkelip dalam gemilang
Semua mata menyapa senang.
Menyanjung dan memuji
Menjadi impian semua bungah-bungah

Kadang begitu sakit di hati
Selalu pilu dalam kenangan.
Redam dalam putih meratap
Aku rendah dan lemah
Siapalah aku yang berbau ini.

Tiada pantas aku mencinta
Siapa yang sudi.
Aku pangeran ilalang yang rapu
Maafkan lah.
Yang telah mencintai mu.
Yang tidak tahu malu.
Maafkan aku.
Ketulusan bukan jaminan mencintai
Diam tertunduk
Itulah diriku

Jangan tanya kenapa aku kalah
Karena aku tiada daya.
Lembut, lunglai dipermainkan angin.
Akulah pangeran ilalang.
Akan hilang terlalap api
Hitam, debu, abu, dan rapu.
Hilang tertimpa hujan
Lenyap tersapu oleh angin.
Namun aku, akan tumbuh kembali.

Oleh: Joni Apero
Palembang, Rabu 7 Juni 2017.
 
               (6)
PANGERAN ILALANG II

Akulah ialalang
Yang tumbuh di bukit tandus
Daun ku melambai tersapu angin.
Bungah yang kuncup memutih
Sirip daun tajam, menggores.

Aku tak seindah mawar
Tak seharum melati
Tidak juga menawan sehampar taman bungah
Aku ilalang, hanyalah sahabat semak-semak

Tetapi
Daunku menjadi atap gubuk yang reot
Meneduhi keluarga miskin itu
Daunku yang muda, setelah dibabat
Menjadi makanan mamalia hutan
Daun ku yang mati, menjadi sarang burung-burung
Burung puyu, menjadikan padangku rumahnya

Aku adalah ilalang
Sumbuhku hanya menyengat sekali
Tidak merobek, hanya memperingatkan
Beralas kakilah agara tak terluka.

Akulah ilalang
Pangeran di bukit tandus
Menyapa mu, yang menawan.
Adakah manfaatmu di bumi?
Jangan bilang kalau kerusakan.

Oleh: Joni Apero
Palembang, 27 Oktober 2018.

           (7)
MATA CINTA KU

Ada mata yang begitu ingin dimengerti.
Tersirat dari tajamnya sinar mata.
Mata yang sayu dengan polos.
Tak dapat dikira dalamnya.
Merunduk, berpaling, sembunyikan harapan.
Tiada jarang memercik air mata

Adu, betapa rendahnya aku.
Pedih sakit yang tertahan.
Dalam kalbunya yang dalam
Sepanjang waktu dia kalah
Tiada pula yang mahu perduli.

Mata ku, Mata hatiku.
Menyimpan cinta yang putih.
Serunai harapan tertiup.
Namun itu, seperti mimpi.
Mata polos itu menangis.
Sadar ia akan dirinya,
Tiadalah berharga kiranya.

Harapan tinggal harapan.
Dalam tangis hatinya.
Mencintai hanya sebatas mata.
Mata polos ingin dimengerti
Menyimpan sejuta misteri
Menanti keajaiban cinta.

Oleh: Joni Apero
Palembang, Sabtu 3 Juni 2017.

                   (8)
SEBUAH PANDANGAN TAJAM

Bila-bila bambu runcing
Pernah menggetarkan dunia
Bergerak rakyat Indonesia
Menyapu penjajah yang durjana
Berkilat mata bagai mata elang
Berkedip menerjang

Tak tahu engkau
Saat terlahir, masih merah kulit
Belum membuka mata, belum berlari kaki.
Kasih mereka berbunga-berbua.
Terselip doa mereka, dihati kecil
Bangga akan putra

Doa ayah dan ibu tercinta
Dulu itu, menggema
Untuk putra kebanggaan mereka
Doa mereka itu bagai sebilah pedang panglima
Menjerit di medan perang
Bukan sebuah kemenangan
Tetapi seberapa besar perjuangan

Kelak bumi menelan jasad
Maka bakhtilah yang tepat
Agar tiada sia-sia ibu melahirkan
Juga tiada sia-sia ayah membesarkan
Doa mereka bila aku besar nanti
Agar berguna untuk bangsa dan agama.

Akulah sebilah pedang sekarang
Menebas ketidak jujuran
Hancurkan keburukan
Jayakan negeri
Jangan tanyakan siapa aku
Aku si mata tajam
Menusuk jantung-jantung
Merobek jiwa-jiwa
Kan ku ukir langit, dengan namaku
Bukan hanya di nisan
Boleh aku sesumbar
Untuk sebuah cinta-cita.

Oleh. Joni Apero
Palembang, 28 Oktober 2018

            (9)
BADAI NEGERI KU

Banyak cerita negeri-negeri
Bertahta mahkota raja-raja
Mengalir cerita zaman
Dan ramailah di sudut negeri

Kisah akan terhenti
Cerita akan berakhir
Sejarah tinggalkan kenangan
Negeri-negeri jua tenggelam
Dan bumi dalam kegelapan

Tiada satu cahaya penerang
Dan tiadalah satu kejayaan
Hancur jua ditelan zaman
Peradaban bukan bangunan gedung-gedung
Peradaban hanya ada di dalam
Ilmu pengetahuan,
Kebudayaan,
Agama,

Disinilah kita membangun
Agar tercapai kejayaan negeri
Damai dunia, damai sejahtera
Pengetahuan penuntun dan penerang
Kebudayaan adab dan etika
Agama adalah moral
hendaklah kita semua sadari
Mari bangun negeri.

Oleh: Joni Apero
Palembang, 29 Oktober 2018.

                 (10)
TERKESAN AKAN ENGKAU

Duh, lindungi aku bening
Tutup kelopak mataku
Dari serpihan ciptaan Tuhan
Berpijar bagai bungah api
Berdenyut bagai tersengat lebah
Mengapa berdebar jantung.
Mega-mega sore.

Lembut tutur kata mu, Sejuk
Merdu kata, beribu irama, Dingin
Ada aurah gerak,
Bagai mantra-mantra, Penyihir.
Mengalah jua aku, mereka-mereka pula
Tunduk dan turut perkataan mu
Bagai ditarik seribu magnet
Mempersembahkan diri untuk mu

Dik, Aku terkesan akan engkau
Bukan kerling mata tajam.
Tetapi lembut malu, berbudi dan berakhlak.
Takkan mampu aku bertahan
Dalam buai asmara
Sejuk dan tenang, tercukupkan semua.
Di dekat mu.

Dik, aku terkesan akan engkau
Kau curi tidur ku, kau rampas mimpi-mimpi
Di bola mataku, kau bersarang
Dihatiku kau tinggal
Menggeserlah sedikit jiwa
Meraung dalam jerit-jerit rindu
Memelas, tersihir dalam kutuk cinta

Dik aku terkesan, akan engkau
Maukah engkau sedikit berbaik padaku
Padamkan api di dadaku
Siram. Siramlah dengan mulia mu
Aku terjerat oleh elok mu

Dik, aku terkesan
Akan engkau.
Sudilah berbaik kepada ku

Oleh: Joni Apero
Palembang, 27 Oktober 2018.

               (11)
MASA YANG BERLALU

Wahai masa yang berlalu.
Tiada namun ada.
Tak terlihat namun mengikuti.
Dalam kenangan yang panjang.
Mengulang dalam ingatan

Pedih dalam kaca bayangan
Memantul dalam jiwa.
Bilakah menetap, andaikan mengulang
Pahit-pahit terasa
Luka-luka selalu menyayat
Cinta yang akan selalu ada.

Wahai masa yang berlalu
Izinkan aku melupakan.
Lepaskan aku dari ikatan.
Biarkan aku pergi dalam amnesia.

Luka-luka dan kecewa
Mengenang dan mengulang
Airmata dan kesedihan
Hadir dalam sepi
Butir-butir kenangan

Wahai masa yang berlalu
Lepaskan aku dari mu.
Aku ingin lupa
Lupa akan engkau, dia, dirimu, dan semunya.
Lupa akan hidup ku yang pahit

Wahai masa yang berlalu
Lepaskan aku

Agar tiada air mata.
Tiada penyesalan.
Agar tidak aku tahu betapa malangnya nasip.

Oleh: Joni Apero
Palembang 12 Juni 2016.


   (12)
KARAM

Berdayung, di sungai yang biru
Gelombang dan ombak,
Begitupun arus yang kuat.
Perahu, yang tak beratap
Hujan, panas menerpa sudah.
Mencoba dayungkan perahu ini.
Ratalah dalam sadar, Menyadari.
Mungkinkah sampai di seberang
Lemas hati meratap.
Sakit yang sekian menjumpai diri ini.
Alangkah pedih dalam langkah cinta
Adakah untuk diri ini
Seulas senyum dan air mata.

Nan, cerah di pantai
Mendung menggantung di gunung
Hujanlah, kiranya sampai di muara
Rindu aku ciduk airmu.
Nmaun tak sampai jua perahu ini
Tenggelam sudah impian.
Merajut aku dalam sepi
Mengenang perahu yang pergi
Karam.

Oleh: Joni Apero
Palembang 2 Mei 2016.

            (13)
WAJAH SI MALANG

Seraut lukisan tinta hitam
Bertulis di kertas ratapan
Sepandang oleh keterbukaan.
Kanfas cair oleh air mata.
Terlukislah wajah si malang.

Mata dan wajah ini,
Telah merekan jejak yang panjang.
Namun rekaman ini hanyalah kepedihan mendalam.
Kelelahan dalam penderitaan yang panjang.
Kesepian di sepanjang waktu.
Lukisan dengan air mata, tiada yang tahu.
Ketidak adilan dunia menjadi miliknya.
Malu dan luka itu biasa,
Perih dan pedih menyapa.
Tamparan duka menyakitkan, berdarah.
Wajah yang muram ini tersenyum.
Tersenyum di balik kemuraman senja waktu

Terpejam mata yang sayu,
Di bawa alis yang kokoh.
Itu sakit, itu nestapa.
Sudikah sebuah tangan membelainya.
Hingga tercerahlah walau sejenak.
Tertunduk di sini, dalam malu dan takut.
Takut bersembunyi di balik kenyataan.
Wajah si malang, bertopeng keceriaan.
Walau jauh memendam kegundahan.

Wajahnya kan terpandang.
Hilang di balik malam yang gelap.
Tertidur di masa waktu, mimpi buruk.
Menyendiri dalam tangisan sejadinya.
Wajah si malang.
Kan ku tutup dua tangan.
Biarlah.
Menangis di sini saja, Selamanya.

Oleh: Joni Apero
Palembang, Minggu 22 Januari 2017.

          (14)
MATA MU, KASIH.

Birukah samudra yang berombak itu
Menggulung deru-deru badai
Melumat jiwa-jiwa yang tenggelam
Cuaca penyihir merapal mantra badai
Sehingga, mendelik mentari bagai mata langit.

Huummmm.
Sisi mana, dari sudut kau tengok.
Tentu, bidadari tak bersayap

Oh, sepasang mata
Yang menyinari gelap
Bagai cahaya bulan dan bintang
Kau menerpa segenap bumi, segala penjuru.
Nan, rapuh aku yang diterpa jua.
Jatuh, luluh lantak.

Adik,
Sadarkah bila mata mu, seluas samudra, itu.
Berombak dan bergulung-gulung, bagai badai.
Perahu kecil ku, bernama si hati.
Terbanting, terbalik, lalu terbenam dalam samudra mu.
Aku tak daya, tiada kekuatan yang maha.
Sudah kodratnya.
Hanya tenggelam dalam samudra mata mu.

Adik,
Sepasang mata mu itu.
Mengapa begitu tajam.
Cahanya lebih tajam dari mentari,
Pengusir cuaca penyihir
Kau tau, matamu telah menusuk hati ku.
Mata mu telah membelah jantung ku.
Mata mu, telah hipnotis jiwa aku

Adik nan cantik.
Yang berelok disepanjang hidup ku.
Bersua dalam hijab syar,i.
Anggun melantun dalam alunan indah, solehah.
Mohon berbaik hatilah.
Pada jiwa yang malang ini.
Lemparkan pelampung hati mu.
Padaku yang sekarat di samudra.
Agar aku selamat dari samudra mu.
Selamatkanlah, nelayan kehidupan menderita ini.
Memohon kiranya aku, Adik.

Adik kau cahaya.
Jangan biarkan tajamnya mata mu.
Mencekik jantung,
Susa bernafas aku, sesak dada.
Matamu telah menjamah hati ku, jauh.
Bawakan obat-obatan, dan perban.
Rawatlah dengan tangan kasih sayang mu.
Perbankanlah, dengan lembut hati mu.
Kiranya, akan sakit hati ku.
Bila kau, tak menoleh.
Jangan adik, aku memohon, meminta.
Butir air mata, taruhannya.

Adik.
Sepasang mata mu.
Aku rindu.

Oleh: Joni Apero
Palembang, 4 November 2018.


            (15)
TERSAYAT DI SANA

Adu, sesak nafas dan degup jantung ini.
Nadi ku, terhenti berdenyut
Laksana tersambar petir
Lunglai aku dalam hujan.
Berlutut dalam racauan dalam marah ku.
Menentang langit yang penuh huan.

Oh. Badai bergemuru.
Lulu lantak terjangannya.
Bila ini di medan perang.
Tertebaslah dadaku oleh pedang.
Robek baju-baju ku
Luka kulit ku, tersayat pedang
Luka-luka tubuh ku, hati ku.
Inilah.
Dimana aku gugur dan kalah.

Terbaring ragaku, melayang jiwa ku.
Nafas ku terhenti
Mataku memburam
Lemas semua sendi-sendi tubuh ku.
Terbayang akan semua kenangan
Menetes, mengalir air mata ku.
Dalam haru, tetapi pilu

Di ucap bibir bergetar
Ku sebut nama yang tercinta
Maafkan semua kesalahan ku
Satu kata terakhir
Ku bisikan pada bintang yang berkelip
Pada bulan yang separuh
Aku pergi selamanya
Terlepas sudah pedang perjuangan ku
Terlepas juga setangkai bungah untuk mu

Redup dan meredup sinar mata ku.
Sayu dan sayu sinar matanya
Kaku dan mengkaku tubuh ku.
Napas harapan yang terakhir, aku hembuskan
Selamat berpisah dan selamat tinggal
Aku pergi dari kehidupan mu.
Selamanya....

Oleh: Joni Apero
Palembang, Senin, 9 Januari 2017.

                 (16)
Kita Habiskan Kesalahan Ini

Sudah.
Sudah usaikah
Akhir, apa berakhir kisah ini
Sisip kecil dalam campuran biru
Mengenang dalam lingkaran kenangan.
Pupus kata dalam hati yang ranum,
Terkoyak luka-luka.
Laman dan taman, kuntum bunga berguguran
Beserakan sudah.
Layu mengering dan pupus, dalam bekas.
Gumpalan debu-debu.

Sudah.
Akhirkan semua cerita-cerita.
Agar tiada lagi nestapa.
Tiada lagi tangisan-tangisan di hati.
Aku merunduk dalam kerendahan ini.
Dalam kesakitan, pedih juga terasa.
Memang aku seikat iallang yang kering.
Aku kotor bagai dalam kebangan.

Sudah, mari kita sudahi
Tiada sedikit manis,
Tak ada sedikit keindahan.
Tak apa-apa, kita lupakan.

Sudah.
Kita tutup mata.
Tutup telingah, tutup mata.
Akan berlalu jua, yang pernah terjadi itu.
Mari kita sudahi urusan hati.
Agar tiada api dalam sekam.
Maafkan atas kesalahan dan kekhilafan aku
Begitupun aku kiranya, saudara.

Sudah, kita sudahi
Agar tiada penyakit di hati.
Sudah, kita sudahi.

Oleh. Joni Apero
Palembang, 16 Maret 2016.

                (17)
Salahkah Aku Melangkah

Aku menyesali waktu empat tahun berlalu.
Dimana aku dapat hidup di sanah.
Dimana aku dapat tenang sebagai petani biasa.
Dimana telah aku kubur semua cita-cita.
Telah aku siapkan berbidang-bidang tanah.
Aku akan menjadi petani sederhana.
Hidup bersama seseorang yang aku cintai.

Naun aku telah salah memilih sepertinya.
Meninggalakan kenyataan itu.
Aku memilih mencari ilmu.
Mengabaikan cinta darimu yang tulus.
Kenapa aku begitu bodoh.
Mengejar cita-cita yang tiada pasti.

Aku ingin membanguan bangsa ini.
Aku ingin membangun agama ini.
Aku ingin mengabdi pada bangsa dan agama,
Aku ingin menjadi guru bangsa.
Sehingga negeri ini jaya.
Begitupun Islam akan bangkit.
Itulah cita-cita ku.
Karena aku Pangeran Ilalang.

Bumi ini terlalu luas sepertinya.
Sedangkan aku sendiri.
Mana mungkin,
Aku menjadi pemimpin besar.
Aku ragu dan ragu.
Sesal rasanya akan semua ini.
Bila aku rasa sekarang
Daptkah aku menjadi seseorang itu.
Ya Allah, kuatkan hujjah ku.
Beri arah dalam perjuanganku.

Hanya menangis di dalam hatiku.
Begitu sering sesal ku
Mengapa aku berlaku begini.
Sedangkan siapa aku.
Hidup yang begitu singkat.
Sedangkan aku begitu lemah.

Telah aku buang cita-cita ku
Salahkan aku.
Kenangan di 
Pelukannya membayang selalu.
Belum aku temukan penggantimu.
Aku berharap menemukan seseorang.
Yang mengerti perjuanganku.

Akankah sesal berkepanjangan
Dari aku si Pangeran Ilalang.

Oleh. Joni Apero
Palembang, 19 Januari 2017.

           (18)
Seorang Saja. Halal

Biru di langit, biru di laut.
Di langit awan putih.
Di laut gelombang pantai.
Hendak aku pergi jauh.
Di taman bungah yang halal.

Tiadalah banyak kupinta, kuntum.
Cukup satu kuntum, putih.
Tiadalah banyak syaratnya.
Hanya ketulusan dalam petikan.
Bunga, aku pinta dengan sunggu.
Tumbulah di taman hati ini.
Tiada perlu kaya mu, tiadalah guna cantik mu.
Kesetian, dan kesalihaanlah yang terindah.

Baginda Rasullulah bersabda.
Cukup tiga syarakatnya,
Suci, seiman, dan suburnya.
Sempurnalah ia di mata kaum Muslimin.
Seorang saja, Karena untuk ibadah.
Penyempurnah ibadah-ibadah kita.
Kutunggu, aku nanti. Tak sabar kiranya.
Ya, Allah, pertemukan aku dengan si shaleha.

Namun entah siapalah diri ini.
Belum sempurnah, banyak kekurangan jua
Miskin ilmu, miskin harta, tak bertampan wajah.
Hanya berusaha dan berdoa.
Aku berjanji. bilakah nanti.
Lembut kasih, dan cinta sebab Allah.

Seorang saja,
Cukup satu selamanya, dunia dan akhirat.

Oleh. Joni Apero
Palembang, Minggu 15 Desember 2016.

               19.
Salam di Malam

Bersambut biru dan gelap langit malam.
Meretas dalam gugusan bintang.
Menengok, menengada anak semang.
Di pulau sepi nun jauh.
Beriak air tepian, gemericik.
Berlipat-lipat ombak di antara semak-semak bakau.

Lantunan serunai anak gembalah mengalun, pilu.
Selendang putih pun,
Melayang di antara bayang-bayang.
Titipku wahai asmara.
Bukalah kelopak bunga, merekah.
Sehingga berhamburan benang sari.
Terikat di kaki-kaki kumbang.
Terbang terbawa dalam perjalanan.
Sebuah titipan, sebongkah pengharapan.
Tanda aku kenang, dikau.
Rindu, entahpun.
Cinta entahlah.
Hanya aku titip salam.
Di malam-malam berlalu.

Oleh. Joni Apero.
Palembang, 16 Februari 2016.

Catatan:
Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama:
Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya. Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.

Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero Fublic. whatsApp: 081367739872. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

By. Apero Fublic

PWI Sumatera Selatan

PWI Sumatera Selatan
Ayo, ikuti dan ramaikan.

Post Populer

Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

Thursday, August 01, 2019
Tegaskan Komitmen Sinkronisasi Pembangunan Daerah

Tegaskan Komitmen Sinkronisasi Pembangunan Daerah

Sunday, June 15, 2025
Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Wednesday, April 22, 2020
Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Wednesday, April 16, 2025
PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

Friday, June 06, 2025

BULETIN APERO FUBLIC

BULETIN APERO FUBLIC

Translate

Search This Blog

Stay Conneted

facebook Like
twitter Follow
youtube Subscribe
vimeo Subscribe
instagram Follow
rss Subscribe

Featured Post

Investor Bakal Garap Pabrik CPO di Tungkal Jaya Muba. Nilai Investasi Capai Rp240 Miliar

PT. Media Apero Fublic- Thursday, July 03, 2025 0
Investor Bakal Garap Pabrik CPO di Tungkal Jaya Muba. Nilai Investasi Capai Rp240 Miliar
APERO FUBLIC. PALEMBANG.— Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) kembali dilirik investor yang bergerak dalam pengolahan minyak mentah kelapa sawit dan pabrik pengol…

Most Popular

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Friday, January 17, 2020
Legenda Putri Bulan. Kesetiaan Yang di Abadikan Menjadi Sungai Sake

Legenda Putri Bulan. Kesetiaan Yang di Abadikan Menjadi Sungai Sake

Sunday, November 10, 2019
Mengenal Buah Raman

Mengenal Buah Raman

Tuesday, June 23, 2020
Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Wednesday, April 22, 2020
Legenda Asal Mula Bukit Pendape. Musi Banyuasin.

Legenda Asal Mula Bukit Pendape. Musi Banyuasin.

Tuesday, October 15, 2019
Legenda Cinta Puyang Gadis. Sumatera Selatan

Legenda Cinta Puyang Gadis. Sumatera Selatan

Saturday, March 21, 2020
BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

Thursday, April 23, 2020
Asal Mulah Sungai Keruh dan Kutukan Puyang Dulu

Asal Mulah Sungai Keruh dan Kutukan Puyang Dulu

Thursday, November 07, 2019
Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

Saturday, January 18, 2020
Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Tuesday, April 21, 2020
Powered by Blogger
Apero Fublic

Website Archive

  • 2025230
  • 2024203
  • 2023142
  • 2022103
  • 2021365
  • 2020435
  • 2019281

MAJALAH KAGHAS

MAJALAH KAGHAS

JURNAL APERO FUBLIC. HUMANIORA

JURNAL APERO FUBLIC. HUMANIORA

TABLOID APERO FUBLIC

TABLOID APERO FUBLIC

SELAK MAJO

SELAK MAJO
Karikatur

Labels

Andai-Andai APERO FUBLIC Apero Herbal Apero Popularity Arkeologi Artikel Berita Berita Daerah Berita Internasional Berita Nasional Biruisme Bola Brand Budaya Daerah Budaya Dunia Buku Populer Buletin AF Cerita Bersambung Cerita Kita Cerita Rakyat Cerpen Daratan Daratan dan Hutan Dongeng Dongeng Dunia Dunia Anak e-Biografi Tokoh Ekonomi Ekonomi Islam Elektronik Energi FASHION Fauna Film Flora Fotografi Gatget Healthy & Fitness Himpunan Muslim Hukum Hukum Islam Ibu dan Anak Ilmu Kesastraan Info Desa Islam dan Budaya Islam dan Lingkungan Hidup Islam dan Masyarakat Islam dan Negara Islam dan Sosial Jurnal AF Jurnalisme Kita Kabar Buku Kampus Kata Mutiara Kepemimpinan Kesehatan Kesehatan dan Pendidikan Wanita kesenian Kisah Legenda Kriminal Kuliner Laporan Penelitian Majalah Kaghas Mask Mitos Musik Olah Raga Opini Otomotif Pantun Pariwisata PDF Pemerintahan Pendidikan Penyakit Masyarakat Pertanian dan Alam Politik Populer Bisnis Populer Iklan Populer Produk Populer Profesi PraLeader Problematika Seks Propaganda Public Figure Puisi Puisi Akrostik Pustakawan PWI PWI SumSel Sampah dan Limbah Sastra Kita Sastra Klasik Sastra Lisan Sastra Moderen SDA Sejarah Daerah Sejarah Islam Sejarah Kebudayaan Sejarah Umum Seniman Sepeda Listrik Sepeda Motor Skil Wanita Smart TV Sosial dan Masyarakat Sport Sudut Pandang Sumber Air Surat Kita Syarce Tablet Tabloid AF Teknologi Tokoh Wanita UKM-Bisnis Video Women World

Laman Khusus

  • Cahaya
  • Daftar Kata Istilah Baru
  • e-Galeri Apero Fublic
  • Mari Kita Hijrah
  • Nasihat dan Motivasi
  • Apero Quote
  • Pribahasa Indonesia
  • Picture Indonesia
  • Pangeran Ilalang I
  • Pangeran Ilalang II

Pages

  • Pecakapan Sunset Sunrise
  • Flora Pangan Indonesia
  • Fauna Indonesia
  • Dawnload PDF Gratis
  • Dawnload Feature Gratis (PDF)

Recent Posts

Popular Posts

  • Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan
    Apero Fublic.- Pada masyarakat Melayu ada sistem adat tatacara memanggil seseorang. Orang yang tidak mengikuti adat peraturan dalam mem...
  • Tegaskan Komitmen Sinkronisasi Pembangunan Daerah
    APERO FUBLIC. SUMATERA SELATAN.- Palembang – Bupati Muba H. M Toha, didampingi Kepala Dinas Kominfo Muba Herryandi Sinulingga dan Kepala Ba...
  • Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
    Apero Fublic.- Pantun Daerah dari Dataran Negeri Bukit Pendape ini adalah warisan pantun berbahasa Melayu. Hadir dari buah pemikiran ne...
  • Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal
    APERO FUBLIC. MUBA.- Setelah berhasil melakukan peralihan pengelolaan kelistrikan dari PT MEP ke PLN, Bupati Muba H M Toha bersama Wakil Bup...
  • PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H
    Suasana di Kantor PWI di Kota Palembang APERO FUBLIC. PALEMBANG.- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel rangkaian menyambut Hari Raya I...
  • Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Muba, Gelar Upacara Sebagai Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia ke-113
    APERO FUBLIC. SEKAYU.- Dalam rangka memperingati Hari Bapak Pramuka Indonesia ke-113. Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Musi Banyuasin M...
  • Bupati Muba HM.Toha : Festival Kuliner Dukung Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Muba
    APERO FUBLIC. MUSI BANYUASIN.- Pembukaan Festival Kuliner Kitek Nia Tahun 2025 dengan tema The Taste of Musi Banyuasin yang berlangsung di ...
  • Optimalkan Program Kerja, Ketua TP PKK Muba Hj Patimah Toha Lakukan Pembinaan 10 Program Pokok PKK
    APERO FUBLIC. MUBA-JIRAK JAYA.- Untuk mengoptimalkan Program Kerja. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Musi Ba...
  • e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II
    Apero Fublic.- Ilalang atau juga sering di sebut alang-alang memiliki nama ilmiah  imperata cylindrica . Ilalang jenis rumput berdaun ...
  • Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.
    APERO FUBLIC.- Raden Kamandaka sebuah cerita rakyat dari dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Cerita Rakyat ini bercerita tentang Keraja...

Editor Post

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Friday, January 17, 2020
Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Tuesday, April 21, 2020
Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Wednesday, April 22, 2020
BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

Thursday, April 23, 2020
Mengenal Buah Pedare

Mengenal Buah Pedare

Monday, June 22, 2020
Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

Saturday, January 18, 2020
Legenda Kisah Cinta  I Jayaprana dan Ni Layonsari dari Bali

Legenda Kisah Cinta I Jayaprana dan Ni Layonsari dari Bali

Tuesday, January 14, 2020
Mengenal Buah Raman

Mengenal Buah Raman

Tuesday, June 23, 2020
Tradisi Ngobeng di Palembang: Simbol Kebersamaan dalam Setiap Suapan

Tradisi Ngobeng di Palembang: Simbol Kebersamaan dalam Setiap Suapan

Thursday, November 28, 2024
e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

Sunday, June 23, 2019

Popular Post

Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

Thursday, August 01, 2019
Tegaskan Komitmen Sinkronisasi Pembangunan Daerah

Tegaskan Komitmen Sinkronisasi Pembangunan Daerah

Sunday, June 15, 2025
Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Wednesday, April 22, 2020
Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Wednesday, April 16, 2025
PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

Friday, June 06, 2025
Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Muba, Gelar Upacara Sebagai Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia ke-113

Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Muba, Gelar Upacara Sebagai Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia ke-113

Thursday, June 19, 2025
Bupati Muba HM.Toha : Festival Kuliner Dukung Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Muba

Bupati Muba HM.Toha : Festival Kuliner Dukung Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Muba

Thursday, June 26, 2025
Optimalkan Program Kerja, Ketua TP PKK Muba Hj Patimah Toha Lakukan Pembinaan 10 Program Pokok PKK

Optimalkan Program Kerja, Ketua TP PKK Muba Hj Patimah Toha Lakukan Pembinaan 10 Program Pokok PKK

Sunday, June 15, 2025
e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

Sunday, June 23, 2019
Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Friday, January 17, 2020

Populart Categoris

Andai-Andai 1 Artikel 38 Berita 230 Berita Daerah 408 Berita Internasional 20 Berita Nasional 310 Brand 117 Budaya Daerah 29 Cerita Bersambung 20 Cerita Kita 22 Cerita Rakyat 12 Cerpen 9 Dongeng 66 Ekonomi 12 Elektronik 21 FASHION 4 Fauna 4 Flora 62 Healthy & Fitness 14 Ibu dan Anak 1 Islam dan Budaya 11 Islam dan Lingkungan Hidup 5 Islam dan Masyarakat 2 Jurnalisme Kita 16 Kampus 104 Kesehatan 5 Kisah Legenda 10 Kuliner 18 Mitos 15 Olah Raga 30 Opini 58 PDF 3 Pantun 6 Pariwisata 36 Penyakit Masyarakat 6 Problematika Seks 6 Puisi 47 Puisi Akrostik 5 Sampah dan Limbah 1 Sastra Kita 22 Sastra Klasik 53 Sastra Lisan 12 Sejarah Daerah 24 Sejarah Kebudayaan 28 Sepeda Listrik 15 Sport 2 Surat Kita 7 Tablet 20 Teknologi 125 Tokoh Wanita 6 UKM-Bisnis 12 Video 20 Women 4 World 3 e-Biografi Tokoh 23 kesenian 2
APERO FUBLIC

About Us

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan Publikasi dan Informasi yang bergerak dalam bidang Industri Kesusastraan. Apero Fublic merupakan bidang usaha utama bidang jurnalistik.

Contact us: fublicapero@gmail.com

Follow Us

© Copyright 2023. PT. Media Apero Fublic by Apero Fublic
  • Disclaimer
  • Tentang Apero Fublic
  • Advertisement
  • Contact Us