Esai
Filsafat
Kampus
Mahasiswa
Opini
Pendidikan
Pendidikan yang Dijual: Ancaman Komodifikasi terhadap Masa Depan Bangsa
APERO FUBLIC I OPINI.- Pendidikan adalah hak semua orang dalam memperoleh akses ke pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan dan memajukan kehidupan.
Pendidikan juga dianggap sebagai investasi jangka panjang yang memerlukan biaya besar untuk membangun masa depan yang lebih baik. Namun, di zaman modern ini, pendidikan telah keluar dari konteks kemanusiaan dan semakin menjadi produk komoditas eksklusif untuk mereka yang memiliki banyak uang.
Komodifikasi pendidikan mengubah fungsinya menjadi alat untuk menciptakan kompetisi, dengan nilai-nilai dan prestasi yang diukur oleh standar yang cenderung adalah penghasilan serta keuntungan.
Dalam sistem kapitalis, pendidikan dianggap sebagai investasi untuk pengembangan sumber daya manusia yang akan menghasilkan nilai tambah, baik di tingkat mikro maupun makro.
Konsekuensinya adalah bahwa pendidikan dikomersialisasikan, dengan berbagai macam pihak mengejar keuntungan baik secara finansial maupun dalam bentuk pencitraan.
Beberapa contoh komodifikasi pendidikan yang terjadi antara lain praktik pemberian beasiswa kepada siswa yang memiliki nilai akademik lebih unggul, penggunaan penjualan lisensi merek dagang untuk meningkatkan pendapatan universitas, dan persaingan yang semakin ketat antar tempat pendidikan yang mengarah pada penentuan dependensi sekolah terhadap penguasaan pasar.
Namun, penerapan komodifikasi pendidikan juga menciptakan serangkaian masalah sosial dan ekonomi. Dalam konteks pada kecenderungan inilah, sekolah dan universitas biasanya menerima pendanaan tambahan dari sektor swasta atau perusahaan, sehingga mereka dapat menawarkan produk pendidikan yang berkualitas tinggi tanpa apresiasi nilai-nilai khas.
Selain itu, dunia pendidikan perkuliahan bahkan telah mulai menawarkan sertifikat gelar, yang dapat diakui oleh pihak-pihak pengguna seperti bank atau perusahaan. Alhasil, komodifikasi pendidikan menjadi ancaman terhadap kritisisme intelektual dan aksesibilitas bagi mereka yang tidak memiliki anggaran mencukupi.
Lebih jauh, implikasi dari komodifikasi pendidikan terutama terkait dengan kualitas output dari pemimpin masa depan dan kecenderungan meningkatnya ketimpangan sosial-ekonomi. Setelah semua, pendidikan komersialisasi mereduksi nilai pendidikan itu sendiri menjadi hidangan yang mengesankan orang sekitarnya ketika mempertimbangkan testimonial yang diberikan oleh universitas.
Seiring dengan pengaruhnya terhadap unggulan yang memiliki kecerdasan tinggi secara genetik maupun materil, keberadaan pendidikan komersial mengambil resiko diplomasi personal yang tidak memadai bagi semakin banyaknya masyarakat baru. Dan akibatnya, besaran sarana berupa sistem pendidikan vibrator menjadi lebih eksklusif untuk masyarakat kasus terkaya, memberikan lompatan dalam mewujudkan kesenjangan sosial-ekonomi yang semakin lebar.
Dalam ringkasan, perkembangan sistem pendidikan modern mengarah pada permintaan besar pedoman yang diperlukan agar manusia dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas dan berkesinambungan, tanpa sadar berurusan dengan masalah sosial dan ekonomi yang mengerikan.
Sebagai solusinya, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk memperhatikan isu-isu yang tersirat dalam bahasa perkembangan pendidikan komersialisasi, sehingga upaya bersama dapat dilakukan untuk menciptakan pendidikan yang lebih manusiawi dan berkesinambungan sesuai dengan tujuan pengembangan manusia dan pengembangan bangsa.
Pendidikan sebagai hak universal dan investasi jangka panjang pada masa lalu dianggap sebagai sesuatu yang krusial bagi kemajuan manusia dan bangsa. Tapi dalam era modernisasi, peluang pendidikan semakin sulit diakses oleh masyarakat secara merata.
Pendidikan yang pada zaman dulu dipandang dari segi kemanusiaan, kini semakin menjadi produk komoditas eksklusif untuk mereka yang memiliki banyak uang. Konsep pendidikan sebagai komoditas tidak hanya memengaruhi fungsi institusi pendidikan secara keseluruhan, tetapi juga mengubah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Oleh: Laurensius Antoin Funan
Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Mahasiswa Fakultas Filsafat.
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic
Via
Esai

Post a Comment