PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

Showing posts with label Cerita Bersambung. Show all posts
Showing posts with label Cerita Bersambung. Show all posts

8/18/2019

Mata Cantik Aisyah Part III: Aisyah dan Geng Mio


APERO FUBLIC.- Bulan Ramadhan 1439 Hijriah telah berlalu, sekitar sebulan lalu. Aktivitas perkuliahan Aisyah dalam libur smester. Kampus sepi, hanya mahasiswa smester akhir yang datang mengurus tugas akhir, seperti skripsi, kompre, ujian munaqosah  yang datang ke kampus. Mereka dengan sabar menunggu untuk bimbingan skripsi atau ujian komprehensip. Libur smester, Aisyah juga pulang ke kampung halamannya di Kota Lahat. Desa Aisyah sangat indah, banyak sawah terhampar dan perbukitan yang tinggi.

Suatu pagi Aisyah pergi kepasar sayur dengan berjalan kaki. Aisyah sengaja tidak membawa sepeda motor. Dia ingin melepas rindu dengan tanah kelahirannya. Karena sudah lama tidak pulang ke desa jadi Aisyah ingin menikmati suasana desa yang asri, sejuk dan damai. Sambil berjalan Aisyah menikmati pemandangan alam daerahnya yang indah. Awan putih nampak bergumpal di atas bukit salero. Memanjakan matanya, yang sudah berbulan-bulan hanya melihat kendaraan dan gedung-gedung di Kota Palembang.

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Dengan santai Aisyah pulang dari pasar membawa belanja sayurannya di dalam keranjang rotan yang dianyam indah. Hasil kerajinan anyaman dari ibunya. Ada dua kilogram ikan sungai, setengah kilo tomat, dua ikat sayur kangkung, dua kilo kentang, dan bumbu-bumbu dapur. Saat pulang, agar tidak terlalu jauh Aisyah mengambil jalan pintas. Sebuah jalan setapak menuju rumahnya.

Selain itu Aisyah juga ingin melihat lebih banyak hamparan sawah dan pepohonan di perbukitan. Dulu jalan setapak itu adalah jalan pulang Aisyah dari sekolah sewaktu SMA. Aisyah berpapasan dengan beberapa ibu-ibu yang pulang dari sawah. Semuanya tersenyum hangat menyapa Aisyah. Kedua ibu-ibu itu suka Aisyah semakin sholehah. Saat bertegur sapa mereka memuji Aisyah, sehingga Aisyah jadi malu.

Pertengahan perjalanan menyusuri jalan setapak itu. Melewati tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan hiaju. Sekelompok anak perempuan nampak berkumpul. Mereka duduk dan bermain disekitar itu. Perbincangan yang seru, terkadang mereka tertawa terbahak-bahak. Semuanya tampak begitu ceria dan gembira. Entah apa yang membuat mereka begitu semangat. Seharusnya mereka kesekolah hari ini. Tapi mengapa tidak bersekolah. Ternyata mereka bersepakat untuk bolos.

Semuanya berbaju kaos mini yang hampir terlihat pusarnya dengan celana pendek sebatas paha. Ada juga yang memakai rok mini. Tiga orang remaja rambutnya dipotong pendek sebahu. Duduk di sisi jalan setapak yang di cor beton, beralas sendal. Lima gadis lagi duduk diatas sepeda motor, dua tegak di sisi motor dengan tangan di lipat kedada. Bahkan ada yang duduk diatas sepeda motor degan cara kakinya diletakkan diatas setir motor.

Kaki dan pahahnya terpampang jelas. Tubuhnya ramping semampai, berkulit putih, alis hitam halus, wajah oval dengan lesung pipit. Wajah cantik dengan bibir merah tanpa lipstik. Namanya Zulaihah, dia pemimpin Geng Mio di desa Aisyah. Memang semua kelompoknya memakai sepeda motor mio. Aisyah memperhatikan sekumpulan gadis-gadis remaja itu.

Kalau dilihat dari umurnya mereka masih anak SMA. Dua tahun lebih muda dari Aisyah. Kemudian salah seorang diantara mereka berseru. Melihat Aisyah melangkah perlahan menuju kumpulan mereka. Aisyah yang memakai cadar, bergamis, dan berhijab syariah tentu menjadi perhatian mereka. Bila dibandingkan dengan mereka seperti langit dan bumi.

“Eh, lihat siapa itu !!!.” Serly berseru, dia tegak dengan tangan dilipat di dada.
“Entahlah, ada juga sok alim di desa kita.” Kata Arum yang rok mini.
“Orang baru mungkin.” Yang berambut pendek sebahu, dan dicat kuning kekuningan dibagian depan menimpali. Namanya Via.
“Baru lihat. Kata yang duduk di belakang Arum.
“Itu Aisyah sepertinya. Rumahnya tidak jauh dari rumahku.” Yang duduk di motor menambahkan.
“Dulukan dia tidak bercadar dan berpakaian begitu.
“Oh. Aisyah. Ku pikir siapa. Sok sekali itu cewek. Baru kulia beberapa smester sudah begitu pakaian kayak orang Arab.” Kata Zulaihah.

Aisyah sampai di dekat mereka. Gadis di atas motor memberi kode pada gadis remaja yang rambutnya di cat warna kuning untuk menghalangi jalan. Kemudian dua temannya juga ikut pura-pura berbincang di tengah jalan. Sehingga jalan setapak terhalangi oleh mereka bertiga. Setelah Aisyah dekat dan tinggal beberapa langkah. Aisyah menyadari kalau dia bertemu remaja-remaja nakal. Sebagai seorang mahasiswi dia tetap tenang. Menganggap mereka semua sebagai adik-adiknya.

“Waduh, gayanya macam ustazah saja ya. Kemaren pakai hijab saja terpaksa, sekarang baru kulia beberapa smester sudah pakai cadar. Anehhh...
“Munafiq juga, ini orang ya.
“Tau, aah...
“Macam orang Arab saja. Ini Indonesia yee.” Kata Via sambil mulut di dowerkan.
“Mirip ibu-ibu yah.!!! Mirip sekali ya. !!! Pakek gamis, pakek cadar. Eh, itu ditangan mirip tempat bawang merah ya.” Mereka meledek handshock Aisyah.

Semua kemudian tertawa terbahak-bahak. Aisyah mendidih sampai keatas ubun-ubun kepalanya. Tapi dia kemudian beristiqfar dan bersabar. Dia diam saja mendengar perkataan remaja-remaja itu. Aisyah walau baru masuk semester empat dia sudah benar-benar dewasa. Dia tahu kalau ini anak remaja yang perlu dia rangkul. Banyak celoteh mereka membuat kuping Aisyah panas. Sesungguhnya kelompok Geng Mio ingin membuat Aisyah marah dan ribut dengan mereka. Setelah itu Aisyah kemudian berkata lembut.

“Adik, sudah bicaranya. Kakak mau lewat pulang.
“Adikkkk. Sok dekat ini cewekkk.” Kata Zulaihah yang paling sangar.
“Lewat saja sendiri apa urusan kami. Sok baik, emang kami adik kamu.” Kata si pirang ketus. Aisyah kemudian mengalah dan dia keluar dari jalan setapak dan melewati rerumputan tanah lapang. Dia terus berjalan tanpa menghiraukan celoteh nakal mereka. Aisyah benar-benar di uji imannya pagi ini. Bukan ahlak seorang muslimah sejatih apabila berkata-kata kasar.

Satu bulan berlalu dari kejadian itu. Suatu hari Aisyah pergi bersantai jalan sore bersama seorang sepupunya, Muslimah. Di perbatasan desa ada tempat penjualan kuliner. Di sana masyarakat sering datang bersantai, menikmati pemandangan Bukit Salero, tepian Sungai Lematang berbatu dan berair jernih, Kawasan Merapi Barat. Daerah Aisyah adalah dataran tinggi.

Banyak jalan yang berliku-liku karena jalan berbukit dan menghindari jurang. Di kelokan, agar aman pengendara membunyikan klakson dan melaju perlahan-lahan. Ada lembah yang cukup dalam dan curam di sisi jalan. Aisyah melaju dengan perlahan dan sabar. Sepupunya yang rewel selalu manja mengajak berbincang terus. Aisyah sabar meladeni adik cantiknya itu.

“Kak, nanti kaka yang traktir, besok baru aku?
“Ahh, kamu ini, besok terus. Datang besok  traktir hari ini, besok dia besak lagi.
“Iyalah akukan adik. Adikkan memang nomor satu.
“Oh. Mentang-mentang adik kamu yaaa, zolim ke kakak, durhaka tau.
“Kak gimana kabar cowok kakak.
“Eh, jangan sebut lagi. Kakak sudah hijrah dan istiqomah. Menjemput jodoh tanpa pacaran. Dulu kakak belum tahu saja tentang hukum Islam. Setelah kakak tahu jadi kakak tidak mau pacaran lagi. Dosa besar.
“Benar dosa besar kak.?
“Iyalah, itu jelas tertulis di dalam Al-Quran. Tidak boleh mendekati zina.
“Kak bole aku juga ikut hijrah.
“Eh, kamukan masih kecil, belum pernah pacaran. Jadi bukan hijrah namanya. Tinggal menutup aurat dan memperdalam pengetahuan ilmu agama.
“Ohhh. Begitu, makasi kak aku yang cantik. Semoga kak Ali cepat melamar Yah.

Aisyah melihat bekas ban mobil mengerem. Tapi itu biasa kalau di jalan raya. Kali ini ada rambu-rambu lalu lintas yang memberi tahu kalau jalan tikungan tajam dan menurun. Saat melewati pertengah tikungan tanpa sengaja Aisyah melihat ke samping kirinya. Aisyah terkejut dan setengah tidak percaya.

Tiga motor mio tergeletak, sedangkan ada delapan orang gadis dengan busana seksi sekali tergeletak disekitaran itu, terluka parah. Sepertinya mereka ada yang bonceng tiga. Ada yang berdara di hidung, tangan, kaki. Aisyah berhenti mendadak. Membuat Muslimah tersentak kaget. Muslimah menggerutu kenapa tiba-tiba berhenti. Aisyah dengan sigap menepikan motor dan turun.

Muslimah yang baru melihat juga terlonjak dengan kaget. Merekapun buru-buru menolong delapan orang yang tergeletak itu. Erangan dari mulut mereka terdengar kalau mereka masih hidup. Untung sesaat kemudian ada mobil pickup kosong lewat. Masih mobil penduduk di desa Aisyah. Sehingga keenam gadis itu dibawak kerumah sakit Kota Lahat.
*****
Sejak kejadian sore itu. Dimana Aisyah membantu, merawat dan sekaligus mengantar mereka ke rumah sakit. Membuat Geng Mio terharu. Mereka tidak menyangka kalau Aisyah masih baik dan membantu mereka. Seandainya Aisyah dan Muslimah tidak membantu. Entah apa yang terjadi, mungkin mereka meninggal atau diperkosa orang.

Kejadian itu membuat Geng Mio sadar. Mereka datang menemui Aisyah dan meminta maaf. Mereka berterimah kasih dan mengakui kalau mereka salah. Aisyah memaafkan mereka dan sekarang bersahabat. Aisyah sering berkumpul dan berbagi dengan mereka. Terutama tentang kewajiban seorang muslimah menutupi auratnya.

Berbagai alasan mereka dalam menanggapi ajakan menutupi aurat. Ada yang bilang masih jarang shalat. Ada yang buta ilmu agama, ada yang beralasan bukan anak pesantren. Aisyah menjelaskan kalau itu semua dapat diperbaiki seiring waktu. Aisyah menceritakan saat pertama dia memakai hijab syariah dan bercadar masih pacaran. Kemudian setelah dia tahu kalau tidak bole mendekati zina seperti pacaran. Maka dia memutus pacaranya, si Ahmad.

Sekarang Aisyah juga sedang belajar tentang ilmu piqh muslimah. Mereka akrab, dan menjadi seperti adik dan kakak. Suatu hari Aisyah mengundang mereka, buat acara rujakan. Aisyah tidak lagi membicarakan tentang hijrah.

Ternyata Geng Mio juga sudah mendapat hidayah. Saat makan ruajak bersama itu mereka berkata kalau mau hijrah karena Allah. Selama ini mereka tidak tahu sehingga mereka hanya ikut-ikutan sifat remaja di televisi, novel, youtube, medsos. Sehingga akhirnya mereka mencoba dengan syarat kalau tidak tahan boleh dilepas.

Aisyah bilang coba saja dan hanyati dengan iman. Sepuluh orang anggota Geng Mio memakai hijab syaraiah. Mereka membeli hijab secara online, lengkap dengan cadar, dan hand shock. Geng Mio memakai cadar dan pakaian syariah. Dua anggota yang tidak ikut kecelakaan juga ikut hijrah.

Setelah semua seragam busana muslim. Suatu hari, mereka mutuskan untuk bersantai bersama. Geng Mio yang baru mulai menampakkan diri. Desa Aisyah heboh dan beragam tanggapan masyarakat. Ada yang bilang radikal, teroris, budaya Arab, sok suci, kayak ibu-ibu.

Tapi mereka semua tidak peduli. Sebab mereka hijrah karena Allah. Allah mengampunkan semua dosa hambanya yang taubat. Suatu sore, Geng Mio, Aisyah, Muslimah melanjutkan niat beli bakso yang tertunda dulu, sebab mereka membantu kecelakaan. Sekarang sudah ada enam motor mio.

Kebetulan motor Aisyah juga motor mio. Ada duabelas orang bersepeda motor mengenakan busana muslimah. Penduduk desa terperanga melihat semua itu. Saat tiba ditempat jajanan, semua penduduk terdiam dan tidak percaya. Si ibu penjual bakso beberapa kali bertanya apakah benar kalau itu Geng Mio pimpinan Zulaihah. “Dunia terbalik apa?. Si ibu itu berguman.

Geng Mio merasa nyaman memakai pakaian muslimah. Mereka merasa aman dan terlindungi. Laki-laki tidak melihat mereka dengan renda dan penuh pandangan nakal. Mereka merasan menjadi wanita yang mulia. Sehingga akhirnya Geng Mio benar-benar berubah total, lahir dan batin.

Di malam hari mereka belajar mengaji di masjid. Sepulang sekolah mereka latihan berbagai kegiatan bermanfaat. Seperti bermain musik robana, mendesain busana muslim, bermain volly ball. Ternyata walau berbusana muslim tidak menghalangi mereka berolahraga.

Orang tua Geng Mio merasa bangga dengan mereka. Sehingga anggota Geng Mio menjadi terharu. Mereka tidak menyangka kalau orang tua mereka menjadi bangga dan bahagia melihat anak gadis mereka menjadi gadis shalehah. Kalau selama ini mereka dimarahi setiap hari. Sekarang ayah dan ibu mereka jadi tersenyum bahagia selalu.

Suatu festival olahraga di adakan di Kecamatan Merapi Barat, Lahat. Desa Aisyah menjadi tuan rumah. Geng Mio dan Aisyah ikut bertarung dalam kompetensi itu. Enam orang Zulaihah dan teman membentuk tim volly.

Dua orang beradu di busana muslim. Aisyah dan Musliman di tim kasidah. Tanpa disangka-sangkah mereka mendapat juara pertama semua. Keharuan kembali terjadi saat Pak Bupati yang memberikan hadia. Para orang tua Geng Mio yang menonton menyaksikan mereka jadi terharu.

Berurailah air mata mereka. Tak disangkah anak nakal dahulu sekarang berubah menjadi anak berprestasi dan shalehah. Geng Mio berlari menemui ibu–ibu mereka masing-masing. Memeluk dengan rasa mengharu-biru, sambil menangis. Mereka sekarang benar-benar menyadari alangkah indah hidup dengan kebaikan ahklak.

Begitupun ibu Muslimah juga bangga padanya. Aisyah tersenyum melihat ibunya. Dia memeluk sang ibu. Ibu Aisyah juga sangat sayang dengan Aisyah. Ibunya juga bangga putrinya sekarang menjadi gadis shalehah dan mampu merubah teman-temannya.

Di keramaian sore itu, penduduk melepas kepulangan Pak Bupati, dan tim-tim kecamatan lain. Sebelum pulang Pak Bupati berpesan agar anak muda menjadi agen perubahan bangsa, jauhi narkoba, rajinlah belajar, dan pelajari ilmu agama, Islam. Aisyah berjalan di kerumunan masyarakat di dampingi ibunya.

Dia bermaksud belanja jajanan. Lalu Aisyah bertemu dengan teman-temannya. Orang tua para Geng Mio sangat bahagia bertemu Aisyah. Bagi mereka Aisyah adalah pahlawan anak-anak mereka. Eh, ada yang menawarkan untuk menjadi menantunya. Aisyah bilang Insyaa Allah nanti setelah selesai kuliah.
******
Libur semester telah berakhir. Aisyah pamit untuk kembali ke kampus. Pagi yang cerah dan penuh haru. Sebelumnya Aisyah sudah pamit dengan teman-temannya. Muslimah dan tentunya Geng Mio yang sudah hijrah itu, menjadi sedih. Tas dan barang bawaan Aisyah sudah di siapkan ayahnya di pinggir jalan.

Agar kenek bus mudah mengangkat nanti. Aisyah memeluk ibu dan ayahnya. Begitupun dua adik kecilnya, Khadijah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dua adik laki-lakinya yang sudah SMP dan SMA juga berpamitan pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah. Setelah siap Aisyah menunggu bus lewat di depan rumahnya.

Bus lewat pukul 09:00 WIB biasanya. Beberapa tetangga Aisyah juga sedih Aisyah kembali ke Kota Palembang. Terasa sepi kalau tidak ada Aisyah, kata mereka. Aisyah melangkah keluar diiringi ibunya. Saat Aisyah keluar membuka pintu. Betapa terkejut Aisyah halaman rumahnya sudah ramai.

Geng Mio datang untuk melepas keberangkatan Aisyah ke Kota Palembang. Tapi yang paling Aisyah terkejut. Ada ratusan wanita yang berbusana muslimah sesuai syariah. Aisyah tidak menyangka kalau semua gadis di desanya sudah menyadari menutup aurat adalah wajib bagi wanita muslim.

Semuanya tahu dan mengenal puncaknya saat pestival olah raga kemarin. Sehingga semua penduduk desa mengetahui.Teriak panggilan kakak memanggil Aisyah menggema di halaman rumah. Aisyah hampir menjerit haru dan menutup mulut dengan kedua tangannya.

Begitupun ibu, ayah, tetangga, dan penduduk yang melintas menjadi terharu. Air mata mereka mengalir dengan sendirinya. Geng Mio memberikan Aisyah sebuah boneka berungan besar sebagai hadiah. Mereka memeluka Aisyah satu demi satu. Dalam haru dalam tangais mereka merasakan kedamaian dalam iman Islam.

Bus yang di tunggu datang juga. Ayah Aisyah memberi tanda agar bus berhenti. Bus mengerem, berhenti tepat di depanrumah. Seorang anak perempuan umur tujuh tahun menangis meminta Aisyah jangan pergi. Ibu si anak berusaha menangkan. Dia bilang Kakak Aisyah mau kuliah, mau belajar, nanti kalau dia libur dia akan pulang lagi.

Anak itu namanya Fatimah, selalu belajar mengaji dengan Aisyah. Kepergian Aisyah diiringi air mata haru dan cinta kasih semua orang desanya. Lambaian tangan mereka dapat Aisyah lihat dari jendela bus. Aisyah merasa bahagia sekali. Seperti mimpi rasanya. Dalam hati Aisyah berkata.

Terimah kasih Ya Allah telah menganugerahkan kasih sayang diantara kami. Kau telah membuka pintu hidayah sehingga kami dapat menikmati rahmatmu dengan baik. Untuk menghilangkan bosan Aisyah membuka handpone samsung miliknya. Dari facebookinstagram, sampai twitter. Aisyah tidak pernah membuka konten yang buruk apalagi amoral.

Tidak pernah menulis status yang tidak baik di dinding media sosialnya. Perjalanan yang membosankan dengan lama mencapai tujuh jam perjalanan, Lahat ke Kota Palembang. Mau tidak mau harus di jalani dengan sabar. Sebua pesan dari whatsApp masuk. Itu pesan dari seorang pemuda blogger yang pengangguran, Kak Joni tertulis namanya.
“Assalamualikum dek?
“Waalaikum salam, Kak.” Jawab Aisyah.
“Adik apa kabar? “ Masih libur apa?
“Alhamdulillah, baik Kak. Sudah kembali kulia kak. Ini adik sudah di jalan menuju Kota Palembang. Senin ini adik sudah mulai kuliah aktif.
“Adik di bus sekarang.
“Iya kak?
“Kakak dimana, lagi apa?
“Kakak di rumah. Sedang mengetik cerpen. “Oh, yah. Puisi adik sudah kakak upload di blogger.
“Terimah kasih, kak. Coba kirim lingnya.” Balas Aisyah.

Seorang anak muda duduk di kursi di sebalah kursi Aisyah. Rambut agak gondrong, mata sipit, kulit berwarna putih. Memakai switter berwarna biru langit. Kepalanya dia tutup dengan topi switternya sehingga terlihat wajahnya saja. Celana jean hitam, bersepatu karet berwarna biru.

Ada tas kecil berwarna coklat, yang berisi Al-Quran saku, handpone, sisir dan handuk kecil. Pemuda itu duduk bersebelahan dengan seorang bapak-bapak berumur empat puluhan tahun. Si pemuda membuka smartphone xiomi miliknya. Dia sedang mengirim pesan entah pada siapa.

Kemudian si pemuda melihat ke arah kursi Aisyah. Seringgai aneh mengulas di bibirnya. Tatapan mata si anak muda juga penuh tanda tanya. Aisyah melirik dan hatinya bertanya-tanya tentang si pemuda itu. Namun semua tanya hatinya dia abaikan sebab tidak berbuah jawaban.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 28 Juli 2019.
Sumber gambar kartun. http://kartunmuslimah.com

Sy. Apero Fublic

6/19/2019

Mata Cantik Aisyah. Part II


APERO FUBLIC.- Waktu berlalu, tanpa terasa hubungan asmaraku dengan Aisyah sudah berjalan setahun lebih. Pernah kami berjanji bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Kami tidak pergi ketempat yang begitu romantis. Hanya bertemu dan bersantai di Benteng Kuto Besak (BKB), di Kota Palembang.

Sebuah tempat wisata terkenal dan berada di jantung Kota Palembang. Duduk di tepian Sungai Musi dengan hembusan angin sungai yang syahdu. Membuat hijab dan gamis Aisyah yang berwarna hitam itu berkibar-kibar. View dari sini dapat melihat patung ikan belida, Jembatan Ampera, Benteng Kuta Besak.

Apabila kita berjalan ke sisi Jembatan Ampera disana akan menemukan museum Sultan Mahmud Badaruddin I, Monumen Pahlawan,  Masjid Agung Palembang, dan Pasar 16.  Satu hal yang disukai pengujung disini adalah Mie Tek-Teknya dan makan mpek-mpek di warung terapung. Warung terapung adalah bentuk perahu motor yang cukup besar kemudian dimodivikasi menjadi tempat berjualan makanan khas Palembang tersebut.


Hari itu, seperti biasa Aisyah memakai busana muslimah yang lengkap. Gamis hitam longgar, hijab hitam syariah, berkaos kaki dan bersepatu. Tangannya memakai handsock warna cream, dan bercadar hitam. Sebelum bertemu, kami chet melalui whatsApp dan berjanji bertemu di BKB. Aku akan menunggu ditempat biasa.

Sebuah halte Transmusi di depan Monumen Pahlawan. Terasa lama sekali menunggu Aisyah rasanya. Berkali-kali aku tanyakan melalui whatsap apakah dia sudah dekat. Ternyata jalan macet dari arah Kertapati menuju pusat kota. Setengah jam aku menunggu akhirnya Aisyah sampai juga.

Sebuah bus transmusi berhenti didepan halte. Transportasi yang nyaman dan murah itu telah membuat nyaman warga Kota Palembang berpergian. Dadaku berdebar saat melihat sosok Aisyah keluar dari bus. Gayanya yang anggun dan bercirikan seorang gadis shalehah.

Membuat semua bujangan seperti aku memimpikan memiliki gadis sepertinya. Orang-orang juga nampak menghormati Aisyah sebagai gadis baik-baik. Pertemuan yang singkat berlalu beberapa jam itu, sangat membahagiakan sekali. Benar kata orang kalau bersama kekasih hati akan membuat waktu menjadi singkat dan pendek.


Hal pertama kami lakukan adalah berfoto-foto di monumen perjuangan. Patung garuda Pancasila dan beberapa meriam menjadi pilihan latar belakang foto. Aisyah begitu manja dan penuh perhatian. Aku selalu dibuat grogi dan serba salah. Namun diam-diam aku merasa bangga dengan memiliki kekasih yang salehah.

Berbusana muslim dan seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam Palembang itu. Setelah puas berfoto di monumen, kami berjalan menuju tepian Sungai Musi di depan Benteng Kuto Besak (BKB). Sambil berjalan, aku mendekat Aisyah dan menggenggam jemari Aisaya. Aisaya hanya tersenyum dan sinar matanya bahagia.

Aku melihat sudah banyak pengunjung yang berdatangan sehingga nampak ramai. Berbagai macam jenis jualan masyarakat. Dari pernak-pernik perhiasan sampai aneka makanan. Sambil berjalan kami melihat sekeliling. Banyak perahu motor, sekoci, dan kapal-kapal industri yang hilir mudik di Sungai Musi. Begitupun mobil dan sepeda motor berlalu lalang di atas Jembatan Ampera.

Banyak juga pengunjung yang berfoto-foto di sekitar Tugu Ikan Belida. Ada banyak anak-anak yang antri ingin berfoto dengan badut-badut kartun idolah mereka, seperti badut Upin-Ipin. Agak aneh yah, orang sudah berhijab dan bercadar kok pacaran dan pegangan tangan lagi. Ya, itulah namanya ketidak tahuan karena Aisyah dan aku belum mengetahui. Aisyah mengikuti atau mencontoh busana muslimah. Intinya Aisyah baru hijrah cara berbusana muslimah.


Tidak dapat aku bayangkan betapa bahagianya aku sore ini. Aku dan Aisyah duduk di atas pagar pembatas, di tebing Sungai Musi. Menghadap aliran sungai yang selalu bergelombang dengan anginnya. Banyak juga pasangan yang bermesraan. Tapi kami tidak seperti mereka, gitu dehhhh. Persis apa yang dilihat tadi, pemandangan di depan adalah perahu sampai kapal-kapal industri menjadi pemandangan.

Kadang Aisyah menunjuk ke arah kapal sekoci yang melaju sangat kencang. Atau menunjuk pada ibu-ibu yang dapat berperahu. Aisyah bilang kalau dia tidak akan dapat berperahu seperti itu. Tapi dia ingin sekali dapat berperahu. Aku tertawa dan bilang apakah dia mau jadi ibu nelayan. Aisyah nampak tidak suka, tapi dia tetap tersenyum.

Canda dan tawa terus berlanjut. Kadang percakapan kami terhenti oleh penjaja makanan ringan atau minuman. Belum lama kami berbincang kembali, eh... ada pengamen juga. Diam-diam aku marah sekali. Kalau tak bersama Aisyah saja sudah aku bentak pengamen ini. Lagu syahdu dari Seventeen yang berjudul Menemukanmu.

Kiniku menemukanmu diujung aku yang patah hati. Lelah hati yang menunggu cinta yang selamatkan hidupku. Ohhh. oohhh. Kini aku bersamamu berjanji sehidup semati. Lagu pengamen itu menambah romatis sore ini. Enak menikmati bersama Aisyah. Setelah selesai aku memberikan uang dua puluh ribu rupiah. Tidak rugi rasanya dengan lagu yang indah walau dibawakkan tidak seperti aslinya. Dan hati agak kesal terganggu, huh kata hatiku.


Aisaya menunjuk ada banyak ikan di sungai terlihat dari riak air. Tanganku yang aku letakkan di  pagar. Saat Aisyah meletakkan tangannya tanpa sengaja menyentuh tanganku. Aisyah menggeser tangannya karena malu. Namun aku tidak menyia-nyiakan kesempatan. Aku menggenggam erat tangan Aisyah. Sehingga dia tersipu malu. Walau begitu dia tidak marah dan membiarkan aku menggenggam erat tangannya. Lama kami tenggelam dalam diam, menikmati waktu kebersamaan ini.


Setelah itu, aku mengajak Aisyah untuk mencoba makan mpek-mpek di warung terapung. Disini selalu ramai dan tidak pernah sepi pengunjung. Aku menuntun Aisyah menuju warung terapung. Sebab penghubung antara daratan dan warung terapung terbuat dari papan yang seperti jembatan.

Kalau jatuh pasti akan basah kuyup dan bonus tertawanya orang-orang. Ditambah goyangan ombak Sungai Musi membuat takut para gadis-gadis. Tapi ada juga yang berani. Mungkin Aisyah hanya manja padaku. Maklum kami sudah lama tak bertemu. Makanan yang dipesan dua mangkuk tekwan, satu porsi mpek-mpek plus cuka. Maklum orang Palembang.

Minumnya es jeruk peras susu. Ya, lumayan jajanan disini. Sederhana, murah dan nikmat. Ditambah lagi di warung terapung yang bergoyang-goyang dan dihiasi hilir mudik berbagai kendaraan sungai. Aisyah menyuapi aku dengan sepotong mpek-mpek. Membuat aku jadi GR juga. Tapi aku akui bertambah sayang kok. Memang Aisyah adalah segalanya bagiku.
Tanpa terasa waktu berlalu aku dan Aisyah selesai makannya. Karena hari sudah menunjukkan pukul lima sore. Kami memutuskan untuk pergi ke Masjid Agung. Disana akan shalat magrib setelah itu akan pulang. Setelah shalat aku mengantar Aisyah ke halte bus. Kembali menunggu halte bus menunggu armada transmusi karena Aisyah akan pulang.

Aisyah kembali ke Kertapati. Dia menginap di rumah keluarganya, Uwa Aisyah. Saudara kandung dari ayahnya. Rumah Aisyah di Kota Lahat, di Palembang dia hanya sekolah dan kuliah. Setelah Aisyah naik transmusi aku juga pulang. Menuju halaman parkir motor dan akupun pulang.

Waktu berlalu dengan cepat. Sudah satu bulan aku dan Aisyah bertemu. Di sepanjang tahun 2018 sudah beberapa kali kami bertemu. Sedangkan di media sosial kami selalu berhubungan setiap hari. Menanyakan kabar, bertanya sudah makan atau belum, sudah shalat atau belum. Itu-itu saja dan panggil-panggil sayang dan mengaku kangen. Selama ini hubungan asmara kami baik-baik saja. Aku memang tipe cowok setia loh, he, he, he. Sekarang memasuki tahun 2019. Ada beberapa kali pertemuan ditempat lain. Misalnya nonton film Dilan dan beberapa film horor.

Sekarang penghujung bulan April tahun 2019. Sudah biasa kalau menjelang bulan ramadhan aktifitas keagamaan Islam meningkat. Banyak tausiyah dan tabliq-tabliq akbar. Suatu hari Aisyah mengikuti tausiyah di Masjid Agung Palembang bersama teman-teman kuliahnya. Penceramah Ustadz kondang Abdul Somad. LC. Waktu itu, ada seorang audiens bertanya pada Ustadz tentang hukum orang pacaran dan apakah sah puasa orang yang berpacaran.

Dalam dialog itu, Ustadz menjelaskan bahwa hukum pacaran itu haram, dan orang yang bepuasa tapi pacaran puasanya tidak sah. Mendengar penjelasan Ustadz itu, Aisyah menjadi sedih. Hari itu sudah tanggal 28 April 2019. Sedangkan puasa tanggal 6 bulan Mei 2019. Berarti tingga satu minggu lagi memasuki bulan suci ramadhan. Aisyah terus gelisah dan sedih. Ustadz bilang hendaknya sebagai muslim harus istiqomah dan hijrah secara keseluruhan. Bukan hanya menutup aurat seperti hijab dan cadar, tapi semuanya hijrah. Dari sikap, tingkah laku, kata-kata dan semuanya.

Aisyah sadar selama ini khilaf dan tidak tahu. Maklum Aisyah juga belum banyak mengerti tentang syariat Islam. Namanya saja baru hijrah. Dulu hijab Aisyah alakadarnya. Aisyah kemudian memutuskan untuk hijrah total dan menjadi muslimah sejati. Sehingga selama beberapa hari dia memikirkan keputusannya. Kemudian akhirnya Aisyah memberanikan menelpon aku. Sambil menangis Aisyah menceritakan dan menjelaskan hal ihwalnya. Maka dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan cinta kami.

“Kak, adik meminta agar hubungan kita tidak lagi berlanjut.
“Ada apa adik, apakah adik sedang bercanda?
“Tidak kak, adik serius.
“Apa kakak punya salah?
“Tidak, kakak tidak ada salah sedikit pun.

Mendengar kata-kata Aisyah meminta perpisahan membuat tubuhku bergetar. Ada rasa perih dihatiku. Aku tidak menyangkah itu yang dia minta. Dunia begitu buruk bagiku waktu itu. Aku begitu sedih dan terasa hampa. Hancur sudah mimpi dan impianku. Kemudian aku bertanya pada Aisyah alasannya meminta mengakhiri hubungan ini.


“Karena dua hari lagi akan memasuki bulan puasa kak. Kita sebagai muslim tidak boleh berbuat maksiat atau mendekati maksiat. Memang kita berhubungan sebatas pesan, atau pertemuan biasa. Tetapi itu sama saja dengan kita mendekati maksiat. Tidak sah puasa orang yang pacaran kak. Aku meminta perpisahan ini karena Allah.

Sekiranya suatu saat nanti kita berjodoh pasti akan bersatu yang sesungguhnya. Bila adik telah selesai kuliah, kakak sudah siap. Bolehlah kakak datang melamar adik. Walau kita tidak pacaran lagi. Ketika kakak siap dan restu kedua orang tua kita. Maka kita akan menikah. Tak perlu pacaran, yah. Maafkan Aisyah. Aisyah mohon kakak ikhlas dan bersabar.
Mendengar penjelasan Aisyah itu. Hatiku yang tadi terasa hancur kembali baik lagi. Aku bahagia ternyata aku berhadapan dengan seorang gadis yang salehah. Dia meminta perpisahan karena ingin beribadah. Dia ingin mendekatkan dirinya pada Allah sebaik-baiknya. Dia ingin menjadi lebih baik lagi dari waktu yang lalu.

Apabila nanti dia sudah selesai kulia, aku dapat melamarnya. Kami tidak perlu pacaran yang mengundang maksiat. Cukup sebagai sahabat saja. Aku perlu berjaga-jaga jangan sampai aku didahuli orang lain melamar Aisyah, pikirku. Aku sering membuat snap di whatsApp tentang perasaanku. Banyak yang memberi masukan dan nasihat. Terimahkasih.

Terhitung sejak 4 Mei 2019 aku dan Aisyah berpisah. Karena pada tanggal 6 Mei 2019 akan mulai puasa 1340 Hijriyah dimulai. Pemerintah telah menetapkan pada sidang isbat sebelum tanggal 6 Mei. Kami mengakhiri hubungan cinta yang sudah berjalan bertahun-tahun itu. Kami hanya berteman biasa sekarang. Aku akui ini sangat berat dan menyakitkan.

Namun perlahan-lahan aku juga mulai melupakan. Aku juga sudah hijrah sekarang. Aku tidak mau lagi pacaran. Aku hanya ingin kenal, dekat, dan menikah. Jujur memang ada waktu-waktu terasa rindu di dalam hatiku pada Aisyah. Candanya, tawanya, sikapnya dan semunyalah (kesal aku). Menghantui kalbuku mengingat tentang Aisyah. Gadis impian, tunggulah aku hantarkan seperangkat alat shalat dan Al-Quran pikirku.


Sekarang aku juga telah bertekad bahwa aku juga tidak akan pacaran lagi. Sudah saatnya aku hijrah dan meninggalkan cara salah dalam mencari pasangan hidup. Sebagai pemuda aku akui bahwa berpacaran hanyalah pembuka pintu maksiat. Mendekatkan diri pada pintu zina.

Dari zina mata, zina hati, zina tangan, dan yang paling berdosa adalah zina berupa senggama layaknya suami istri. Para gadis sekarang telah pada hijrah. Mereka sedikit demi sedikit memperbaiki diri. Dari menutup aurat sampai memutuskan tidak pacaran. Kalau begitu marilah kita para lelaki juga berhijrah untuk tidak mengajak dan merayu gadis untuk berpacaran.

Sesunggunya berteman biasa sudah cukup untuk mengetahui kalau ada rasa suka dan cinta diantara kita. Aku hijrah dan meninggalkan kehidupan yang menyalahi syariat sebab warisan rezim pemerintahan terdahulu. Kepada mantan dan pacarku aku meminta maaf dan memohon ampun pada Allah dengan kekhilafan itu. Sekarang aku hanya ingin kenal, dekat, dan menikah. “ada ungkapan, tinggalkan atau halalkan.” Okeeeee!!!!

Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 12 Mei 2019.
Sumber foto. Apero Fublic.
Sumber kartun muslimah. http://kartunmuslimah.com

Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.

Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: www.aperofublic@gmail.com idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

Sy. Apero Fublic

Mata Cantik Aisyah. Part I


APERO FUBLIC.- Kisah ini adalah kisah seorang gadis dan seorang pemuda yang menuju jalan Allah. Sedikit demi sedikit dia berubah menjadi lebih baik. Dia gadis yang berhijrah ke kehidupan yang benar-benar Islami. Seiring waktu dia terus belajar dan berusaha menambah penegtahuan agama Islam. Dia mencoba menentang arus kehidupan sekarang yang jauh dari keimanan. Dia gadis yang kuat dan tangguh. Tak goyang oleh buayan materi dan gemerlap dunia yang hedonis.


Dihari Jumat bulan januari ditahun 2018 lalu. Aku shalat Jumat di masjid kampus UIN Raden Fatah Palembang. Seperti biasa saat masuk aku selalu mengambil posisi paling belakang di dekat dinding. Yah, saat datang masjid sudah penuh oleh jamaah Jumat. Saat aku duduk disisi dekat dinding aku menemukan sebuah Al-Quran terjemahan kecil.

Al-Quran berwarna cream dengan kulit kain itu begitu indah. Menarik hatiku untuk menyentuhnya. Aku membuka dan membaca-baca. Pada halaman awal tertulis nama pemiliknya, Aisyah. Ditulis dengan menggunakan hurup Arab Melayu. Agak kesusahan aku membacanya, tepai aku berhasil.

Beberapa kali aku menyebut nama itu di dalam hatiku. Terdengar salam dari khatib yang sudah di atas mimbar. Sehingga aku kembali meletakkan Al-Quran itu di dekat tas ranselku. Setelah shalat Jumat selesai. Aku kembali membaca Al-Quran itu. Sementara jamaah ada yang berdoa, keluar masjid, dan shalat sunat.


Ketika masjid sudah mulai kosong, tinggal beberapa orang didepan. Aku bermaksud menitipkan Al-Quran pada marbot masjid. Selagi aku membuka-buka muncul seorang wanita mudah berbusana muslim. Memakai gamis berwarna merah maroon dengan hijab dark grey. Handsock dan berkaos warna kuning muda. Dia mencari-cari sesuatu sambil mengingat-ingat.

Kemudian langkahnya mendekat dinding tampat aku duduk. Diam-diam aku memperhatikan. Setelah dekat aku bertanya. Karena dia bercadar maka hal yang dapat diperhatikan hanyalah matanya. Sesaat mataku dan mata gadis itu beradu pandang. Matanya bening dan polos. Menyiratkan hatinya yang lembut dan tulus. Seperti telaga yang berair jerni. Kemudian masuk dan berendam di dalamnya, sejuk dan damai. Ada getar yang aneh menusuk kalbu terdalamku. Tapi aku tidak tahu rasa apa itu.


“Adik, ada yang dicari?

“Benar kak, Al-Quranku. Tak tau dimana. Mana hafalan harus disetor besok.

“Dek Aisyah?

“Iya Aisyah. Dari mana kakak tau nama saya.

“Apakah ini yang adik cari.


Aku menunjukkan Al-Quran yang ada ditanganku. Aisyah tersenyum dan mengucap terimah kasih. Dia bersyukur sekali karena Al-Qurannya ditemukan. Maklum dia sedang hafalan surat-surat jus tiga puluh. Aku memberikan Al-Quran itu. Kemudian Aisyah pamit untuk kembali ke fakultasnya.

Waktu berlalu, tanpa sengaja aku menemukan facebook Aisyah dan menjalin kontak melalui messenger. Singkat cerita kami bertukan kontak whatsApp dan sering berkomunikasi. Entah keajaiban apa, akhirnya aku dan Aisyah memutuskan untuk menjalin hubungan asmara cinta. Tapi karena kesibukan kuliah dan organisasi akhirnya kami lebih sering berkomunikasi melalui media sosial saja.


Menjalani hubungan cinta jarak jauh atau istilah sekarang LDR-an memang sangat berat. Rasa curiga, ragu, dan tidak ada kepastian membuat batin tersiksa olehnya. Namun sepanjang keyakinan tetap ada, maka cinta layak untuk dijalani. Cinta memang harus diperjuangkan, dan cinta harus dijaga dan dirawat. Cinta ibarat kecambah biji sebatang pohon.

Dia tumbuh dari tunas kecil dan rapu, sangat mudah patah dan hancur. Namun apabila terus dijaga, kecambah kecil itu akan tumbuh semakin besar dan besar sehingga menjadi pokok pohon yang besar dan kokoh. Berikut ini, kisah cintaku yang berlangsung secara LDR-an, dengan kekasih hatiku Aisyah.


Perkenalan aku dengan Aisyah terjadi tanpa sengaja di masjid. Perkenalan biasa yang tidak memiliki arti apa-apa. Sebuah perkenalan biasa dan sangat biasa. Perbincangan kami hanya sebatas perkuliahan dan dunia pendidikan. Keramahan dan kelembutan Aisyah membuat aku nyaman dan senang berkenalan denganya. Sebab, biasanya gadis secantik dia akan bersifat sombong dan acu pada cowok sederhana seperti diriku.

Namun berbeda dengan Aisyah dia benar-benar memperlihatkan sosok gadis yang berbeda. Gadis cantik yang akrab dipanggil Ais itu, selalu murah senyum, ramah dan sabar. Keelokannya juga ditampilkan dengan selalu memakai gamis yang indah, dengan hijab yang syar’ih atau dengan busana sesuai tuntunan Islam lainnya. Sehingga tertutuplah aurat-auratnya, dan sejuklah mata memandang dirinya. Muslimah cantik yang lulus dari sebuah sekolah SMA Negeri di Kota Palembang.

Sekarang kulia di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Kekasihku itu,  dia sangat suka dengan warna pink. Memang saat dia memakai busana warna pink, sangat serasi dan bertambah cantik dirinya. Kisah cinta ini, mengingatkan aku pada kisah cinta  Rasulullah dengan Siti Aisyah. Aku juga menulis puisi untuk kekasih hatiku Aisyah.

Teruntumu pujaan hatiku, yang sedang belajar menuntut ilmu agama.


Aisyah si Cantik


Aisyah namanya

Seorang putri dari kayangan

Turun menjelma dalam diri manusia

Pengumbar senyum dalam mulia

Bagai setetes embun dikala pagi

Menyejuk hijau dunia pun takjub


Aisyah namanya

Santun ia, bidadari syurga

Ia berjalan bagai nada-nada api

Sehingga membakar jiwaku yang rapu

Aku menjadi abu dalam genggamannya

Yang ia tiup dengan nafas rindunya

Menjadilah aku terbang dalam buai cinta


Aisyah namanya

Yang menitip lirik matanya

Menembus uluh hati dan memecah jantung

Roboh, aku terpapar cahayanya

Meringkuk aku dalam sangkar matanya

Menjadi tawanan seumur hidupku.


Kedua matanya

Penjara yang kuat, tak berpintu

Akupun ia pasung dengan cinta

Kalahlah aku oleh takdir

Kemalangan hidup seorang lelaki

Disandera mata indahnya.

Terkurung aku seumur hidup

Oleh cintanya. Oleh Mata nya.

Aisyah

Aku cinta akan engkau.


Itulah puisi yang aku tulis beberapa bulan lalu. Hari-hari kami berkomunikasi melalui handpone. Kesibukannya dengan tugas kulia membuat jarak dan melati kesabaran kami. Aku selalu bersabar, dan berdoa yang terbaik buat hubungan kami. Walau sibuk dengan rutinitas, ia selalu menyempatkan untuk membalas semua pesan-pesanku. Di malam hari, kami selalu berbincang-bincang romantis melalui hanpone.

Kadang ia marah, merajuk, dan cuek. Aku sadar memang banyak caraku yang membuat ia marah. Tetapi, ia sangat baik hatinya, ia selalu memaafkan aku. Aku tidak tahu terbuat dari apa hatinya, sehingga selembut itu. Maka aku berdoa, pada Allah untuk menjadi jodohnya dunia akhirat. Pernah suatu hari, aku mengirim pesan padanya.

Saat aku bertanya, dia bilang sedang mengerjakan tugas. Saat membalas chet dariku, itu suatu kebahagiaan yang besar sekali. Notifikasi media sosialnya selalu aku tunggu. Kalau selama ini, handpone ku hanyalah untuk menghubungi keluarga, sekarang menjadi lebih berwarna karena adanya pesan lain yang aku tunggu. Yah, sebuah pesan dari gadis bermata cantik yang telah menawan jiwaku, Aisyah.


“Adik, sedang apa?

“Adik lagi sakit kak, tak enak badan.

“Apa sebab adik jadi tak enak badan?

“Tak, tau kak. Mungkin adik sedikit masuk angin.

“Adik.

“Iya kak.

"Cepat sembuh ya, kakak sayang adik.

"Aminnnn

“Lama kita tak berjumpa, tolonglah kirim foto adik. Kakak hendak tengok wajah adik yang cantik, dan mata adik yang bening bercahaya. Agar damai hati kakak yang gersang karena menanggung beban rindu.

“Ah. Kakak, biasa saja kenapa.

“Jujur kakak memang rindu. Untuk sedikit mengobatinya tolonglah, kirimkan foto adik.

“Adik malu kak.

“Kenapa malu, bukankah adik cantik, dan kakak juga sayang akan adik.

“Tidak, ah.

“Dik.

“Ya.

“Kirimkan lah, jangan adik siksa akan diri kakak yang malang ini.

“Adik malu.

“Kakak tunggu, kiriman foto mu. Cinta kakak.

“Tidak.

“Adik, tidakkah adik kasihan akan kakak.

“Iya, iya. Tunggu adik selvi dulu ya. Kakak sayang.

“Iya, terimah kasih calon istriku. Aku selalu mencintaimu. Selamanya.


Kekasih hatiku Aisyah selalu baik dan mengalah. Mengerti dengan perasaan cintaku yang tulus ini. Setiap hari selalu mengirim foto dan kami saling membalas chet masing-masing. Hanya dengan cara itu, kami melepas rindu dan memadu kasih. Aku begitu bangga mengenalnya dan memilikinya. Aku berharap ini bukan hanya sementara saja tetapi suatau pertanda jodoh bagi kami berdua.


Begitulah pesan-pesan yang kami kirimkan. Tidak ada kata rayuan atau gombal. Hanya sekadar menanyakan kabar, dan berkirim foto. Bagiku Aisyah wanita yang istimewa dalam hidupku. Dia memberi pengaruh yang baik pada kehidupanku. Hari-hariku yang selama ini hampa kini berganti dengan kebahagiaan.

Sudah beberapa tahun hatiku kosong dengan apa yang disebut cinta. Saat aku mengenal Aisyah aku mendapatkan harapan baru dengan cinta. Matanya telah membuat aku tergila-gila padanya. Aku tidak tahu apakah aku dapat berpisah darinya, aku rasa aku tidak dapat, aku tidak sanggup. Seandainya itu terjadi mungkin aku akan dilanda guncangan jiwa yang hebat. Perlahan-lahan tubuhku mengurus dan akhirnya jatuh sakit, entah sembuh entah tidak.


Kini hubunganku dengan Aisyah semakin dekat. Walau kami menjalani hubungan jarak jauh, dan kami menikmati proses ini. Memang aku dan Aisyah selalu bertengkar setiap hari, tetapi kami saling mengerti dan saling memaafkan. Pertengkaran cinta namanya, yang disebabkan cinta dan rindu.

Menanti proses dalam menuju jalan jodoh. Kami memang tidak pernah bertemu secara pisik dalam waktu lama. Apalagi bertemu untuk berjalan berduaan, ketaman-taman berbunga. Memang kami menghindari itu, untuk menjauhi dosa-dosa. Entah sampai kapan kami mampu bertahan dengan godaan untuk bertemu. Aku begitu mencintai Aisyah, dan selalu rindu dengan dirinya. Satu hal yang paling aku tidak bisa lepas adalah aku menyukai matanya yang bening dan bercahaya itu.

Cahaya matanya bagai sinar kehidupan dan harapan bagiku. Semoga Allah meridhai hubungan kami, dan sampai dijenjang pernikahan. Harapan terbesar ku, dialah yang menjadi ibu dari anak-anakku. Istriku di dunia dan istriku di akhirat. Suatu hari aku menulis dibuku harianku.


"Aku gantungkan rindu pada mu, sebagai ungkapan rasa kasih dan sayang. Kemudian aku hadirkan mimpi untuk memulai harapan-harapan. Entah mengapa engaku begitu dekat dengan jiwaku. Mungkinkah kau jodoh ku, mungkinkah kau tulang rusuk yang hilang, yang aku cari selama ini.

Dengan berbekal doa aku melangkah mencintai mu, membuat perjalanan cinta yang indah. Kau tahu sayang, ketika belahan jiwa ini telah kau curi, saat itu telah jatuh seorang lelaki yang sombong. Lelaki itu kini takluk dalam pelukanmu. Ia menghibah untuk tetap di sisinya, dan memohon untuk menjadi bagian dalam hidupnya.


Melalui angin aku titipkan rindu, yang aku hembuskan melalui nafas asmara cinta. Bara-bara panas menyala-nyala di dada ku. Wahai kau pujaan ku, engkau nan jauh di sana, aku mohon mengertilah kiranya. Lihatlah di sini, apabila kau pergi meninggalkanku, lelaki ini akan terkapar oleh luka yang teramat parah. Kasih, kumohon jadilah belahan jiwaku untuk selamanyaMatamu telah menjadi mata jiwaku Aisyah.


Suatu hari aku dan Aisyah bertemu di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Aisyah berangkat dengan bus transmusi. Setelah menemukan buku yang dia perlukan untuk referensi makalahnya. Aku dan Aisyah duduk di loby gedung perpustakaan. Dengan hembusan angin dan dihiasi bunga bermekaran. Aku dan Aisyah bercerita tentang jatidirinya.

Asyah menceritakan kalau dia bukan anak pesantren. Dia memakai busana muslimah, bercadar baru beberapa tahun ini. Dia hanya mengikuti hati dan mencontoh wanita shalehah. Dia baru memulai hijrah. Dulu Aisyah tidak berhijab sama sekali. Saat masuk kuliah dia berhijab alakadarnya karena diharuskan di Perguruan Tinggi Islam.

Waktu berjalan, banyak pengaruh baik dari sahabat-sahabatnya. Kemudian Aisyah mendapatkan pelajaran dan ilmu dari para Ustadz. Sehingga Aisyah yakin bahwa dia akan berhijrah. Aisyah bertekad kalau dia akan berubah sedikit demi sedikit. Maka dia berkata pada.

"Kak Ahmad, aku baru hijrah, apabila aku masih salah dalam bertindak dan bertingkah laku. Tolong jangan kakak salahkan hijab dan cadarku. Salahkanlah aku yang lemah ini. Belum banyak ilmu agama yang aku ketahui. Aku juga bercerita tentangku. Aku juga bukan anak pesantren dan aku juga akan berubah menjadi lebih baik.


Oleh: Joni Apero

Palembang, 12 Desember 2018.
Sumber kartun. http://kartunmuslimah.com


Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.

Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: www.fublicapero@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.


Sy. Apero Fublic