Cerita Kita
Kampus
Opini
Pendidikan
Oleh: Nurkarima
NURKARIMA: Asah Dalam Badai Melangkah Menggapai Mimpi
APERO FUBLIC. OPINI.- Perkenalkan saya Nurkarima, lahir 24 tahun silam. Anak kedua dari empat bersaudara. Perjumpaan kita melalui tulisan kecil ini. Hanyalah ungkapan atas kebanggaanku pada kedua orang tuaku, dan keluargaku. Kisah kecil ini, Aku tulis dengan rasa cinta dan kasih pada mereka. Ungkapan terimah kasih atas perjuangan Ayah dan Ibu, membesarkan dan memperjuangkan kehidupanku. Tak ada yang istimewah yang mereka lakukan, selain merawat dan memperjuangkan kehidupan anak-anaknya. Ayah-Ibu terimakasih untuk semuanya.
Mungkin tidak ada yang istimewa didalamnya untuk orang-orang. Namun bagi saya, kisah ini adalah untaian mutiara dalam kehidupan keluargaku. Setiap langkah yang saya tempuh menyimpan pelajaran, setiap perjuangan mengandung hikmah. Di balik kesederhanaan, ada harapan dan doa yang tidak pernah putus dari Ayah dan Ibu. Dan dari sanahlah kekuatan saya berasal.
Satu ungkapan dariku: "Memang benar, dunia in tierus berputar. Tidak ada yang tahu kapan kita berada di atas, dan kapan kita harus berada di bawah" Karena tiulah, penting bagi kita untuk menabung. Menabung bukan hanya soal emas atau uang. Tapi dapat juga menabung ilmu, pengalaman, kebaikan, dan kesabaran untuk masa depan yang belum kita tahu arahnya. Ungkapan ini akan lebih kamu pahami setelah membaca kisah kecil yang Aku tulis ini. Kisah sederhana dari seorang anak biasa, namun penuh makna bagi kehidupanku dan keluargaku.
***
Sedikit cerita tentang masa lalu keluargaku. Merupakan tonggak penting dalam perjalanan kehidup keluarga kami. Nurkarima, tumbuh di dalam keluarga yang sederhana, dan biasa-biasa saja. Namun kehidupan keluarga kami bahagia yang penuh kasih sayang. Waktu itu, Papa bekerja sebagai penjaga sekolah di SD Negeri 190. Sementara Mama memiliki toko sembako kecil di rumah.
Saya dilahirkan sebagai anak yang sehat dan normal. Namun, perjalanan kehidupanku dimulai dengan cobaan untuk diriku dan kedua orang tuaku. Waktu itu, saya baru berusia tiga tahun. Suatu hari kecelakaan kecil terjadi. Entah bagaimana, Saya terjatuh dari kursi. Kejadian itu tampak biasa saja dan tidak mengkhawatirkan. Namun seiring waktu ternyata akibat jatu itu berdampak pada pendengaran saya. Dimana waktu demi waktu pendengaran saya terus melemah. Hal itu dijelaskan oleh dokter saat berobat. Dia menjelaskan kalau ada saraf terjepit sehingga mempengaruhi kemampuan pendengaran saya. Sejak itu, Papa dan Mama terus berjuang keras berusaha mengobatiku. Agar pendengaranku dapat kembali normal seperti sediakala.
Pada masa itu, kondisi ekonomi keluargaku masih tergolong cukup baik. Hasil kerja Papa masih cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Sementara penghasilan dari toko Mama diusahakan untuk membiayai pengobatan telingaku.
Yah, masa-masa yang tidak terlupakan. Papa dan Mama bahu membahu berjuang dan saling menguatkan, tak ada yang mengeluh walau beban terus bertambah. Waktu berlalu, tibalah waktunya masuk Sekolah Dasar. Masih ingat dulu, Nurkarima sangat pendiam. Hal itu disebabkan karena malu dan kurang percaya diri. Sebab cara bicara saya yang sedikit cadel, dan masalah keterbatasan pendengaran. Dari itulah, saya kesulitan bersosialisasi dengan teman-teman di sekolah.
Saya lebih banyak diam dan mengamati saja keasikan teman-teman bermain atau bercanda. Mereka tidak punya masalah dalam pendengaran dan cara bicara. Jauh dilubuk hatiku, ingin sekali rasanya seperti teman-teman. Kadang sedih, iri dan cemburu dengan teman-teman. Kesendirian demikian tentu membekas sekali dalam ingatan dan mewarnai kepribadianku pada masa-masa mendatang.
***
Waktu berlalu tanpa terasa. Tenggelam dan timbul dalam perjalanan masa kecilku, dan keluargaku. Suatu waktu Papa mengikuti tes Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kuasa Allah memberi jalan pun terjadi, Papa lulus dan menjadi PNS. Dengan demikian menjadikan keadaan ekonomi keluarga lebih baik. Bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari segi perhatian dan kasih sayang pada keluarga.
Papa dan Mama tidak pernah lelah memberikan yang terbaik padaku dan saudara-saudariku. Mereka juga menjadi tumpuan jiwa dan kehidupanku dalam menjalani kehidupan ini. Mereka berdua memberikan dukungan kasih sayang, teladan moral yang baik serta kebersamaan. Terutama memberikan perhatian.
Papa dan Mama memberikan pendidikan padaku dan saudara-saudaraku. Sampai pada masanya saya mencapai pendidikan Perguruan Tinggi.
Dengan tekad dan kerja keras, impian Papa dan Mama yang ingin memberikan hal terbaik untuk anak-anaknya. Saat Aku ingin mendaftarkan diri di Perguruan Tinggi keduanya mendukung sepenuh hati. Saat tes masuk Perguruan Tinggi saya diterima di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Tentu kebanggaan Papa dan Mama terpancar dari mata mereka. Aku yang tidak menyangkah dapat masuk Perguruan Tinggi Negeri juga begitu bahagia.
Awalnya saya sangat senang, namun seiring berjalannya waktu dan memasuki dunia perkuliahan, rasa minder dan malu kembali muncul. Keterbatasan pendengaran saya membuat saya sering takut, takut tidak bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, takut terkucilkan oleh lingkungan, dan takut tidak mampu bertahan. Tapi berkat Papa dan Mama yang selalu memberi inspirasi padaku. Rasa ingin membuat mereka bangga, agar anaknya yang sederhana mampu menjadi sarjanah.
Memberikan kekuatan pada diriku dan Akupun terus bertahan tetap kuliah. Aku mengesampingkan semua rasa-rasa itu. Setelah berjalan, ternyata semua teman-teman kuliah ternyata baik dan mendukungku.
Waktu berlalu, ternyata Allah SWT memberikan ujian lagi padaku. Pada hambanya yang rapu ini, yang dinilainya mampu menghadapi ujian-Nya. Perjalanan kuliah yang baik-baik saja walau memendam banyak keresahan. Akhrinya sampai juga di semester akhir.
Suatu hari di smester akhir itu. Aku dan Adikku mendapat musibah besar, kecelakaan hebat, yang hampir merenggut nyawaku. Kecelakaan itu begitu parah, sehingga saya hanya memiliki kemungkinan hidup sekitar 1% lagi. Bahkan dokter sempat hampir menyerah melihat kondisi saya saat itu. Tubuh saya berlumuran darah. Papa dan Mama nyaris tidak bisa berkata-kata melihat kondisiku. Mereka terus berdoa sambil memanggil nama saya berulang kali. Dandi tengah keputusasaan tiu, Allah SWT menunjukkan kuasa-Nya. Setelah beberapa kali dipanggil oleh Papa dan Mama juga dokter yang merawatku. Aku mulai memberikan sedikit respon. Tapi waktu itu Aku belum sepenuhnya sadar.
Keadaanku setengah koma. Dokter mengatakan, kesadaran penuh hanya akan datang jika saya mampu melewati tujuh hari kritis. Hari-hari itu menjadi masa paling gelap dalam hidupku. Dalam kecelakaan kepalaku mengalami benturan keras. Selama belum sadar saya tidak bisa duduk, tidak dapat bicara. Benturan keras di kepala sangat memengaruhi kondisi tubuh saya. Saya belajar satu hal penting dari peristiwa itu:
“kita tidak pernah tahu kapan ujian dari Allah akan datang. Kita tidak pernah tahu kapan hidup kita berubah dalam sekejap. Tapi selama masih ada doa dan usaha tentu masih ada harapan.”
Sekian lama saya harus beristirahat di rumah untuk memulihkan kondisi kesehatan saya. Proses pemulihan itu pun saya jalani dengan sabar, sambil melakukan terapi dan rutin kontrol ke rumah sakit untuk mengecek apakah kondisi saya sudah pulih secara total atau belum. Dokter menyarankan agar saya tidak terlalu banyak berpikir dan diminta untuk fokus pada pemulihan fisik dan mental terlebih dahulu.
Namun di dalam hati saya tetap menyimpan tekad yang besar: “Saya ingin melanjutkan studi saya dan menyelesaikan skripsi ini. Saya tahu kondisi saya belum sepenuhnya stabil, dan jalan yang saya tempuh tidak mudah. Tekadku, Aku tidak akan menyerah.”
***
Seiring waktu keadaanku terus membaik dan pulih. “Saya ingin kembali melakukan penelitian, menyelesaikan apa yang sudah saya mulai, dan menuntaskan studi saya dengan sebaik mungkin. Meski banyak proses dan tahapan yang harus saya jalani, saya percaya bahwa dengan niat, doa orang tua, dan izin Allah SWT, saya bisa melewati semuanya. Saya ingin membuktikan, bahwa meski sempat terjatuh, saya bisa bangkit dan menyelesaikan perjuangan ini hingga akhir.
“Kalau kamu ingin, Aku bisa bantu menyatukan seluruh cerita ini menjadi satu narasi perjalanan lengkap dari masa kecil sampai skripsi, atau disusun dalam format kata pengantar skripsi yang menyentuh hati.”
Sekarang, Saya sedang menyelesaikan skripsi, tugas akhir dengan judul "Peran Pengelola Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Siswa di SMA Karya Ibu Palembang". Untuk mencapai tahap ini, saya telah melalui banyak proses, mulai dari mengajukan judul, beberapa kali bimbingan, hingga akhirnya judul tersebut disetujui oleh dosen pembimbing. Bahkan di masa libur semester, saya tetap datang ke kampus untuk bimbingan karena dosen saya tetap meluangkan waktu.
Penelitian saya lakukan di SMA Karya Ibu Palembang, merupakan sekolah tempat saya menempuh pendidikan waktu SMA dulu. Hal ini menjadi pengalaman yang cukup emosional karena saya kembali ke tempat yang memiliki banyak kenangan sambil menggali informasi terkait peran perpustakaan dalam meningkatkan literasi siswa. Dalam menjalani proses skripsi ini, saya tidak sendirian. Papa saya selalu mendampingi, mengantar saya ke kampus atau tempat penelitian, karena saya tidak diperbolehkan menggunakan motor sendiri.
Selain itu, saya juga dibantuoleh teman-teman yang memberikan masukan terkait penyusunan proposal seminar, terutama hal-hal yang belum saya ketahui. Saat ini saya sedang mempersiapkan proposal seminar (sempro) dan menunggu jadwal pelaksanaannya. Harapan saya adalah bisa segera menyelesaikan tahapan ini dan melanjutkan ke tahap-tahap akhir agar dapat cepat lulus dari program studi Ilmu Perpustakaan.
Saya meyakini bahwa pengelolaan perpustakaan yang baik sangat penting dalam menumbuhkan minat baca siswa. Literasi bukan hanya soal membaca, tetapi juga tentang kemampuan memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi dari berbagai sumber. Oleh karena itu, melalui penelitian ini saya ingin menunjukkan bahwa peran pengelolah perpustakaan sangat strategis untuk meningkatkan literasi di kalangan siswa.
Saat ini saya sedang mengambil waktu untuk beristirahat dari kegiatan rutin kampus agar bisa fokus menyelesaikan skripsi saya. Dalam kondisi kesehatan yang belum sepenuhnya pulih di mana saya masih sering merasakan pusing akibat benturan kepala waktu kecelakaan yang pernah saya alami. Namun saya tetap berusaha melanjutkan perjuangan ini. Di sela-sela waktu istirahat, saya juga membantu mama berjualan di kantin sekolah. Sambil membantu orang tua, saya terus memperbaiki skripsi yang sebelumnya telah dikoreksi oleh dosen pembimbing.
Saya manfaatkan setiap waktu luang untuk menyempurnakan hasil tulisan saya, karena saya sadar ini adalah langkah penting menuju kelulusan. Dengan segala keterbatasan dan tantangan yang saya hadapi, saya tetap berusaha hadir ke kampus untuk menghadap dosen. Alhamdulillah, hasil kerja keras tersebut membuahkan hasil proposal skripsi saya akhirnya diterima dan disetujui oleh dosen pembimbing. Kini, saya sedang mempersiapkan semua berkas dan persyaratan untuk mengikuti seminar proposal, yang merupakan tahapan penting selanjutnya dalam proses penyelesaian skripsi saya.
Saya akan terus berjuang di sini. Semoga skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik di tahun 2026, Amiinnn. Dengan harapan dan doa, semoga setelah lulus Aku dapat memperoleh pekerjaan yang layak. Saya ingin berbakti pada kedua orang tua saya. Saya tahu apa pun yang saya lakukan tidak akan mampu membalas jasa mereka. Semua pengorbanan orang tua tidak akan dapat dibalas oleh anaknya. Tapi kita sebagai anak dapat membahagiakan mereka, dan memuliakan mereka dengan prestasi kita.
Aku ingin menjadi anak kebanggaan Papa, Mama, dan keluarga. Semoga keluarga kami dihormati oleh masyarakat dan sejahtera. Papa-Mama terima kasih atas perjuangan, ketulusan, dan nilai-nilai yang telah kalian tanamkan dalam diri saya sejak kecil. Terima kasih untuk semua cinta dan doa yang tidak pernah putus. Perjalanan ini saya dedikasikan sepenuhnya untuk kalian berdua.
Papa, Mama, Ayuk, dan Adikku, Aku sangat menyayangi kalian. Terima kasih telah menjadi jantung dan hatiku kalian adalah hal terpenting dalam hidupku. Doa, dukungan, dan cinta kalian adalah alasan aku tetap kuat hingga hari ini. Jalan dan perjuangan ini Aku persembahkan untuk kalian semua.
Oleh: Nurkarima
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden Fastah Palembang. Fakutas Adab dan Humaniora. Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Sy. Apero Fublic
Via
Cerita Kita
Post a Comment