7/01/2021

Kisah-Kisah Orang Pengidap Penyakit Jiwa Ngamurau

APERO FUBLIC.- Di tengah masyarakat tersebar banyak cerita yang benar-benar terjadi karena diceritakan oleh masyarakat generasi pengidap secara langsung. Pencerita biasanya masih jalur keluarga dan orang yang berdekatan. Penyakit jiwa ngamurau ini adalah rahasia umum ditengah masyarakat. Namun karena bersifat pribadi dan urusan cinta sangat sulit sekali ungkap dan diteliti secara ilmiah.

Karena bagi masyarakat pengidap penyakit jiwa ngamurau ini dianggap aib dan tidak disukai masyarakat. Masyarakat cenderung menjauh dan menghindari orang yang dianggap ngamurau ini. Karena orang ini secara tidak langsung karena hal-hal kecil berdasarkan asumsinya sendiri dia dapat menuduh seseorang telah berselingkuh dengan istrinya atau berbuat tidak senonoh dengan keluarga perempuannya, tanpa bukti dan hanya bermodal menuduh dan menerka-nerka serta dia membenarkan pikirannya sendiri.

Kemudian dia dapat membunuh laki-laki tersebut tanpa mencari tahu kebenarannya. Maka masyarakat takut dan menjauhi, tapi mereka tahu dan dapat mengamati bagaimana dia selalu ribut dengan istrinya atau suaminya (pengidap wanita) dan marah-marah. Berikut ini kisah-kisah orang gila ngamurau.

Daun Sabi.

Di kisahkan seorang yang mengidap penyakit jiwa gila ngamurau atau gilah cemburu ini. Sebagaimana biasanya masyarakat dulu hidup dari berladang. Orang gila ngamurau tinggal di sebuah ladang. Waktu itu musim menanam tanaman di ladang. Waktu itu, akhir bulan kemarau dan awal musim hujan. Masa itu, petani ladang sedang dalam sibuk-sibuknya.

Pekerjaan dari membersihkan ranting dan dahan pohon sisa pembakaran, sampai memdirikan pagar yang kuat dari batang-batang pohon. Sementara sayuran seperti bayam, sabi, sudah mulai tumbuh. Sebab biji disebar beberapa hari setelah membakar ladang. Seperti biasa, waktu-waktu itu petani ladang sudah memanen sabi dan bayam. Bayam dijadikan sayuran, sedangkan sabi dijadikan ulam makan.

Di ladang itu, tinggal orang yang ngamurau, bersama istrinya, adik kandungnya laki-laki, ayah dan ibunya. Suatu siang, keluarga itu makan siang. Kebetulan, ayah, ibu dan kedua anak orang ngamurau itu sedang pergi ke desa menggiling padi. Istri orang ngamurau itu menghidangkan makanan. Bersiap untuk makan siang, sebab perut sudah mulai berbunyi lapar.

Di panggilah adik iparnya untuk makan dan suaminya yang di bawah pondok. Tapi suaminya yang gila ngamurau ini, meminta agar istrinya dan adiknya makan terlebih dahulu. Dia menyusul, karena dia ingin mengasah goloknya terlebih dahulu. Dia pun mengasah goloknya dan adik bersama istrinya makan. Nasi hangat, sayur bayam, dan ulam daun sabi.

Dau sabi rasanya pedas menusuk hidung saat dimakan. Tapi terasa enak sekali saat bercampur dengan makanan. Karena aroma daun sabi menyengat menusuk hidung. Maka berkatalah istri orang ngamurau tentang daun sabi itu.

“Ohh, menusuk sekali.” Kata istri orang ngamurau.

“Iya, Yuk.” Kata sang adik juga mengakui tajamnya aroma daun sabi, seraya mengunya nasi. Si gila ngamurau tersengat sekali mendengar kata-kata itu. Dia berpikir kalau yang menusuk itu, adiknya berbuat sesuatu pada istrinya.

“Ya, Ampun. Walau menusuk, tapi enak.” Kata istri orang ngamurau itu.

“Begitulah Yuk.” Jawab adik iparnya, sambil makan dengan lahapnya. Kembali orang gila ngamurau berdetak jantungnya dan timbul rasa cemburu dan marah. Betapa kurang ajar adiknya dan tidak senonoh istrinya berbuat itu. Sedangkan dirinya ada di bawah pondok. Bagaimana kalau dia tidak di rumah, tentu keduanya suka berbuat zinah. Jangan-jangan anaknya bukan darah dagingnya, tapi darah daging adinya. Pemikiran terus melebar dan kemana-mana. Beberapa saat kemudian kembali istrinya berkata mengomentari daun sabi yang dia makan.

“Yah, tusuk-tusuklah, yang penting enak.” Ujar istrinya. Orang gila ngamurau yang sedang mengasah golok tidak tahan lagi. Dia yakin sekali kalau istrinya dan adiknya berbuat tidak senonoh. Maka dari itu, dia bangkit dari mengasah goloknya lalu naik ke rumah. Sesampai di dapur pondok, dia tanpa berkata-kata langsung menusuk adiknya dari belakang dengan goloknya. Seketika itu juga adiknya tewas, dan piring ditangannya terlepas. Istrinya bingung dan ketakutan mengapa hal demikian dilakukan oleh suaminya, membunuh adik kandungnya sendiri tanpa alasan.

Tanda Rumput.

Tanda rumput adalah dimana orang gila ngamurau ini memberikan tanda-tanda disekitar tempat tinggalnya. Misalnya mengikat ujung rumput dengan ujung rumput lainnya di kedua sisi jalan setapak menuju rumahnya saat dia pergi.

Saat pulang dia akan memeriksa tanda rumput itu. Apa bila rumput yang dia ikatkan putus. Maka dia menganggap ada manusia yang datang menuju pondoknya. Saat pulang dia akan marah dan langsung menginterogasi istrinya. Seraya memukul atau mengancam dengan senjata tajam. Dia ingin membunuh laki-laki yang datang. Padahal tanda rumput biasanya putus oleh kucing atau anjing.

Rumah Di Kunci Dari Luar.

Ada kisah orang gilah ngamurau yang mengurung istrinya di dalam pondoknya berhari-hari. Istrinya dia biarkan di dalam pondonya yang hanya memiliki satu pintu dan satu tangga. Sementara dirinya pergi bekerja atau mencari ikan. Saat pulang dia akan menginterogasi istrinya, apakah ada laki-laki datang menemuinya. Setelah marah-marah dan meyakinkan dirinya kalau benar-benar tidak ada laki-laki yang datang barulah dia tenang.

Suatu hari, saat ditinggal pintu dikunci dari luar. Istrinya ingin buang air besar, karena tidak bisa keluar maka dia membuang kotorannya di dapur. Untung tiang pondok tinggi sehingga tidak terlalu tercium bauhnya. Saat pulang orang ngamurau ini mencium bauh kotoran istrinya. Dia marah-marah dan memukuli istrinya. Menurutnya kotoran itu, adalah kotoran laki-laki lain yang mendatangi istrinya saat dia pergi. Dia memaksa istrinya untuk membuktikan kalau itu benar-benar kotorannya. Dengan susah payah istrinya menjelaskan dan menunjuk bukti dia membuang kotoran di lobang dapur. Barulah juga dia tenang.

Begitulah cerita kehidupannya terus menerus sepajang tahun demi tahun. Suatu hari, karena zaman dahulu masih ada harimau. Orang gila ngamurau ini bertemu dengan harimau. Dia berlari pulang dan dikejar oleh harimau lapar itu. Dia berhasil menaiki tangga. Namun sayang pondoknya terkunci dari luar. Sehingga istrinya tidak bisa membuka pintu. Harimau datang dan melompat menerkam dirinya diatas tangga. Dan orang ngamurau ini menjadi mangsa harimau. Sedangkan istrinya hanya melihat saja tanpa bisa membantu.

Dari sedikit cerita yang diceritakan orang-orang tua. Dapat kita tarik kesimpulan bagaimana labilnya emosi orang yang mengidap penyakit jiwa gila cemburu ini. Bagaimana dia dikendalikan oleh perasaan dan pemikirannya yang menduga-duga dan berprasangka yang tidak tidak. Dia juga kehilangan kendali dan akal sehat sebab praduga kecemburuannya.

Sifat gila ngamurau ini cenderung disembunyikan oleh pengidap. Yang menjadi objek tekanan adalah istrinya. Apa bila istrinya menyebut nama satu laki-laki saja dalam interogasinya. Maka laki-laki itu dalam bahaya pembunuhan oleh orang gila ngamurau ini. Oleh sebab itu, berhati-hatilah saat menemukan orang yang gila ngamurau dan cobalah menjauhi dan menjaga jarak dengan setiap wanita bersuami. Sebab, siapa tahu suaminya mengidap penyakit jiwa gila cemburu atau gila ngamurau ini.

Oleh. Joni Apero
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 29 Juni 2021.
Sumber: Observasi dan cerita-cerita masyarakat dia Musi Banyuasin, Kecamatan Sungai Keruh. Apabilah Anda ingin meneliti dan mempelajari penyakit jiwa ngamurau ini dapat turun langsung ke masyarakat.


Artikel Terkait:

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment