PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

8/08/2020

Sastra Klasik Jawa Islam: Naskah Suluk Sujinah.

Apero Fublic.- Mengenal suluk dalam kesastraan Jawa klasik. Terdapat banyak suluk dalam kesastraan Jawa pengaruh Islam, seperti Suluk Sujinah. Menurut Sastroamidjojo (1984) mendepenisikan suluk dengan dua pengertian. Pertama, suluk sejenis puisi Jawa yang berisikan ajaran tasawuf atau mistik.

Kedua, nyanyian atau sejenis tembang yang dilakukan oleh dalang untuk menggambarkan situasi dan kondisi disuatu tempat, atau emosi seperti menggambarkan perasaan sedih, gembira, tenang, marah, dan terkejut dari tokoh wayang (kulit) yang dilakonkannya. Dalam pembahasan ini, pengertian suluk yang pertama. Yaitu, berupa naskah puisi atau tembang yang berisi tentang ajaran Islam.

Suluk juga dapat diartikan “tali pengikat” karena karya-karya yang berupa puisi dan yang berisi ajaran tasawuf itu dipakai sebagai petunjuk atau tali pengikat antara mahluk dengan sekelilingnya, atau petunjuk seseorang untuk sampai pada makrifat Tuhan (Abdul Haq, 1960). Dalam memahami suluk yang berupa puisi harus diterjemahkan oleh orang yang mengerti bahasa dan kebudayaan Jawa. Sehingga makna dan nilai-nilai terkandung di dalam suluk menjadi jelas.

Naskah Suluk Sujinah merupakan koleksi Perpustakaan Fakultas Sastra, Universitas Indonesia yang bertulis aksara Jawa dan berbahasa Jawa. Berjumlah 187 halaman dan terdiri dari 24 pupuh.

Pupuh adalah judul sub bab dalam naskah. Dalam kesastraan Jawa-Bali klasik pupuh menjadi sub bab pembagi jalan isi naskah. Baik itu naskah berupa hikayat, dongeng, naskah, pupuh menjadi pembentuknya.

Pupuh sub bab yang monoton dimana setiap naskah memakai nama pupu yang sama walai cerita dan isi berbeda dari naska yang berbeda pula. Contoh pupuh: Sinom, Dhandanggula, Asmaradana, Durma, Mijil, Maskumambang, Kinanti, Girisa, dan lainnya.

Bahkan penelitian di Bali menemukan sekitar 200-an nama-nama pupuh. Pemakaian nama pupuh juga selalu berulang-ulang dalam satu naskah. Berikut ini cuplikan dari Naskah Suluk Sujinah, pada pupuh Asmaradana.

Kaca 1
Branta Kingking: Asmaradana
1.Wonten carita winarni.
Prawestri bekti mring priya.
Rabine pandhita kaot.
Kalungkung denya utama.
Aran dewi Sujinah.
Iku priyoga tiniru.
Pawestri bekti mring priya.
 
2.Mulane estri alaki.
Amrih kacangking ing priya.
Aja muhung dunya bae.
Nek teka dunya akheret.
Tan arsa malecaa.
Mulane geguru kakung.
Amrih sampurnaning krama.

Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.

Branta Kingking: Asmaradana 1.
1.Ada suatu cerita mengenai,
Seorang perempuan yang berbakti kepada suami.
Istri dari seorang pendeta.
Yang melebihi kebanyakan orang dan sangat utama.
Perempuan tersebut bernama Dewi Sujinah.
Ia patut untuk diteladani.
Sebagai seorang istri.
Yang berbakti kepada suami.
 
2.Oleh karena itu menjadi seorang istri.
Supaya dapat mengimbangi kedudukan suami.
Jangan hanya memikirkan masalah duniawi saja.
Tetapi juga masalah akhirat.
Agar tidak terpelecok.
Jadi bergurulah pada suami.
Supaya sempurna dalam berumah tangga.

Buku transliterasi Naskah Suluk Sujinah diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, pada tahun anggaran 1992/1993. Apa bila Anda tertarik ingin lebih tahu mendalam. Dapat mencari buku pada perpustakaan-perpustakaan tingkat provinsi di daerah Anda. Atau mengunjungi Perpustakaan Pusat Jakarta.

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Selita. S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang. 9 Agustus 2020.

Sy. Apero Fublic.

8/07/2020

Mengenal Tanaman Makanan Pokok Padi.

Apero Fublic.- Mengenal padi sebagai tanaman pangan nomor satu di dunia. Padi menjadi bahan makanan pokok diseluruh dunia, setelah gandum. Gandum sesungguhnya juga masih keluarga padi-padian.

Terdapat puluhan jenis tanaman satu marga dengan padi. Namun padi penghasil beraslah yang paling diperhitungkan. Tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak ribuan tahun lalu. Terdiri dari dua kategori, padi sawa dan padi ladang. Pada ladang juga disebut dengan padi kering.

Padi sawa dapat dipanen tiga sampai empat kali dalam setahun, tergantung dari irigasi sawa. Apabila wilayah persawahan memiliki sumber air yang cukup sepanjang tahun di kawasan iklim tropis. Penanggalan dan masa tanan tepat waktu. Maka para petani padi sawa dapat memanen empat kali setahun.

Sedangkan padi ladang biasanya hanya setahun satu kali panen. Sebab pola petani ladang berpindah mengikuti polah tahunan peladang. Para petani ladang membuka hutan dimusim kemarau. Kemudian diakhir musim kemarau mereka menanam padi. Biasanya sekali panen cukup untuk mereka makan dalam setahun.

Padi secara umum memiliki nama ilmia oryza sativa. Dari famili poaceae dalam kerajaan plantae. Padi berbunga dan berbuah dengan cara berisi dari dalam kulit buah. Pada awalnya buah padi membentuk kulit. Kemudian perlahan berisi daging buah.

Pada awalnya daging bua berupa cairan putih. Perlahan seiring bertambah umur, cairan semakin mengeras. Sehingga menjadi butiran beras. Pertanda masak dimulai dari warna yang menguning. Pola menguning dari ujung buah yang menunduk tanda biji padi bernas.

Padi sudah sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Dongeng dewi sri sebagai penjelmaan padi hadir ditengah masyarakat. Dongeng yang menceritakan pada awalnya buah padi seperti buah kelapa.

Tapi karena selalu ditumbuk oleh manusia. Akhirnya buah padi menjadi kecil-kecil. Ada juga pepatah yang memberi nasihat kehidupan agar jangan sombong. Berbunyi, “pakailah ilmu padi, kian merunduk kian berisi.”

Beras sebagai bulir padi mengandung karbohidrat yang sangat tinggi. Sehingga menjadi makanan pokok untuk manusia. Sumber energi tubuh dan makanan. Beras juga dapat di oleh menjadi tepung dan makanan lainnya. Tapi manusia lebih suka mengkonsumsi nasi untuk penghilang rasa lapar. Padi apabila dikonsumsi memberikan rasa nyaman di lambung dan tubuh menjadi sehat.

Padi terdiri dari beberapa jenis biji. Diantara padi biasa yang dikonsumsi sebagai makanan poko, berwarna putih. Padi pulut atau padi ketan yang lengket. Padi arang atau padi merah yang enak serta dapat dijadikan banyak olahan makanan. Padi atau beras mengandung serat, karbohidrat, mineral dan vitamin sama dengan buah dan sayur lainnya.

Padi termasuk tumbuhan berumpun sama seperti golongan tebu dan bambu. Tunas padi (anak padi) yang tumbuh membentuk rumpun berbuah bersamaan dengan induk padi. Bentuk batang padi beruas sama halnya tebu dan bambu.

Tapi teksturnya lebih lembut dan mudah patah. Daunya membelah kesamping, berbentuk lebar tengah dan meruncing pada ujung daun. Sisi daun tajam dan dapat membuat kulit tergores dan gatal.

Oleh. Rita Puspita Sari.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Sekayu. 7 Agustus 2020.

Sy. Apero Fublic.

8/05/2020

Nongkrong: Puncak Meranti Bayur.

Apero Fublic.- OKU Selatan. Kabar wisata kali ini berasal dari sebuah kecamtan di Ogan Komering Ulu Selatan. Tepatnya di Kecamatan Muaradua Kisam, OKU Selatan, Sumatera Selatan. Kebutuhan rekreasi adalah kebutuhan pokok pada psikologis keseharian manusia. Pada masa damai tempat rekreasi masuk dalam daftar kebutuhan pokok masyarakat tak benda.

Salah satu tempat destinasi wisata lokal di Kecamatan Muaradua Kisam, OKU Selatan adalah di Puncak Meranti Bayur, Desa Sugihan. Disini menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda di sore hari atau dihari-hari libur.

View perbukitan yang menghijau dengan lekuk-lekuk bukit menjadikan Puncak Meranti Bayur sangat menawan. Dengan memandang alam dan perbukitan akan menjadi pelipur lara bagi hati yang sedang kosong dan akan bahagia bagi jiwa yang ceriah.

Puncak Meranti Bayur selalu dikunjungi anak-anak muda sekitar. Menjadi tempat tongkrongan menghabiskan waktu senggang. Membawa buku dan minuman ringan, ditemani angin sore. Tentu menjadi hal yang menyenangkan di sini.


Seandainya kamu seorang fotografer atau pelukis akan baik untuk berinspirasi. Untuk kamu yang ingin melangsungkan pernikahan. Dapat memulai foto praweding di Puncak Merati Bayur. Itulah sedikit inspirasi untuk kita semua dalam mengembangkan destinasi wisata lokal kita.

Semoga anak-anak muda di Kecamatan Muaradua Kisam dapat menjalin kekompakan bersama dalam membangun destinasi wisata lokal. Namun dalam pengembangan wisata di daerah kita. Ada lima faktor yang harus kita jaga bersama.

Pertama, kebersihan lingkungan alam tempat wisata. Jangan membuang sampah sembarangan, terutama sampah plastik. Kedua, menjaga norma susilah adat dan budaya kita sebagai orang Melayu-Islam.

Seperti, jangan berdua-dua dengan yang bukan mahram dan berbuat tidak sesuai dengan ajaran agama dan adat istiadat kita. Ketiga, melakukan kunjungan berkalah bersama-sama serta mempromosikan ke media massa atau media sosila kita masing-masing agar diketahui masyarakat luas.

Keempat, kita membangun fasilitas yang diperlukan untuk menunjang kondisi destinasi wisata. Kelima, jangan berbuat yang tidak pantas seperti memakai Narkoba atau minum-minuman keras di sekitar tempat wisata kita. Sekian, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk kita semua.

Oleh. Zulkipli Adi Putra. S.Hum.
Editor. Desti. S.Sos.
Tatafoto: Dadang Saputra.
OKU Selatan. 6 Agustus 2020.


Sy. Apero Fublic.

OKU Selatan: Jembatan Sungai Lubuk Suban Semakin Memprihatinkan.

Apero Fublic.- OKU Selatan. Kabar memiluhkan untuk masyarakat Kecamatan Muaradua Kisam. Dimana jembatan penghubung di Sungai Lubuk Suban bertambah rusak parah. Entah sampai kapan keadaan jembatan tersebut akan terus memprihatikan demikian. Setiap mobil yang melintas harus ekstra berhati-hati dan terhambat di tengah jembatan yang hancur.

Untuk para penduduk yang menggunakan sepeda motor tidak begitu sulit. Mereka meletakkan sekeping papan seperti jembatan di kebun atau di atas gunung. Lalu mereka mengendarai sepeda motornya di atas sekeping papan tersebut.

Tidak mengapa, sebab sebentar lagi merayakan HUT RI Ke 75. Hitung-hitung latihan untuk perlombaan perayaan 17-an. Bagi masyarakat yang belum mahir seperti pembalap formula 2000. Maka orang yang di bonceng diminta turun untuk mengurangi beban.

Penduduk tampak enjoy saja dengan keadaan tersebut. Karena sudah terbiasa dan memang tidak perlu diributkan. Sebab orang kecil hanya berharga saat kampanye saja. Negara sudah merdeka 75 tahun lamanya. Merdeka penduduk di kota-kota dimana fasilitas lengkap. Seandainya rusak langsung diperbaiki.

Tapi kemerdekaan itu sebab tidak ada lagi penjajah asing. Kalau kita membaca berita dimana Pemerintah Cina mengirim misi ke planet Mars. Tentu sangat iri sekali, apabila kita melihat jembatan Sungai Lubuk Suban. Jangankan ke Planet Mars ke Kota Kabupaten saja kita sulit.
Sekarang zaman covid 19, uang rakyat atau diistilahkan uang negara habis untuk penangganan covid 19. Tapi bukan sebuah masalah, sebab hanyalah sebuah opini dan kabar berita saja. Mengabarkan pada rakyat dan dunia bahwa jembatan Sungai Lubuk Suban, di Kecamatan Muaradua Kisam, Kabupaten OKU Selatan sangat memprihatinkan. Dihimbau untuk semua pengguna jalan setempat agar berhati-hati dan mengurangi beban kendaraan saat akan melintasi jembatan (6/8/2020).

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti. S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
OKU Selatan. 8 Agustus 2020.

Sy. Apero Fublic.

Kaba: Sastra Klasik Melayu Minangkabau.

Apero Fublic.- Indonesia yang sangat kaya dengan ragam kebudayaan, memiliki berbagai macam jenis karya sastra di tengah masyarakat masa lalu. Seiring waktu, karya klasik mulai terlupakan dan kala oleh karya sastra modern, seperti film dan cerpen dan lainnya.

Salah satu karya sastra klasik nusantara Indonesia yaitu, Kaba. Apabila dipersamakan dengan kesastraan zaman sekarang, kaba sama dengan novelet atau novel pendek. Tapi bersifat kisah fiksi atau sama dengan dongeng. Yang berfungsi sebagai hiburan, nasihat, dan kreatifitas jiwa seni pengarang.

Kaba jenis karya sastra klasik Melayu di kawasan Minangkabau. Kaba termasuk dalam jenis karya sastra prosa masyarakat Melayu di Minangkabau. Kesastraan Kaba, hampir sama dengan cerita sistem pantun dalam satra Melayu Sunda dalam pembahasanya. Misalnya dalam penyampaiannya dengan bahasa yang berirama atau prosa liris.

Kesastraan kaba juga dapat disamakan dengan Hikayat dalam kesastraan Melayu lainnya. Dimana cerita yang berisi hayalan, hal-hal ajaib, dan rekaan semata. Satra kaba adalah kesastraan masyarakat yang menonjol pada masyarakat Melayu Minangkabau.

Diantara kaba yang terkenal yaitu, Kaba Cindua Mato, Kaba nan Tongga Magek Jabang, Kaba Umbuik Mudo dengan Putri Galang Banyak, Kaba Malin Deman, Kaba Untuang Sudah, Kaba Magek Manandin, Kaba si Ali Amat, dan Kaba Mamak si Hetong.

Kaba biasanya disampaikan secara lisan, didendangkan atau dialagukan sesuai dengan nada dan irama dalam kalimat. Kaba sudah sejak lama ditulis dengan aksara Arab Melayu. Pada masa masuknya pengaruh Eropa kaba juga mulai ditulis dengan aksara latin.

Bahasa yang digunakan tentu bahasa Melayu Minangkabau. Dalam penulisan sastra kaba, kalimat disusun berderet ke bawah. Kalimatnya pendek, padat, dan berirama. Dalam bait-bait kalimat berirama yang menyambung-nyambung. Biasanya terdiri dari delapan sampai duabelas baris. Tapi, aturan baris tidak mengikat. Itulah mengapa kaba digolongkan pada prosa rilis.

Kesastraan kaba kemungkinan sudah ada jauh sebelum masa moderen. Karena banyak unsur Hindhu dalam setiap cerita kaba. Dengan demikian kaba sudah ada sejak masuknya pengaruh kebudayaan India di Indonesai pada abad ke 5 masehi. Dapat juga sebelum masa itu, kesastraan kaba sudah ada.

Mengingat sistem kesastraan pantun adalah kebudayaan asli Indonesia. Kaba masih terikat dengan sistematis pantun. Pantun, bentuk kesastraan pertama Bangsa Indonesia. Berikut ini, cuplikan dari kaba, kesastraan Melayu Minangkabau klasik.

KABA: MAMAK SI HETONG.

Tatkalo mula-mulanya.
Alum basuri Kurai Taji.
Alun batiku Pariaman.
Alun basintuang Lubuak Aluang.
Bumi ka tarhantam turun.
Langik ka tasintak naiak.
Laut salaweh daun marunggi.
Dunia salawe tapak kudo.
Buruang batolan-tolanan.
Dagang babondong-bondongan.
        Ado sapakaro.
Duo dalam Ulak Tanjuang Bungo.
Di nagari Camin Taruih.
Di itiak Muaro Itan.
Di ranah Payuang Sakaki.
Di anak nan kecil-kecil.
Di lagundi nan linggayuran.
Di karambia atua Tungku.
Di pinang nan lamah-lamah.
Di cubadak gadang tinggi.
Di lakat kanji satampuak.
Kok tinggi duo jo randah.
Kok hino duo jo mulia.
Kok elok duo jo buruak.
Kok kayo duo jo sukar.
        Sialah urang non kayo.
Iolah Datuak Bendaharo........

Terjemahan ke Bahasa Indonesia.
Tatkala mula-mulanya.
Belum bersuri Kurai Taji.
Belum bertiku Pariaman.
Belum basintuang Lubuak Aluang.
Bumi akan terhantam turun.
Langit akan tersentak naik.
Laut seluas duan merunggi.
Dua seluas tapak kuda.
Burung bertolan-tolanan.
Dagang berbondong-bondongan.
        Ada suatu perkara.
Dua dalam Ulak Tanjuang Bungo.
Di Negeri Cermin Taruih.
Di itiak Muara Itan.
Di ranah Payuang Sakiki.
Di anak yang kecil-kecil.
Di Lagundi nan linggayuran.
Di Kelapa atau tungku.
Di pinang yang lemah-lemah.
Di nangka besar tinggi.
Dilekat kanji setampuk.
Kalau tinggi dua dengan rendah.
Kalau hina dua dengan mulia.
Kalau elok dua dengan buruk.
Kalau kaya dua dengan miskin.
        Siapakah orang yang kaya.
Ialah Datuk Bendaharo.............

Cuplikan cukup untuk menggambarkan bagaimana kesastraan klasik Melayu Minangkabau, kaba. Tentu tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis kesastraan Melayu klasik nusantara lainnya. Mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang satu sejak zaman awal munculnya manusia di Asia Tenggara.

Tidak heran kalau memiliki kesastraan yang sama juga. Buku dokumentasi kesastraan Kaba Mamak si Hetong diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta pada tahun 1990. Apabila ingin mengetahui lebih lanjut dapat mencari buku di perpustakaan-perpustakaan milik pemerintah.

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 6 Agustus 2020.
Sumber: Edwar Djamaris. Terjemahan Kaba Mamak si Hetong. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.

Sy. Apero Fublic.

8/04/2020

Sastra Klasik Nusantara: Geguritan Pakang Raras.

Apero Fublic.- Naskah Panji dalam Sastra Klasik di Bali ditulis dengan bentuk geguritan, yaitu Geguritan Pakang Raras. Naskah Geguritan Pakang Raras terdapat di Gedong Kirtya Singaraja, di sini tersimpan banyak sastra klasik Bali dalam bentuk, kidung, geguritan, dan satua.

Geguritan adalah sastra berbentuk lirik terikat (tembang). Apabila sastra tersebut berbentuk prosa maka diistilahkan dengan, satua. Satua adalah jenis cerita dongeng dalam masyarakat Bali.

Geguritan terbentuk oleh pupuh. Pupuh adalah istilah sub-sub bab tapi dengan konsisten atau monoton untuk semua jenis geguritan. Geguritan apa pun judul dan tema ceritanya pupuh tetap konsisten.

Misalnya pada Geguritan Pakang Raras ada pupuh pangkur, pupuh ginada di karya sastra lain juga menggunakan pupuh tersebut. Kalau sastra modern sub-sub bab akan menampilkan judul berbeda sesuai pembahasan. Pupuh diikat oleh tiga unsur, pertama unsur jumlah baris (carik), kedua jumlah suku kata (kecap), dan ketiga bunyi akhir setiap baris.

Geguritan Pakang Raras bercerita tentang kisa cinta putra mahkota Kerajaan Jenggala di Bali, bernama Raden Mantri Koripan, dengan Raden Galu Daha di Kerajaan Kerajaan Kediri. Kedua kerajaan yang berseberangan di selat Bali.

Kisah bermulah saat Raden Mantri Koripan pergi berburu. Kemudian datang angin topan yang besar. Lalu Raden Mantri Koripan pingsan dan tubuhnya melayang dibawa angin lalu jatuh di taman Putri Raden Galuh Daha. Raden Mantri Koripan tidak mengakui kalau dia seorang putra raja Jenggala. Namanya, dia ganti menjadi Pakang Raras.

Dari sinilah judul naskah diambil, Geguritan Pakang Raras. Cerita geguritan Pakang Raras adalah bentuk saduran dari Cerita Panji dari sastra klasik nusantara. Naskah ini, terdiri dari 623 bait pupuh ginada. Berikut cuplikan, Geguritan Pakang Raras.

1.Ada Kidung Satwa Mela.
Tutur Malate kesembir,
Matembang Ginada reka,
Nanging twara pasti mupuh,
Suduke katahan singsal,
“Dewa Gusti,
Aksama tityang manyurat.”

Terjemahan.
Tersebutlah sebuah sajak yang menarik.
Bersumberkan cerita Malat.
Memakai tembang Ginada,
Tetapi tidak sesuai dengan peraturan.
Lebih banyak yang janggal.
“tuan-tuan,
Maafkanlah saya mengarang.”

2.Sang perabu ring Jenggala,
Agunge manyakrawerti,
Mabala ndatan paingan,
Madue putra aukud,
Mapsengan Mantri Koripan,
Anom alit,
Wau ida madwe mendra.

Terjemahan:
Seorang raja di Jenggala,
Pemerintahannya sangat luas,
Rakyatnya tidak terbilang,
Berputra seorang diri,
Bernama Mantri Koripan.
Muda belia.
Baru belia akil balig.

3.Kadi Hyang Smara
Ngindarat,
Rupane twara madenin,
Yening sasoring akasa,
Tong ada ratu mamandung,
Sakadi ring warnanida,
Tuhu lewih,
Baguse ngenyudang manah.

Terjemahan:
Bagaikan Dewa Asmara,
Menjelma,
Wajahnya tidak ada yang menandingi.
Kalau di bawah langit.
Tidak ada raja yang menandingi.
Sebagai wajah beliau.
Sungguh elok.
Tampannya menarik hati.

Cerita Geguritan Pakang Raras cukup populer dan penting pada masyarakat Bali. Bukan hanya karena tersebar luas ditengah masyarakat tetapi juga karena geguritan Pakang Raras memiliki nilai sastra dan budaya.

Geguritan Pakang Raras juga memiliki ungkapan dan kata-kata asli masyarakat Bali. Karena ditulis dimana pengaruh budaya luas belum begitu luas. Naskah yang ditulis pada tahun 1913 Masehi atau 1835 Saka.

Kemungkinan, naskah Geguritan Pakang Raras adalah naskah salinan jauh sebelumnya. Masa penulisan, Pulau Bali belum masuk dalam administrasi Pemerintahan Kolonial Belanda. Sehingga unsur budaya asing belum mempengaruhi bahasa Bali.

Oleh: Tim Apero Fublic
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 5 Agustus 2020.
Sumber: I Gusti Ngurah Bagus. Cerita Panji Dalam Sastra Klasik di Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Sy. Apero Fublic.

Mengenal Istilah-Istilah Dalam Kesastraan Bali Klasik

Apero Fublic.- Pada naskah-naskah klasik yang memuat karya sastra lama Bali. Terdapat beberapa istilah yang tidak diketahui oleh masyarakat yang bukan penduduk Bali. Kesastraan klasik Bali hampir sama dengan keastraan klasik Jawa. Berikut ini sedikit informasi tentang pengetahuan mengenai kesastraan kalsik masyarakat di Pulau Bali.

Geguritan adalah jenis karya sastra yang berbentuk tembang terikat. Tembang pembentuk geguritan memiliki tiga unsur. Pertama, jumlah baris dalam tiap bait. Kedua jumlah suku kata dalam tiap baris. Ketiga bunyi akhir pada tiap-tiap baris. Satua adalah dongeng yang diceritakan secara turun temurun pada masyarakat Bali. Karya sastra satua biasanya berbentuk prosa.

Pupuh: Pupuh adalah pembentuk karya sastra klasik Jawa dan Bali yang berupa judul sub-sub bab. Tapi pupuh adalah sub bab yang monoton. Karena nama-nama pupuh dipakai juga pada setiap karya sastra lainnya. Seperti contoh: Pupuh sinom, pangkur, ginada, ginanti, maskumambang, asmarandana, dandangdula, durma, pucung, mijil, dan banyak lagi.

Kidung: adalah karya sastra berbentuk tembang. Berupa tulisan berbait-bait yang dibawakan secara merdu dan mendayu-dayu. Parikan: adalah karya sastra berbentuk geguritan tapi ceritanya diambil dari karya sastra kuno Jawa.

Kesastraa Bali dibagi menjadi tujuh jenis. Pertama kelompok weda yaitu weda, mantra, dan kalpasastra. Kelompok kedua adalah kelompok agama, palakerta, sasana dan niti. Kelompok sastra ketiga adalah wariga meliputi wariga, tutur, kanda, dan usada. Keempat kelompok itihasa, yaitu kakawin, kidung, parwa dan geguritan. Kelima, kelompok babad meliputi pamancangah, usaha, dan uwug. Keenam, kelompok tantri yaitu tantri dan satua. Ketujuh, kelompok lelampahan.

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 5 Agustus 2020.
Sumber: I Gusti Ngurah Bagus. Cerita Panji Dalam Sastra Klasik di Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Sy. Apero Fublic.

Cerita Panji Versi Bali: Geguritan Pakang Raras.

Apero Fublic.- Raja Jenggala mempunyai seorang putra yang sangat tampan, bernama Mantri Koripan. Pada suatu hari sang Pangeran berburu ke hutan diiringi tiga orang punakawan, Punta, Jrudeh, Kartala dan para Kepala Desa.

Suatu ketika para pengiring dan ketiga punakwan bersama anjing buruannya itu memburu seekor kijang. Sampai jauh kijang itu belum tertangkap. Akhirnya mereka tersesat dan terpisah dari sang Pangeran. Sedangkan sang Pangeran beristirahat seorang diri di bawah pohon kroya.

Saat itu, keadaan cuaca tiba-tiba berubah. Langit menjadi mendung, hujan turun lebat, guntur dan petir sabung menyabung, seketika itu juga hutan menjadi gelap gulita. Kemudian angin topan juga melanda hutan itu. Dalam keadaan pingsan sang Pangeran diterbangkan oleh angin ribut. Lalu terjatuh di taman Kerajaan Daha.

Sedangkan para penggiringnnya tetap tersesat di dalam hutan. Setelah keadaan kembali normal, para kepala desa mencari kawan-kawan, teman dan sang Pangeran. Setelah itu, mereka pergi ke istana dan melaporkan kejadian yang menimpa mereka dan sang Pangeran. Raja dan Permaisurinya menjadi sangat berduka.

Sementara itu, Raden Mantri Koripan dibantu oleh Raden Galuh Daha. Dia seorang putri yang sangat cantik jelita, Putri Raja Kediri (Daha). Ketika diusut, Raden Koripan tidak menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya. Oleh sebab itu dia diberi nama I Mage Pakang Raras. Setelah beberapa lama dia tinggal di Daha. Raden Mantri Koripan dan Raden Galu Daha saling jatuh cinta.

Raja Kediri sangat murka ketika mengetahui hal tersebut. Diam-diam baginda memerintahkan patih Kerajaan Kediri untuk membunuh Pakang Raras. Pakang Raras menyadari kesalahannya dan menyerahkan dirinya pada Paman Patih. Sebelum dibunuh, Pakang Raras meminta agar dia di kubur di Daha. Pakang Raras juga mengirim surat pada Raden Galuh, menceritakan kalau dia sebenarnya adalah putra Raja Jenggala, kakak sepupu Raden Galuh Sendiri.

Pangeran meminta putri untuk mengambil pakaiannya yang dia tanam di bawah pohon nagasari untuk dijadikan kenang-kenangan. Raden Galuh juga sangat berduka membaca cerita itu. Kemudian dia melarikan diri dari istanah bersama seorang dayang. Putri bertekad menyusul kemana saja Raden Mantri Koripan Pergi.

Raja Kediri sangat menyesal atas kejadian tersebut. Kesedihannya bertambah ketika mendapat laporan paman Patih kalau Pakang Raras tenyata seorang bangsawan. Terbukti dari darahnya berbauh harum pertanda dia seorang putra raja. Dalam suasana itu, raja memerintahkan untuk mencari tuan putri yang melarikan diri, sampai bertemu.

Punta, Jrudeh, dan Kartala yang sudah lama tersesat di dalam hutan mendengar suara yang menyerukan agar mereka pergi ke kuburan Daha. Disana mereka dikabarkan akan berjumpa dengan junjungan mereka, Raden Mantri Koripan. Saat tiba, mereka menemukan darah yang berceceran di dekat sebuah kuburan yang baru saja dibuat.

Mereka akhirnya menggali kuburan baru tersebut. Menemukan jenazah Raden Mantri Koripan. Melihat itu, ketiganya sangat marah dan mau mengamuk. Tapi, datang seekor burung gagak putih. Gagak putih mencegah amarah ketiganya.

Gagak putih berkata kalau dia akan pergi ke kayangan dan akan melaporkan peristiwa yang terjadi. Berjanji akan menolong Raden Mantri Koripan atau Pakang Raras. Benar adanya, setelah kembali dari kayangan gagak putih itu menghidupkan Raden Mantri Koripan.

Setelah itu, Raden Mantri Koripan dan tiga kawannya kembali ke Jenggala. Dia menceritakan suka duka selama menghilang. Setelah bercerita, dia meminta pada ayahnya untuk meminangkan Raden Galuh Daha di Kediri. Utusan tiba di Kediri, raja menceritakan kalau Raden Galuh Daha menghilang dan dalam pencarian.

Sementara itu, Raden Mantri Koripan yang pergi berburu. Dalam perjalanan itu dia bertemu dengan tuan putri Raden Galuh Daha di Repogembong. Kemudian Raden Mantri Koripan kembali lagi ke istanah dan melaporkan ke orang tuanya.

Baginda segerah mengirim kurir menyusul utusan ke Kediri. Sekaligus mengabarkan cerita gembira tersebut atas ditemukannya Raden Galuh Daha. Beberapa waktu kemudian, pesta pernikahan Raden Mantri Koripan dan Raden Galuh Daha di langsungkan dengan meriah.

Keterangan:
Cerita singkat di atas adalah cerita ringkasan dari naskah klasik Geguritan Pakang Raras. Geguritan Pakang Raras sendiri bersumber dari cerita Panji dalam versi kesastraan Bali. Cerita Panji memang populer semasa Indonesia masih dalam pengaruh kebudayaan Hindhu.

Cerita Panji telah di sadur kedalam berbagai kelompok budaya di Indonesia, dari budaya Melayu, Jawa, Bali. Semasa masuknya Islam cerita Panji juga berganti dengan corak Islam. Cerita Geguritan Pakang Raras di tulis pada tahun 1835 tahu saka atau 1913 Masehi. Buku transliterasi Geguritan Pakang Raras di terbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, 1984.

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 4 Agustus 2020.
Sumber: I Gusti Ngurah Bagus, Dkk. Cerita Panji Dalam Sastra Klasik di Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Sy. Apero Fublic.

8/03/2020

Karena Anak Tidak Mendengar Orang Tua.

Apero Fublic.- Pada zaman dahulu hiduplah beberapa anak-anak muda yang sombong, congkak dan tinggi hati. Masing-masing bernama, si Ratu Adioa, kedua si Ratu Walawanna, ketiga si Wonte Ulu, keempat Wonte Halaa dan kelima si Wonte Tembaga.

Pekerjaan si Ratu Adioa memanah burung. Pekerjaan si Ratu Wulawanna hanya luntang-lantung. Si Wonte Ulu seorang nelayan, si Wonte Halaa adalah pembuat perahu dan si Wonte Tembaga adalah tukang besi.

Mereka hidup cukup, malahan seorang diantara mereka hidup lebih dari cukup. Hidup cukup itu karena ada orang tuanya, bekerja. Suatu hari mereka bersepakat dan Ratu Adioa berkata. “Bagaimana ikhtiar kita?. Jawab Ratu Wulawanna. “Untuk menguji dan melihat kejantanan kita, sebaiknya kita bunuh orang tua kita?. “Baiklah. Lusa akan kita bunuh mereka.” Kata Ratu Adiora.

Semenjak hari itu, Ratu Adioa menyisikan waktunya, membersihkan sebuah gua di hutan untuk dijadikan tempat persembunyian orang tuanya. Setelah tiba saat yang mereka sepakati. Mulailah mereka membuh kedua orang tua mereka masing-masing. Namun, Ratu Adioa tidak membunuh orang tuanya.

Tapi dia antar kedua orang tuanya ke gua yang sudah dia persiapkan untuk persembunyian mereka. Sekarang mereka sudah menjadi yatim piatu semuanya, kecuali Ratu Adioa yang pura-pura menjadi anak yatim. Mereka sekarang hidup sendiri tanpa ada yang membimbing dan menuntun mereka dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kehidupan Ratu Adioa lebih cukup dari kehidupan teman yang lain.

Pada suatu hari, datanglah tiga buah kapal berlabu di kampung mereka. Lalu dijemputlah masyiso (suruhan) penduduk menuju ketiga kapal tersebut. Kemudian ditanyai dari mana asal mereka. Mereka menjawab.

“Kami ini Raja dari arah Angin Timur.”

“Lalu apa maksud kalian?. Berdagang atau mencari musuh?.” Lalu utusan menjawab. “Kami hanya membawa teka-teki. Seandainya kalian dapat menerkanya, seluruh isi dari ketiga kapal kami akan ditinggalkan. Sebaliknya kalau tidak berhasil menerka, maka seluruh yang kalian miliki akan kami bawa. “Apa teka teki kalian?.

“Dengarkan: Pertama, ini ada dua buah tengkorak. Tunjukkan mana tengkorak laki-laki dan mana tengkorak perempuan. Kedua, ini ada dua ekor anak ayam. Tunjukkan mana anak ayam jantan dan mana anak ayam betina. Ketiga, ini ada air di dalam dua gayung. Terkalah, mana air laut dan mana air tawar. Hanya itu, teka teki kami.

Kembalilah masyino darat atau orang suruhan dari darat dan menceritakan kalau mereka mempunyai teka-teki. “Teka-teki apa?.” Tanya Ratu Adioa. Lalu dia bercerita sebagaimana yang disebutkan dan dijelaskan orang di kapal. Dua tengkorak, dua anak ayam, dan dua gayung. Mendengar teka-teki tersebut, Ratu Adioa bersama teman-teman yang telah membuh orang tua berkumpul memikirkan jawaban teka-teki tersebut. Berkatalah si Ratu Wulawana. “Bagaimana ada yang berhasil menerka, apa imbalannya?.

“Siapa yang berhasil menerka, dialah yang menjadi pemimpin dan dialah yang akan memerintah kita semua.” Kata Wonte Ulu.

“Baiklah.” Kata Ratu Adioa. “Kalau ada yang berhasil menerka teka-teki itu diantara kita dia akan diangkat raja.” Semuanya setuju dengan perjanjian tersebut. Mereka kemudian menemui masyio atau kurir. “Pergilah beritahukan bahwa kami meminta waktu seminggu.” Kata Ratu Adioa.

Kemudian Ratu Adioa pergi menjumpai orang tuanya, menceritakan tiga buah perahu yang datang dan tiga teka-tekinya. “Teka-teki apa anakku?.” Tanya orang tuanya.

“Pergilah. Pertama ambillah sebuah lidi lalu tusukkan pada lobang telinga tengkorak. Kalau lurus, itu tandanya tengkorak laki-laki. Apabila lubangnya bengkok itu berarti perempuan. Untuk membedakan anak ayam jantan dan betina. Ambillah segenggam beras. Yang makan sambil menengada, itulah anak ayam jantan. Kalau yang makan hanya merunduk mematuk tanpa menengada berarti anak ayam betina. Untuk membedakan air laut dan air tawar. Tiuplah air di dalam gayung itu. Jika airnya beriak, itu tandanya air laut dan jika tidak beriak pertanda itulah air tawar. Pergilah, berkah tuhan menyertaimu.

Ratu Adioa kembali menuju teman-temannya. Setibanya mereka saling bertanya siapa gerangan di antara mereka yang sanggup menjawab teka-teki tersebut. Kata mereka, hanya Ratu Adioa yang diharapkan dapat menjawab teka-teki tersebut. Oleh karena itu, mereka kembali memerintahkan masyino mereka menemui para tamu atau awak kapal naik kedarat menemui mereka. Kembali mereka bersepakat siapapun yang dapat menjawab dialah yang akan memerintah mereka.

Semua berkumpul, orang dari kapal, penduduk dan Ratu Adioa berkumpul untuk melaksanakan menjawab teka-teki tersebut. Ratu Adioa langsung maju dan menerka semua teka-teki secara berurutan. Sebelumnya dia menyiapkan lidi dan segenggam beras.

“Tengkorak dua ini; Yang lobang telinganya lurus adalah tengkorak laki-laki. Sedangkan yang lobang telinganya bengkok adalah tengkorak perempuan.” Lalu dia memberi anak ayam dengan beras. “Anak ayam ini, yang makan sambil menengada adalah anak ayam jantan. Sedangkan anak ayam yang makan mematuk saja adalah anak ayam betina.” Lalu dia meniup air di dalam dua gayung. “Yang airnya beriak adalah air laut, dan yang tidak beriak air tawar.” Jawab Ratu Adioa. Para awak perahu bersedih karena jawaban Ratu Adioa benar semua dan mereka terpaksa meninggalkan isi perahu mereka.

Dengan demikian, Ratu Adioa menjadi pemimpin atau memerintah di daerahnya. Kemudian dia memerintahkan banyak orang untuk menjemput kedua orang tuanya yang dia sembunyikan di gua. Dulu dimana dia  dan teman-temannya pernah sepakat membunuh kedua orang tua masing-masing. Karena ingin menjadi hebat dan tanpa beban. Menyadari apa yang dilakukan Ratu Adioa, membuat teman-teman menyesal karena benar-benar membunuh orang tua mereka.

Pengajaran: Cerita ini memberi penjelasan kalau kebaikan dan keberhasilan anak tergantung dari keadaan orang tua. Sangat sulit bagi anak-anak untuk berkembang tanpa bimbingan orang tua. Disini ada tanggung jawab orang tua dan bagaimana cara bersikap anak kepada kedua orang tuanya.

Rewrite: Tim Apero Fublic.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 3 Agustus 2020. 
Sumber: Paul Nebarth. Sastra Lisan Sangir Talaud. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984. h. 66-68.


Sy. Apero Fublic.

Naskah Palembang: Hikayat Galuh Digantung

Apero Fublic.- Mengenal naskah klasik Melayu Palembang, Hikayat Galuh Digantung. Nakah ini juga sering dikenal dengan Hikayat Inu Kertapati. Koleksi Perpustakaan Museum Pusat Jakarta dengan nomor naskah ML. 531.

Satu lembar halaman naskah 26 baris terdiri dari 376 halaman. Pendahuluan berupa syair dan terdapat keterangan mulai menulis naskah pada 27 Safar 1283 Hijriah atau tahun 1866 Masehi. Pada kolopon akhir menjelaskan kalau naskah selesai pada 1 Syakban 1300 Hijriah atau 1882 Masehi.

Naskah Inu Kertapati atau Hikayat Galuh Digantung ditulis oleh Kemas Abdulhamid atau Kemas Hasan di Kampung 7 Ulu, Kota Palembang. Gelar Kemas memang gelar-gelar tradisional di Palembang. Kemungkinan gelar Kemas adalah perpaduan budaya Jawa, perubahan kata dari panggilan Kiai Mas. Naskah ditulis dengan aksara Arab Melayu atau Aksara Jawi. Jawi adalah istilah penyebutan Nusantara pada masa Islam.

Istilah Jawi dipakai oleh seluruh kawasan Islam-Melayu di Asia Tenggara pada masa itu dalam kurun 1200 Masehi sampai 1900 Masehi. Pada masa ini ulama-ulama nusantara dan sastrawan menulis dengan aksara Arab berbahasa Melayu. Baik itu buku-buku tentang keagamaan Islam, administrasi negara, surat resmi, undang-undang, dan kesastraan. Berikut ini ringkasan isi dari Naskah Hikayat Galuh Digantung.

Ringkasan Bagian 1.
Bangbang Sedaka adalah seorang keturunan dewa. Ia memerintah sebuah kerajaan yang bernama Mayapadi. Oleh karena itu ia keturunan dewa, pada suatu ketika ia kembali ke kayangan, tempat asalnya. Akibatnya, Mayapadi menjadi sepi. Hal ini diketahui para dewa.

Para dewa tidak menghendaki itu. kejadian ini disampaikan oleh Batara Kala kepada Batara Guru. Batara Guru segerah mengumpulkan semua dewa untuk memperbincangkan masalah kekosongan Mayapadi. Satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah itu adalah menurunkan sepasang dewa ke Mayapadi.

Batara Guru menyatakan bahwa Batara Nayakesuma dan istrinya turun ke Mayapadi. Hasil musyawara itu menyatakan bahwa hanya Batara Nayakesuma dan istrinya baru diperkenankan kembali ke kayangan apabila anak-anaknya nanti telah dirajakan di dunia.

Batara Nayakesuma melaksanakan perintah itu. Ia dan istrinya turun ke Mayapadi. Setelah beberapa lama tinggal di Mayapadi, Batara Nayakesuma pun dikaruniai anak sebanyak lima orang, empat orang anak laki-laki dan satu perempuan. Setelah cukup umur, kelima anak tersebut dirajakan.

Anak pertama diserahi Kerajaan Kuripan. Anak kedua menjadi raja di Kerajaan Daha. Anak ketiga memerintah di Kerajaan Gegelang. Anak keempat menjadi raja di Kerajaan Singasari. Anak kelima seorang wanita bernama Ratu Emas memimpin di Panggung Wetan. Semua kerajaan tersebut dilengkapi hulubalang, dayang-dayang, perlengkapan lainnya sebagaimana sebuah kerajaan yang agung.

Keempat raja tersebut memerintah bersama-sama permaisuri masing-masing. Setelah semuanya ditetapka, maka Batara Nayakesuma  dan istrinya kembali ke kayangan, tempatnya semula. (Halam 1-2 pada naskah Inu Kertapati atau Hikayat Galuh Digantung).

Ringkasan Bagian Akhir.
Pada pagi yang cerah, berangkatlah rombongan para ratu itu menuju Kuripan untuk mengantar Sang Nata dan Permaisurinya. Setelah itu, ketiga Sang Nata dan Permaisuri serta ratu-ratu muda yang lainnya, berangkat dari Kuripan menuju kerajaannya masing-masing. (halaman 359-376).

Hikayat Galuh Digantung kemungkinan adalah naskah cerita wayang Palembang. Mengingat di Palembang adanya wayang khas Palembang. Sultan Palembang yang keturunan  dari Pulau Jawa membawa kebiasaan budaya setempat. Sehingga terjadi perpaduan antara budaya Melayu dan Jawa di Palembang. Palembang dimana wilayah kebudayaan Melayu menyerap unsur budaya Jawa. Kebiasaan lidah Melayu adalah berubahnya kata-kata dengan pengucapan dalam waktu lama.

Dalam jalan cerita sangat kental dengan kebudayaan kepercayaan hindhu. Seperti adanya nama-nama Batara Kala, Batara Guru, dan lainnya. Nama tempat seperti Kerajaan Mayapadi. Pulau Nusasari tempat dewa kesuburan tempat meminta keturunan.

Persembahan sebagai syarat terkabulkannya doa dengan memberikan banyak sapi, kambing, kerbau yang bertanduk emas. Pengaru kebudayaan Jawa seperti penggunaan istilah Ratu untuk gelar bangsawan atau raja. Nama awalan Ken, Tambakbaya, dan banyak lagi.

Dalam rangkaian jalan cerita ini adalah bentuk cerita kepercayaan Hindhu. Kemungkinan naskah cerita terinspirasi dari naskah-naskah kesastraan hindu lain atau memang terjemahan dari naskah sastra Hindhu, seperti Hikayat Panji.

Lima anak Batara Nayakesuma mengingatkan kita pada dongeng Pandawa Lima. Unsur kepercayaan, istilah nama-nama tempat, nama peran tidak ada pengislaman. Hanya bahasa saja dalam cerita menggunakan Bahasa Melayu dengan aksara Arab Melayu.

Selain itu, pengaruh Melayu dalam kepenulisan juga kental dengan bahasa tulis bahasa Melayu dan banyak logat Melayu di Palembang. Mengingat naskah ini memang ditulis oleh orang Palembang, Kemas Abdulhamid bin Kemas Hasan di Kampung 7 Ulu. Ciri khas sastra Melayu klasik selalu diawali dari syair atau pantun, sebagaimana naskah Hikayat Galuh Digantung ini.

Sekedar informasi bagi yang ingin meminjam dan mengetahui lebih lanjut. Dapat meminjam buku transliterasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Mengingat buku ini diterbitkan proyek kementrian Pendidikan. Kemungkinan dapat dijumpai di setiap perpustakaan daerah di Seluruh Indonesia terutama di Perpustakaan Nasional Pusat.

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 3 Agustus 2020.
Sumber: Nafron Hasjim. Hikayat Galu Digantung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Sy. Apero Fublic.

Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak. Sastra Klasik Nusantara.

Apero Fublic.- Raja Syahriyuna yang memerintah di negeri Banduburi mempunyai seorang putri yang cantik dan berbudi luhur bernama Budiwangi. Memiliki peliharaan seekor burung Merak  Mas yang dapat berbicara, dan menjadi penghibur dan temannya.

Raja Syahriyuna mempunyai saudara laki-laki bernama, Bujangga Tala. Tapi sudah lama berpisah. Karena semasa muda mereka berselisi paham. Sehingga Bujangga Tala pergi merantau ke negeri Purani. Hidup bersama istrinya Sekar Arum di Kampung Kanca Manis di negeri Purani. Yang dipimpin Raja bernama Sunca Rama.

Bujangga Tala sekarang hidup sederhana dengan usaha mandiri. Bujangga Tala memiliki dua anak laki-laki kembar yang tampan. Bernama Merpati Mas dan Merpati Perak. Dinamakan demikian, sewaktu istrinya Sekar Arum hamil, dia mengidam daging merpati. Bujangga Tala mencari daging merpati. Dia bertemu dengan Raja Merpati yang dulu memberinya dua iris daging merpati.

Sejak kecil Merpati Mas dan Merpati Perak dididik dengan baik. Seperti ilmu pengetahuan tentang moral, budi pekerti dan keperwiraan (beladiri). Keduanya anak yang cerdas sehingga mudah memahami dalam belajar. Mereka juga patuh pada kedua orang tuanya. Setelah dewasa keduanya meminta izin untuk mencari nafkah sendiri. Sebab keduanya prihatin dengan kesulitan kedua orang tuanya.

Keduanya pergi ke hutan dan berburu. Hasil perburuan mereka jual ke kota. Sehingga sering dibeli orang-orang istana termasuk keluarga raja. Hasil uang mereka berikan pada kedua orang tuanya. Waktu demi waktu karena diburuh terus-menerus hewan di hutan mulai langkah. Oleh sebab itu, keduanya memutuskan untuk menjual jenis burung saja.

Di negeri Purani, Raja Sunca Rama memiliki seorang putri yang cantik. Namanya Sari Rasmi, berwatak yang lemah-lembut dan baik tingka lakunya. Setiap kali Merpati Mas dan Merpati Perak menawarkan burung-burung dagngannya disekitar istana.

Putri dan dayang istana selalu membelinya. Waktu berlalu, putri Sari Rasmi memperhatikan pemuda penjual burung tersebut. Dia akhirnya merasa suka dengan Merpati Mas dan Merpati Perak. Putri ingin sekali mengetahui asal usul kedua pemuda penjual burung itu.

Perhatian tuan putri disambut oleh Merpati Perak. Sering keduanya beradu pandang mata menandakan suka. Suatu hari, putri bertanya pada keduanya tentang mereka. Merpati Mas mengaku kalau mereka saudara kembar yatim piatu yang tinggal di hutan. Pekerjaan mereka setiap hari memikat burung-burung di hutan, lalu dijual ke kota raja.

Mendengar itu, tuan putri Sari Rasmi menawarkan pekerjaan. Mereka akan ditempatkan di lingkungan istana dengan pangkat yang tinggi. Keduanya meminta waktu untuk berpikir. Sepulang dari istana, keduanya menceritakan pada kedua orang tua mereka. Oleh Bujangga Tala dan istrinya tidak mengizinkan. Karena keduanya masih terlalu muda, suatu saat akan berperang dan membunuh rakyat tidak berdosa.

Suatu ketika, raja negeri Sunca Rama mengadakan sayembara adu ketangkasan (bertanding silat). Jalan pertandingan, Merpati Perak memperoleh kemenangan. Raja Sunca Rama menitahkan untuk menghadapnya. Merpati Perak ditemani Merpati Mas menghadap raja.

Raja mengagumi budi pekerti dan sopan santun keduanya. Lalu menawarkan pekerjaan pada keduanya. Mereka menolak dengan rendah hati. Raja yang baik itu tidak murka. Merpati Perak dianugerahi Bintang Kehormatan Kerajaan, sehingga dia dapat keluar masuk istanah dengan sesuka hatinya.

Beberapa waktu kemudian, Merpati Perak rindu dan ingin berjumpa dengan putri Sari Rasmi. Meminta Merpati Mas untuk menemaninya menemui putri Sari Rasmi. Entah apa yang terjadi saat keduanya mau masuk istanah tidak diizinkan penjaga gerbang Istanah. Walau Merpati Perak sudah menunjukkan bintang anugera raja.

Terjadilah pertarungan dengan pasukan penjaga gerbang. Penjaga gerbang istanah kalah. Salah satu diantara melapor kepada mentri. Mentri kemudian menghadap raja Sunca Rahma. Dari kejadian tersebut rupanya telah terjadi kesalahpahaman. Raja memerintahkan agar menangkap Merpati Perak dan Merpati Mas.

Akhirnya keduanya dapat ditangkap dan dipenjarahkan. Tanpa disidang, Raja marah dan bersiekeras memenjarakan keduanya walau mereka telah menjelaskan kesalahpahaman tentang kejadian tadi. Dalam waktu cukup lama barulah Merpati Mas dan Merpati Perak dibebaskan. Atas permintaan putri Sari RaSmi.

Sementara itu, di negeri Banduburi terjadi musibah, terjadi bencana banjir besar. Seluruh rakyat tewas terhantam air bah besar. Istanah raja negeri Banduburi, perkotaan, dan pemukiman rakyatnya musnah. Yang tersisa hanya Raja Syahriyuna, putri Budiwangi dan dua dayangnya.

Putri dan dua dayangnya masuk kedalam kerang raksasa ajaib, peninggalan nenek moyang mereka. Sedangkan Raja Syahriyuna hanyut tersangkut di pepohonan lalu diselamatkan burung Merak Mas peliharaan Putri Budiwangi dahulu. Kemudian Raja Syahriyuna menjadi seorang pertapa.

Negeri Banduburi sekarang seperti padang yang luas tanpa pepohonan. Burung Merak Mas terbang berputar kesana kemari mencari pertolongan ke negeri tetangga. Merak Mas mengadakan sayembara. Sayembara berbunyi “barang siapa yang dapat mengangkat kerang raksasa dari dasar kolam akan menjadi suami Putri Budiwangi.”

Semua pemuda mengikuti sayembara namun tidak ada yang mampu mengangkat kerang raksasa dari kolam dimana putri berada. Merpati Mas mendengar tentang sayembara tersbeut. Dia ikut mengikuti sayembara, dan dia berhasil mengangkat kerang raksasa.

Saat putri Budiwangi keluar dari dalam kerang. Semua pemuda menjadi terpesona dengan kecantikannya. Sehingga para pemuda tersebut berusaha merampas Putri Budiwangi dari Merpati Mas. Merpati Mas kembali memasukkan Putri Budiwangi ke dalam kerang sehingga mereka tidak berdaya mengganggunya. Setiap malam tiba Putri Budiwangi dan Merpati Mas bertemu. Keduanya sekarang saling mencintai.

Saat pulang Merpati Mas dan Merpati Perak menceritakan tentang negeri yang hancur tersebut. Bujangga Tala merasa tertarik dan ingin mengetahui tentang negeri tersebut. Saat dia tiba di daerah negeri yang hancur. Bujangga Tala merasa sedih sekali, karena dia tahu kalau itu adalah negerinya. Yang dipimpin oleh saudaranya, Syahriyuna.

Bujangga Tala akhirnya mendirikan kembali sebuah negeri baru, bernama Padang Temurat. Merpati Mas dan Merpati Perak menjadi panglima perangnya. Semakin hari semakin maju, banyak penduduk dan saudagar datang berpindah. Bujangga Tala adalah raja yang adil dan bijaksana. Maka, negeri Padang Temurat dalam waktu cepat menjadi negeri besar.

Merpati Perak merasakan rindu yang amat sangat pada putri Sari Rasmi. Dia meminta ayahnya Bujangga Tala untuk melamar sang putri. Namun lamaran ditolak raja Sunca Rama. Dia mengirim surat yang sangat menyakitkan hati Merpati Perak. Oleh sebab itu, Merpati Perak meminta bantuan Merpati Mas untuk menculik Putri Sari Rasmi.

Baginda raja Sunca Rama sangat marah mendapati anaknya diculik Merpati Perak. Raja Sunca Rama bermusyawarah dengan para mentri dan pembesar kerajaan lainnya untuk menyerang negeri Padang Temurat. Berangkatlah pasukan besar raja Sunca Rama menuju negeri Padang Temurat. Sehingga terjadi perang besar antara Negeri Padang Temurat dipimpin Bujangga Tala dan Negeri Purani yang dipimpin Raja Sunca Rama.

Kekuatan mereka berimbang, tidak ada yang kalah dan menang dalam waktu lama. Pendekar dipertarungkan dan dikalahkan semua oleh Merpati Mas dan Merpati Perak. Keduanya ingin segerah menyelesaikan peperangan tersebut. Maka, Merpati Mas dan Merpati Perak menghadapi langsung Raja Sunca Rama. Dalam pertarungan akhirnya keduanya dapat menawan Raja Sunca Rama.

Pasukan Negeri Purani akhirnya menyerah setelah raja mereka tertawan. Kemudian disepakati untuk berdamai. Di istana Negeri Padang Temurat, Putri Sari Rasmi dan ayahnya Raja Sunca Rama bertemu. Keduanya berpelukan melepaskan rindu. Raja Sunca Rama akhirnya merestui pernikahan Merpati Perak dan Putri Sari Rasmi. Sehingga diadakan pesta pernikahan keduanya dengan meriah di istana negeri Padang Temurat.

Bujangga Tala dan istrinya Sekar Arum selalu mendesak agar Merpati Mas juga segerah menikah. Mereka berusaha memilihkan dan menjodohkan Merpati Mas. Tetapi Merpati Mas selalu menolak sebab dia telah memiliki calon istri, Putri Budiwangi di dalam kerang. Merpati Mas sekarang selalu membawa kerang kemana pun dia pergi. Bukti rasa cintanya pada Putri Budiwangi. Semuanya hidup bahagia dan sejahtera. Cerita berakhir.

*****

Ringkasan cerita Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak dikutif dari buku dokumentasi naskah koleksi Museum Nasional Jakarta. Identitas naskah: nomor Inventaris ML. 249. Naskah ditulis dengan hurup Arab Melayu berbentuk prosa. Naskah ditulis berbahasa Melayu Betawi. Pada kolopon dicantumkan naskah selesai ditulis pada 19 September 1887.

Tentu dalam naskah Melayu Klasik biasanya menggunakan penanggalan hijriyah. Tapi dalam buku dokumentasi ditulis dengan tahun masehi. Kemungkinan karena dialihkan para penulis buku. Buku transliterasi naskah Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak bersampul putih, setebal 176 halaman. Diterbitkan oleh Museum Nasional Indonesia-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta tahun 1984. Tidak ada nama peneliti dan tim transliterasi.

Apabila kita membaca isi naskah dan membaca ringkasan cerita ini. Kita akan ingat tentang sinetron populer tahun 1990-an yang berjudul Jini Oh Jini. Kisah dan inspirasi dari penulis naskah sepertinya terinspirasi dari kisah Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak.

Pada bagian cerita Putri Budiwangi yang berada di dalam kerang. Kemudian Merpati Mas selalu membawa kerang kemana-mana. Putri Budiwangi juga sering keluar masuk kerang bertemu dengan Merpati Mas. Begitu juga di dalam jalan sinetron Jini Oh Jini. Jini jin penghuni kerang keluar masuk kerang bertemu Bagas. Bagas nama peran dalam sinetron yang memiliki kerang mutiara.

Rewrite. Apero Fublic.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 3 Agustus 2020.
Sumber: Museum Nasional. Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.


Sy. Apero Fublic.