8/11/2019

Mitos Makhluk Iyau Pada Masyarakat Melayu

Apero Fublic.- Pada masyarakat Melayu Sekayu ada sebuah cerita rakyat yang sudah turun temurun. Tidak tahu dari mana asal cerita, namun cerita ini tersebar di tengah masyarakat. Cerita rakyat tentang mahluk yang tidak dikenal, bernama Iyau. Iyau adalah mahkluk yang menggabungkan tiga unsur; unsur manusia, unsur hewan, dan unsur suban (siuman) atau makluk halus.

Para orang tua dahulu sadar kalau unsur sastra dapat menjadi media pengajaran yang sangat baik pada manusia. Ajaran yang diselipkan dalam sastra lisan atau tertulis dapat berupa sastra nasihat atau sastra melindungi. Fungsi cerita rakyat makhluk Iyau adalah untuk melindungi. Untuk menakuti anak-anak agar tidak bermain terlalu jauh dari pemukiman. Sebab pada masa dahulu hutan-hutan sangat lebat dan banyaknya binatang buas menjadi ancaman.

Cerita juga diselipkan untuk pengendalian sosial, seperti hubungan wanita dan laki-laki. Para orang tua yang harus bekerja di ladang atau beraktivitas jauh dari rumah. Akan sulit mengawasi anak-anak yang suka bermain terutama di sungai sebagai tempat mandi dan bermain. Orang Melayu dahulu setiap pemukiman  selalu di pinggir sungai-sungai. Hampir setiap nama sungai selalu menjadi nama tempat.


Anak-anak, saat musim kemarau mereka akan berjalan jauh menyusuri sungai-sungai mencari ikan, siput, kerang, kepiting dan sebagainya. Musim kemarau dimana ular berbisa, hewan buas seperti harimau, beruang, serigala dan gajah akan mendekati sumber air. Maka dikhawatirkan anak-anak akan di serang oleh hewan-hewan lapar tersebut.

Begitupun di hutan yang lebat akan membuat anak-anak tersesat dan juga kemungkinan diserang binatang buas. Kaum wanita juga rentan dengan pelecehan seks sual di sungai. Atau akan terjadinya seks tidak sehat mengingat sungai adalah bagian interaksi masyarakat waktu itu.

Menurut cerita masyarakat, bahwa makhluk Iyau ini muncul biasanya saat kemarau panjang. Pernah suatu ketika, orang tua (orang zaman dulu) bertemu atau melihat. Yaitu, memergoki Iyau sedang berjalan menyusuri tepian sungai. Orang tersebut melihat mengintif dari atas tebing sungai.

Memperhatikan dan mengingat ciri-cirinya. Mahkluk Iyau menyusuri sungai-sungai yang setengah kering mencari makanan seperti, siput, keong, kepiting, labi-labi, ikan, berang-berang atau apa saja yang dapat ditemukan di sepanjang sungai. Memakan semuanya mentah-mentah secara langsung tanpa di masak atau di olah.


Saat mencari pasangan hidup Iyau juga sering menculik manusia untuk istri atau suaminya. Mahluk ini menyihir sehingga manusia yang di culik lupa diri atau tidak sadar. Mungkin sama seperti di hipnotis zaman sekarang. Manusia yang di culik dibawak kemana mereka pergi. Mengikuti dari belakang tanpa menyadari dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Perlahan-lahan manusia yang mereka culik akan berubah secara psikologis dan fisik seperti Iyau.


Makhluk Iyau bermulah dari manusi-manusia yang dikutuk. Tersebutlah seorang Datu Puyang Depati Sakti. Puyang Depati Sakti, zaman dahulu pemimpin orang Melayu di suatu tempat. Kesaktian Puyang Depati Sakti mampu mengutuk manusia. Konon Puyang Depati Sakti adalah guru Si Pahit Lidah. Suatu ketika ada seorang istri bermain serong dengan seorang lelaki beristri. Kemudian kedua sering berzina di dalam Sungai. Perbuatan mereka itu kemudian di ketahui masyarakat dan mereka ditangkap.

Lalu Puyang Depati Sakti sebagai Datu di daerahnya memberikan hukuman berupa kutukan. “Kalian berdua adalah manusia, bersifat seperti binatang dan mengikuti ajaran suban. Akal terbalik dan jalan hidup terbalik. Maka, jadilah kalian dari ketiganya.” Sepuluh tahun kemudian, terjadi lagi perzinahan di dalam sungai. Seorang gadis dan seorang bujang kali ini. Kembali Datu Puyang Depati Sakti memberikan kutukan. “Kalian berdua adalah manusia, bersifat seperti binatang dan mengikuti ajaran suban. Akal terbalik dan jalan hidup terbalik. Maka, jadilah kalian dari ketiganya.”


Keempat manusia itu menjadi Iyau yang sering berjalan di sepanjang sungai di musim kemarau. Pasangan pelaku serong sering menculik anak-anak untuk dijadikan anak mereka. Pasangan zina si bujang sering menculik wanita untuk dijadikan Istrinya. Pezina gadis itulah Iyau yang sering menculik laki-laki untuk dijadikan suaminya. Ada juga yang berpendapat kalau mereka menculik sesuka hati mereka tanpa memilih.


Menurut masyarakat ciri-ciri makhluk yang dinamakan Iyau:
1. Bentuk tubuh sama seperti manusia, seperti kepala, bertangan dua, tubuh, paha, dan berkaki.
2. Telapak kaki makhluk Iyau terbalik, yaitu bagian tumit di depan dan jari di bagian belakang. Kegunaan telapak kaki terbalik untuk mengecoh manusia. Sehingga saat manusia mencari mereka akan salah arah saat mengikuti jejaknya.
3. Seluruh tubuh Iyau ditutup oleh buluh lebat sepanjang lima centimeter dari wajah sampai ke kaki.
4. Tangan Iyau sepanjang tubuhnya. Kalau manusia panjang tangan  hanya sebatas paha saat dijulurkan. Tangan makhluk Iyau sampai mata kaki. 
5. Mata mahkluk Iyau bentuk matanya bulat seperti buah tomat. Kalau manusia bolah matanya hitam putih, mata Iyau berbentuk bulat buah, berwanah merah biji matanya, dan hitam sekelilingnya.
6. Makhluk Iyau mulutnya membuka ke samping kiri dan kanan. Berbeda dengan mulut manusia yang membuka keatas dan ke bawah.
7. Makhluk Iyau dapat berjalan atau berlari-lari diatas semak-semak atau dedaunan.
8. Rambutnya sangat panjang sampai ke mata kaki dan ada juga yang lebih sampai menyentuh tanah. Saat berjalan rambut seperti menyapu tanah.

9. Pakaiannya berupa dedaunan yang di rangkai-rangkai.
10. Makhluk Iyau tidak berbicara seperti manusia. Tapi berbunyi sebentuk seperti hewan, mereka berkata atau berbunyi "Iyau. Iyau. Iyau." Hanya begitu saja sehingga orang menamakannya Iyau.

Mitos makhluk Iyau masih hidup subur di tengah masyarakat Melayu di Sumatera Selatan, terkhusus di daerah Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin. Bahkan masyarakat masih sangat percaya kalau makhluk Iyau benar-benar ada. Entalah, Wallahu a'lam bish-shawabi.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 12 Agustus 2019.

Sumber: Cerita di tengah masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Sketsa: Apero Fublic.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment