12/14/2019

Kereta di Atas Awan

Apero Fublic.- Hari belum terlalu siangTapi terik sinar matahari begitu tajam seakan menembus kulit. Mentari seolah-olah begitu bisu hari itu. Sehingga panasnya tak mengedip sedikit pun. Agenda mata kulia jurnalistik menjadi alasan untuk berburu informasi. Sehingga mengurai rasa malas menjadi semangat. Perjalananku dan teman-teman diawali mencoba transportasi baru di Kota Palembang. Iseng-iseng kami menyebutnya dengan kereta di atas awan. Sebab  jalur jalannya berada tinggi diatas permukaan tanah.

Berjalan di rel-rel diatas tiang-tiang beton yang tinggi. Apabila sedang duduk di dalam seakan-akan kita sedang berada diatas awan. Transportasi baru yang dibangun bersamaan menyambut acara ASIA GAME Palembang-Jakarta. Dinamakan dengan LRT atau Light Rail Transit. Rupanya menyenangakan menjadi mahasiswa jurnalistik. Sebab tugas kuliah dapat berpergian untuk mencari data, membuat foto menarik dengan angel yang bagus. Salah satu tempat yang menjadi spot kami, adalah Taman Makam Pahlawan, bertempat di jalan Jendral Sudirman. Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatera Selatan (30162).

Tempat bersejarah, saat datang kami seakan masuk dalam suasana masa perjuangan kemerdekaan dahulu. Sebelum masuk area makam terlebih dahulu kami melapor ke petugas jaga. Karena disini keamanan sangat di prioritaskan. Hati kami berkata, terima kasih pahlawan jasa kalian begitu besar pada bangsa ini. Aku dan keempat sahabatku berdiskusi bagaimana cara membuat dan mendokumentasikan foto yang bagus, unik, menarik serta angel foto yang luar biasa. Sembari memilih tempat spot foto. Kami menyusuri sekitaran Taman Makam Pahwan yang tampak bersih.

Setiap makam kesuma bangsa itu, selalu dilengkapi dengan topi baja perang mereka. Bentuk barisan makam, vertikal dan horizontal. Beberapa saat kemudian, dengan usaha bersama. Kami sudah mendapatkan foto-foto yang sesuai dengan dengan keinginan kami. Setelah dirasa cukup, kami pamit pada petugas jaga. Karena tidak ada agenda lagi di sana. Kami memutuskan untuk kembali berpetualang. Aku, Mirtha, Intan dan Lily naik Angkutan Kota atau angkot istila populernya menuju stasiun LRT Cinde. Sementara Riki pergi dengan mengendarai sepeda motor.

Saat masuk kedalam angkot. Entah siapa yang paling terakhir masuk. Lupa menutup pintu angkot. Sehingga pintu angkot terbuka beberapa saat angkot melaju. Seperti kipas besar yang bergerak. Untung tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Saat aku melirik kesamping ternyata pintu tidak tertutup. Kami semua tertawa ringan sebab kecerobohan itu. Dalam perjalanan itu, Paman sopir angkot kurang disiplin lalu lintas menurutku. Seakan dia adalah raja jalanan saja. Berbelok dan menyalip sesuka hatinya. Mungkin dia memang sudah biasa bisik kami. Kami hanya berdoa agar tidak menabrak saja.

Matahari yang tadinya begitu terik. Sekarang beransur-ansur ditutupi awan hitam. Memang kata orang-orang kalau panas berlebih dimusim penghujan. Tandanya hari akan turun hujan. Rencana petualangan kami berjalan. Sekarang sudah mendekat Pasar Cinde. Karena disana ada stasiun LRT, Stasiun Cinde. Terletak di 17 Ilir Timur I, Kota Palembang. Dinamakan Stasiun Cinde karena tidak jauh dari stasiun terdapat Pasar Cinde. Stasiun Cinde merupakan salah satu stasiun dari enam stasiun LRT yang dibuka pada awal pengoperasian perdana LRT Palembang, 1 Agustus 2018.

Hal pertama, Naik menggunakan eskalator atau tangga listrik menuju keatas stasiun. Kemudian memesan tiket perjalanan. Setelah pemesanan tiket, kami menunggu. Saat menunggu, kami memperhatikan sekeliling ruangan yang nampak bersih dan tertata rapi. Tanpa ada coretan di dinding ruangan. Para stap yang ramah dan berpenampilan rapi. Kami merasa nyaman dengan suasana stasiun yang sejuk dan aman.

Kurang lebih 20 menit berlalu. Barulah lokomotif LRT berlabu di Stasiun Cinde. Lalu kami masuk ke dalam gerbong kereta. Kursi berbaris memanjang, ternyata sudah terisi penuh. Terpaksa kami berdiri dan berpegang pada pegangan di dalam gerbong khusu untuk orang yang berdiri.

Awan hitam sedari tadi sudah beransur-ansur menutupi langit. Kini dilanjtkan dengan hujan deras. Beberapa saat kemudian kami sampai di stasiun LRT DJKA. Stasiun LRT DJKA merupakan stasiun LRT Palembang yang terletak di Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Terletak di perbatasan antara wilayah timur Kota Pelembang dan Kabupaten Banyuasin.

Stasiun ini menghubungkan OPI Mall dengan wilayah Kota Palembang lainnya. Tanpa sengaja kami berjumpa dengan rekan-rekan kuliah, Jurusan Jurnalistik Kelas A dan B, Anyana, Niken dan Akbar. Perjalanan yang menyenangakan, dapat memandangi kawasan yang dilalui kereta. Tentu juga dengan suasana nyaman gerbong kereta. Sesampai di stasiun DJKA kami turun. Sebab kami akan berbelanja di OPI Mall terlebih dahulu sebelum pulang.

Seorang temanku, kehilangan tiket kereta. Sehingga dia terpaksa membayar denda pinalti. Jangan sampai hilang tiketnya ya, kalau lagi naik LRT. Hari telah siang, keluar dari sana kami mencari tempat makan sebab perut sudah keroncongan, gitu. Bukan tanpa alasan, kami juga mencari spot foto, bentuk latihan. Mirtha menyempatkan membeli sebuah novel berkisah tentang Muhasabah dan sebuah gamis di OPI Mall.

Pulangnya kami terpaksa berpisah. Sebab rumah kami berbeda arah dan berbeda alamat. Mirtha, Intan, pulang kembali menggunakan LRT. Sedangkan aku dan Lili menunggu jemputan dari teman yang akan mengantar pulang. Hari yang menyenangkan melakukan banyak hal. Dari tugas kulia, belajar dan praktek latihan fotografi, belajar menulis, shoping, menjajal transportasi baru LRT, dan menikmati pemandangan kota dari atas kereta LRT. Itulah, kisah kecil kami. Kuliah, Jurnalistik saja ya, kalau kamu suka berpetualang.

Oleh. Erna Nurdianti
Palembang, 15 Desember 2019.
Editor. Desti. S. Sos.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment