8/04/2020

Cerita Panji Versi Bali: Geguritan Pakang Raras.

Apero Fublic.- Raja Jenggala mempunyai seorang putra yang sangat tampan, bernama Mantri Koripan. Pada suatu hari sang Pangeran berburu ke hutan diiringi tiga orang punakawan, Punta, Jrudeh, Kartala dan para Kepala Desa.

Suatu ketika para pengiring dan ketiga punakwan bersama anjing buruannya itu memburu seekor kijang. Sampai jauh kijang itu belum tertangkap. Akhirnya mereka tersesat dan terpisah dari sang Pangeran. Sedangkan sang Pangeran beristirahat seorang diri di bawah pohon kroya.

Saat itu, keadaan cuaca tiba-tiba berubah. Langit menjadi mendung, hujan turun lebat, guntur dan petir sabung menyabung, seketika itu juga hutan menjadi gelap gulita. Kemudian angin topan juga melanda hutan itu. Dalam keadaan pingsan sang Pangeran diterbangkan oleh angin ribut. Lalu terjatuh di taman Kerajaan Daha.

Sedangkan para penggiringnnya tetap tersesat di dalam hutan. Setelah keadaan kembali normal, para kepala desa mencari kawan-kawan, teman dan sang Pangeran. Setelah itu, mereka pergi ke istana dan melaporkan kejadian yang menimpa mereka dan sang Pangeran. Raja dan Permaisurinya menjadi sangat berduka.

Sementara itu, Raden Mantri Koripan dibantu oleh Raden Galuh Daha. Dia seorang putri yang sangat cantik jelita, Putri Raja Kediri (Daha). Ketika diusut, Raden Koripan tidak menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya. Oleh sebab itu dia diberi nama I Mage Pakang Raras. Setelah beberapa lama dia tinggal di Daha. Raden Mantri Koripan dan Raden Galu Daha saling jatuh cinta.

Raja Kediri sangat murka ketika mengetahui hal tersebut. Diam-diam baginda memerintahkan patih Kerajaan Kediri untuk membunuh Pakang Raras. Pakang Raras menyadari kesalahannya dan menyerahkan dirinya pada Paman Patih. Sebelum dibunuh, Pakang Raras meminta agar dia di kubur di Daha. Pakang Raras juga mengirim surat pada Raden Galuh, menceritakan kalau dia sebenarnya adalah putra Raja Jenggala, kakak sepupu Raden Galuh Sendiri.

Pangeran meminta putri untuk mengambil pakaiannya yang dia tanam di bawah pohon nagasari untuk dijadikan kenang-kenangan. Raden Galuh juga sangat berduka membaca cerita itu. Kemudian dia melarikan diri dari istanah bersama seorang dayang. Putri bertekad menyusul kemana saja Raden Mantri Koripan Pergi.

Raja Kediri sangat menyesal atas kejadian tersebut. Kesedihannya bertambah ketika mendapat laporan paman Patih kalau Pakang Raras tenyata seorang bangsawan. Terbukti dari darahnya berbauh harum pertanda dia seorang putra raja. Dalam suasana itu, raja memerintahkan untuk mencari tuan putri yang melarikan diri, sampai bertemu.

Punta, Jrudeh, dan Kartala yang sudah lama tersesat di dalam hutan mendengar suara yang menyerukan agar mereka pergi ke kuburan Daha. Disana mereka dikabarkan akan berjumpa dengan junjungan mereka, Raden Mantri Koripan. Saat tiba, mereka menemukan darah yang berceceran di dekat sebuah kuburan yang baru saja dibuat.

Mereka akhirnya menggali kuburan baru tersebut. Menemukan jenazah Raden Mantri Koripan. Melihat itu, ketiganya sangat marah dan mau mengamuk. Tapi, datang seekor burung gagak putih. Gagak putih mencegah amarah ketiganya.

Gagak putih berkata kalau dia akan pergi ke kayangan dan akan melaporkan peristiwa yang terjadi. Berjanji akan menolong Raden Mantri Koripan atau Pakang Raras. Benar adanya, setelah kembali dari kayangan gagak putih itu menghidupkan Raden Mantri Koripan.

Setelah itu, Raden Mantri Koripan dan tiga kawannya kembali ke Jenggala. Dia menceritakan suka duka selama menghilang. Setelah bercerita, dia meminta pada ayahnya untuk meminangkan Raden Galuh Daha di Kediri. Utusan tiba di Kediri, raja menceritakan kalau Raden Galuh Daha menghilang dan dalam pencarian.

Sementara itu, Raden Mantri Koripan yang pergi berburu. Dalam perjalanan itu dia bertemu dengan tuan putri Raden Galuh Daha di Repogembong. Kemudian Raden Mantri Koripan kembali lagi ke istanah dan melaporkan ke orang tuanya.

Baginda segerah mengirim kurir menyusul utusan ke Kediri. Sekaligus mengabarkan cerita gembira tersebut atas ditemukannya Raden Galuh Daha. Beberapa waktu kemudian, pesta pernikahan Raden Mantri Koripan dan Raden Galuh Daha di langsungkan dengan meriah.

Keterangan:
Cerita singkat di atas adalah cerita ringkasan dari naskah klasik Geguritan Pakang Raras. Geguritan Pakang Raras sendiri bersumber dari cerita Panji dalam versi kesastraan Bali. Cerita Panji memang populer semasa Indonesia masih dalam pengaruh kebudayaan Hindhu.

Cerita Panji telah di sadur kedalam berbagai kelompok budaya di Indonesia, dari budaya Melayu, Jawa, Bali. Semasa masuknya Islam cerita Panji juga berganti dengan corak Islam. Cerita Geguritan Pakang Raras di tulis pada tahun 1835 tahu saka atau 1913 Masehi. Buku transliterasi Geguritan Pakang Raras di terbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, 1984.

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 4 Agustus 2020.
Sumber: I Gusti Ngurah Bagus, Dkk. Cerita Panji Dalam Sastra Klasik di Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Sy. Apero Fublic.

0 komentar:

Post a Comment