6/25/2019

Nur Aisyah. e-Antologi Puisi Menjemput Cahaya


Apero Fublic.- egelapan adalah dimana hilang cahaya dari pandangan mata kita. Sehingga kita tidak dapat melihat, dan mengenali semua yang dihadapan kita. Saat itu kita akan berjalan tanpa arah, tanpa tujuan, bahkan tanpa harapan. Sepanjang jalan kita akan terantuk dengan batu, terinjak benda-benda tajam.

Tidak jarang kita terluka dan berdarah. Sehingga ada rintihan dan keprihan. Mengapa dunia begitu gelap, saat kita ini pikirku. Aku mencoba mencari cahaya dengan sekuat tenaga. Tiada pernah berhenti hatiku berdoa dan berdoa agar menemukan cahaya.

Bagai diliputi kabut hitam, dan bencana yang luas.  Memporak porandakan jiwaku yang masih mudah dan rapu. Sedikit terjangan saja, akun terjatuh dan terluka. Menangis adalah sarapan pagi, dan menjerit adalah minuman segarnya. Bening benar air mataku, sebening tetesan hujan dibulan Maret dan April.


Kenapa aku begini kawan, kemana aku harus berjalan teman. Tidak ada yang tahu keluh dan kesah hatiku yang luluh oleh cobaannya. Aku mencoba mencari cara agar bangun dan kuat. Aku berusaha agar diriku lepas dari semua cobaan ini. Tapi bagaimana aku dapat keluar kalau kegelapan menyelimuti dunia.

Sedangkan cahaya tak kunjung datang menerangi bumi. Bagaimana yang Allah, bencikah kau padaku. Mengapa kiranya aku begini, begitu malang dalam takdir yang kau tulis. Tapi tak mengapa aku bersabar karena aku yakin dengan yang telah kau tulis. Kini tiada cahaya yang membersamaiku, sebagi penguat hujah dan jalan ini. Aku mencari batu-batu dengan merabah-rabah.

Menemukan potongan ranting dan dedaunan kering. Lalu aku gesek batu-batu, dan memercik api. Aku tiup dan aku tiup. Dengan hembusan nafas sesak oleh cobaan. Kemudian titik air mataku menjadi minyak yang menyalakan api ini. Perlahan asapnya membumbung dan membumbung.

Setitik bara mulai menyalah, kemudian menyambar menjadi api. Duniaku perlahan terang dan benderang. Dapat aku kenali semua yang disekelilingku. Kitab suci, buku-buku, puisi, nasihat, sahabat-sahabatku yang tersenyum. Dan yang paling mengharukan, Ayah dan ibu ternyata memelukku dengan erat.

Tak terasa air mataku jatuh dan haru. Ya Allah, aku pikir aku sendiri di dunia ini. Ternyata kasih dan sayangmu teramat besar. Aku sadar, kau begitu mnyayangi aku. Mungkin selama ini aku yang salah sebab diam diantara kegelapan. Sampai aku menjemput cahaya, baru aku dapat meyadari semuanya.


1). ANGKASA DI MATAMU


Angkasa di matamu

Bagaikan malam yang kelam

Saat mata itu,

Sorot mata yang membunuh

Membunuh pandanganku.


Membuat ku

Menunduk, bagaikan tak berkutik.

Dan cahaya itu sembunyikan binar

Cahayanya menbar, lalu kita,

Saling berpapasan, tanpa kata, tanpa sapa.


Oleh: Nur Aisyah.

Palembang, 28 Oktober 2018.


2). TENTANG KAMU   I


Kamu.

Ya, kamu yang muncul di tubuh.

Kamu yang tidak diketahui penyebabnya

Kenapa. Kenapa kamu menyerang ku.

Kamu itu cairan

Kamu menakutkan bagi wanita

Kamu membuat aku lelah dan pusing

Kamu buat perut ku mengembung

Kamu adalah tanda penyakit

Kamu adalah musibah

Kamu juag ujian dari Allah

Ya, kamu KISTA.


Tapi, bagaimana pun,

Kamu bukan penyakit ganas seperti kanker

Kau muncul tiba-tiba

Kadang hilang, Kadang hadir


Aku, hanya dapat berjuang

Untuk melawan mu.

Berjuang untuk bersabar

Berjuang untuk tetap tersenyum

Berjuang untuk tetap bertahan hidup

Sampai tuhan menjemput.


Oleh: Nur Aisyah.

Palembang, 31 Oktober 2018.


3). TENTANG KAMU   II


Kamu yang aku pertanyakan pada robku

Kamu yang kudoakan di sepertiga malam

Dimana kamu

Aku tidak tahu, dimana kamu berada.

Apakah engkau juga mendoakan ku.

Apa kau juga bertanya

Aku di sini.

Menanti mu, Menemui ayah ku.


Aku pernah perpikir seorang itu

Adalah impian ku.

Seseorang itu adalah calon imam ku

Tapi ternyata aku salah,

Aku sangat sakit berpikir seperti itu

Aku sadar kemudian

Setelah merasa kehilangan


Sekarang yang aku pikir

Bagaimana robku mendekatkan mu, dengan ku.

Bagamana aku mendekati sang pemilik hati mu.

Sebab, kau bukan yang harus aku dekati

Tetapi tuhan mu, tuhan ku.

Sang pemilik hati.

Kamu, wahai jodoh ku.


Oleh: Nur Aisyah.

Palembang, 2 November 2018.


4). BIARKAN MAJAS KU BERMAIN


Manakalah isi perut

Melululantakkan dan mengguncang

Menyeruak menelusuk menjadi ego


Seperti hati dan mulut, butuh,

Kepahitan agar menjadi kuat

Bagaikan mata dan telinga butuh,

Perjuangan untuk mempertahankan

Rasa yang tak layak untuk dipandang dan di dengar.


Ludah yang jatuh pantang ditelan.

Ranting yang patah dan jatuh ke tanah.

Pantang kembali kedahan.

Bagai daun gugur dihempas usia

Tidak mungkin mereka lagi di ujung tangkai.

Sabar dan syukur, serta waktu yang tak hingga

Yang dibutuhkan dan diamalkan.


Direndahkan tidak mungkin jadi sampah.

Disanjung tak mungkin jadi rembulan.

Setiap orang membacamu dengan paradigma berbeda.

Positif dan negatif,

Untuk melangkah lebih baik.


Majasku akan bermain, dikala rindu akan robb

Majas akan melayang menyeruak

Masuk dalam qolbu sendiri.


Oleh: Nur Aisyah

Palembang, 21 November 2018.


5). BERJUANG UNTUK HIDUP

HIDUP UNTUK BERJUANG


Allahu Akbar.

Manakala hati beku dan dingin

Mata menanar tak tentu arah.

Mulut terkunci tak bisa berkata.

Semua serba salah

Dikarenakan iman yang lemah,

Dan hati yang jauh akan robb-Nya.


Merah mata terjerat kisah sang Fatahillah.

Keadaannya kotor bagaikan sampah.

Saat terakhir menulis sajak rindu,

Rindu akan perjuangan hidup yang tak berubah.


Perjuangan harus dipertahankan,

Sebagaimana Rasulullah mempertahankan umat.

Kegagalan, kesusahan, kesulitan,

Yang dialami adalah ujian hidup.

Berjuanglah.


Wahai hamba Allah.

Jagalah hati untuk hidup mu.

Perjuangkan hati dan tahan ego mu.

Perjuangkan hidupmu diatas agama mu.

Peluk dan dekaplah robb dengan,

Ketulusan cinta dan juang.


Ya Rasulullah.

Pedoman, pemimpin yang berjuang untuk kita.

Maka berjuanglah.

Biarlah doa mengiringi perjuangan.

Tumbuhkan semangat di dadamu.

Berjuang untuk hidup, Hidup untuk berjuang.

Berjuanglah.


Oleh: Nur Aisyah.

Palembang, 21 November 2018.


6). DOA


Bagaimana engkau dapat bersabar

Bertahan akan suatu masalah.

Jika engkau tidak mengetahui,

Ilmu masalah yang sedang dihadapi.


Dalam setiap doa malam-malam ku.

Dirimu menjelma cahaya.

Dengan sabar, denyut nadi dan nafas memburu.

Bersitata terhadap rasa yang entah kapan hilangnya.


Sabar dan syukur menjadi penopang.

Akan rasa sakit yang tidak kunjung hilang

Ya Robb Ku, Kabulkanlah

Tanpa kata dan perintah.

Doa disepertiga malam ku,

Akan terjawab tanpa diketahui waktunya


Hilang dan berkurang,

Itu yang diinginkan

Sabar dan syukur,

Itu yang diterapkan

Senyum dan bahagia,

Itu adalah alibi dan motif

Doa dan restu orang tua,

Itu yang diharapkan.


Oleh: Nur Aisyah.

Palembang, 21 November 2018.


7). Kata Indah Untuk Bunda


Ibu,

Tetes keringat mengalir deras di pelipis dan dahimu.

Tak kau hiraukan yang membelenggu hati mu.

Sunggu engkau wanita surga bagiku.

Sunggu engkau wanita luar biasa untuk ku.


Ibu engkau wanita tangguh.

Tak letih engkau menuai hari.

Niat tulusmu memberi sejuta impian

Sunggu engkau wanita mulia.


Maafkan sikap membangkang.

Yang tak menghiraukan bimbingan mu.

Maafkan atas kata-kata yang menyakiti mu.

Maafkan kami atas ketidak pahaman,

Dalam memahami perintah mu.

Maafkan kami yang selalu membuat ibu patah semangat.


Tolong ibu,

Tolong berikan bimbingan pada kami.

Tolong ajari kami,

Agar tidak terlalu memikirkan dunia.

Tolong bentuk sifat kami

Agar menjadi pribadi yang berahlak.


Tolong ibu,

Berikan kami semangat dan motivasi,

Untuk mengapai cita-cita.

Terimakasih atas kesabaran ibu,

Menghadapi diri ini.

Kau bertekad bekerja keras dan semangat

Untuk menuai kebahagiaan.

Kau berikan kami motivasi bagai langit luas.

Terimakasih semangat mu, menyinari jalan buntu,

Nan gelap yang kulewati.


Kini lamunan ku menggemah,

Mengisi semua rongga.

Kini hati berkata, maafkan kami.

Tolong kami.


Terimakasih ibu,

Apa jadinya kami tanpa ibu.

Apa jadinya sekarang, tanpa bimbingan ibu.

Maafkan kami yang tak membalas jasa mu.

Maaf.


Oleh. Nur Aisyah.

Lahat, 10 Oktober 2018.


8). Cahaya Rindu


Lihatlah saja cahaya itu.

Tak perlu di tatap, karena ia menatap.

Karena rindu dapat dilihat oleh sorot.

Meski tanpa penjelasan,

Karena mata sebagai penerjemah.


Hitungan ku,

Telah banyak kata demi kata ku ucap.

Cembu, kesal, amarah, dan rindu.

Bagai menghitung aljabar.

Butuh kesabaran

Untuk menjelaskan secara rinci.


Tangan ini tak lagi menari.

Menari mencipta puisi berupa, diksi, puisi.

Ku anggit, ku tata prosa ini ketika hatiku merindu.

Serupa luka menganga di tubuh.

Sakit tapi tak berdara.


Gemerlap bintang seolah menyombong,

Tetapi ia membantu melewati belantara seram ini.

Di sekitar banyak hal jahat.

Berlalu-lalang menyonsong melebur iman.

Obat rindu juga terlampau banyak.

Akan tetapi rindu tak kunjung lenyap.

Rindu ini memberiku sesuatu,

Tabh, luka, rontahan hati.

Teriakan yang lebih baik ku simpan.


Akan tetapi, cahaya senja.

Memberiku ilmu yang banyak.



Oleh. Nur Aisyah

Lahat, 10 Oktober 2018.


9). Rahasia Hati


Kematian.

Kematian itu menyakitkan.

Rasa sakit saat di cabut itu manusiawi.

Sakitnya sakaratul maut itu,

Kira-kira, bagai di tebas pedang beratus kali.


Jangan takut akan mati

Pikirkan bagaimana menjadi anak shale dan sahleha

Kematian tidak memngirim kabar

Kematian hanya memastikan

Ia akan datang


Di waktu yang tepat,

Dengan orang yang tepat.

Maklumi kematian, walau jelas di tangisi.

Perlu kita tahu, kematian itu.

Teman semua mahluk hidup

Walau tidak terlihat.


Oleh. Nur Aisyah.

Lahat, 10 Oktober 2018.

10). Angin Itu Berbahaya


Diri ini tahu dari dirimu mu.

Angin itu berbahaya.

Aku tidak tahu persis, angin kamu seperti apa.

Bagiku angin itu rasa


Pikirku tak beralasan.

Bantu aku, bantu menghilangkan.

Sulit, itu tak mudah.

Pergi, tak mungkin itu sulit


Diriku berharap, dirimu menjadi angin ku.

Angin suka maupun duka bagiku.

Meski, yah.

Aku tahu angin itu tak terlihat.

Tak terjamah, tapi dapat terasakan,


Dan itu hayalan-hayalan, dan harapan ku.

Harapan dan doa yang aku panjatkan,

Kepada maha pemilik hati.

Takkan aku sampaikan kepadamu.


Karena harapan dan doa ku.

Aku sampaikan kepada sang pencipta,

anugra dan fitrah.

Yang sedang aku menerjemah dan ku alami,

Jiwa, untungnya mempunyai penerjemah.

Seringkali tanpa sadar,

Namun tetap setia, menerjemah.


Yaitu mata,

Yang pasti sang maha cipta.
Video Menjemput 

Oleh. Nur Aisyah.
Editor. Selita. S.Pd.
Lahat, 10 Oktober 2018.
Sumber foto dan video. Nur Aisyah.


Sekilas tentang penyair cantik ini. Ia lahir di Sumatra Selatan, Kabupaten Lahat pada tanggal 26 Maret 2000. Nama lengkapnya Nur Aisyah, ia sekarang sedang menempuh studi di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Kalau makanan ia suka bakso, martabak dan yang paling disuka adalah masakan ibu, si malaikat tak bersayap. Kalau warna kesukaan, menyukai warna biru, hijau dan orange. Ia bercita-cita menjadi penulis hebat, sukses, sekaligus menjadi guru bagi anak-anaknya kelak. Wah, ini tipe saya banget.

Kalau moto “sukses, bahagia, fiddunya wal akhirot. Kalau pesanya, “jadila cahaya untuk orang lain sesuai kemampuan diri sendiri.” Mungkin maksudnya agar kita tidak memaksakan diri untuk menjadi baik, sampai kita akhirnya menjadi wujud lain dari diri kita. Hendaklah, berbuat dengan iklas dan jujur apa adanya, sehingga orang-orang akan terkesan pada kita.
Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.

Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment