PT. MEDIA APERO FUBLIC

Perusahaan Pers dan Publikasi (Industri Kesastraan)

Apero Mart

Apero Mart adalah tokoh online dan ofline yang menyediakan semua kebutuhan. Dari produk kesehatan, produk kosmetik, fashion, sembako, elektronik, perhiasan, buku-buku, dan sebagainya.

Apero Book

Apero Book adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi semua jenis buku. Buku fiksi, non fiksi, buku tulis. Selain itu juga menyediakan jasa konsultasi dalam pembelian buku yang terkait dengan penelitian ilmiah.

Apero Popularity

Apero Popularity adalah layanan jasa untuk mempolerkan usaha, bisnis, dan figur. Membantu karir jalan karir anda menuju kepopuleran nomor satu.

Apero Fublic Publisher

Penerbit Buku PT. MEDIA APERO fUBLIC

Buletin Apero Fublic

Tusisan yang bersifat ide-ide orisinal dari diri sendiri. Mulai dari kebudayaan, politik, kritik sosial, kesastraan, kemanusiaan, pendidikan dan lainnya.

Jurnal Sastra Apero Fublic

Temukan tentang kesastraan dari sastra klasik, lama, dan moderen. Lokal, Nasioan dan internasional. www.jurnalaperofublic.com

Apero Gift

Apero Gift adalah perusahaan yang menyediakan semua jenis hadia atau sovenir. Seperti hadia pernikahan, hadia ulang tahun, hadiah persahabatan, menyediakan sovenir wisata dan sebagainya. Melayani secara online dan ofline.

7/07/2020

Sejarah Budaya: Asal-Usul Perkembangan Mpek-Mpek Atau Pek-Mpek.

Apero Fublic.- Mengenal sejarah kuliner nusantara memang sangat menyenangkan. Selain kita mengetahui budaya bangsa sendiri. Tentu kita juga menikmati kuliner tersebut dengan rasa enak di lidah. Berikut ini, cerita tentang makanan tradisional masyarakat Melayu Sumatera Selatan atau secara umum dikenal di Indonesia (Nusantara), Orang Palembang.

Pada zaman dahulu kehidupan manusia sangat sederhana. Berbekal teknologi seadanya manusia bertahan hidup. Salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi adalah pangan. Pangan inilah yang paling dekat dengan kehidupan manusia. Pengolahan makanan mulai dilakukan oleh manusia sejak lama, terutama kaum wanita.

Di Sumatera Selatan ada makanan tradisonal yang sangat terkenal, yaitu mpek-mpek atau pek-mpek. Banyak orang yang tidak tahu sosial budaya orang Melayu di Sumatera Selatan dengan lancang menulis atau membuat cerita asal usul makanan mpek-mpek. Mereka menganggap kuliner mpek-mpek dibuat oleh orang Cina. Asal nama mpek-mpek juga disandarkan pada orang Cina tersebut. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal.

Ada juga beberapa orang akademisi yang menganut paham sukuisme menyatakan kalau mpek-mpek hasil budaya mengambang orang Melayu. Paham sukuisme adalah paham orang-orang yang tidak menyukai kelompok yang diluar suku atau etnis dirinya. Kemudian dia berusaha menyerang dengan maksud melemahkan dan menghancurkan suku tersebut. Lalu dia meninggikan dan mengagungkan suku atau etnis dan budaya sukunya.

Bahkan orang seperti ini tidak segan-segan memutar balik fakta sejarah untuk mengagungkan etnis atasu sukunya. Sangat berbahasa bagi keutuhan bangsa Indonesia akademisi seperti ini. Penganut paham sejarah neo-Orba. Salah satu peninggalan paham sukuisme Orba adalah mengacaukan sejarah Sriwijaya.

Pekembangan makanan kuliner pek-empek atau mpek-mpek sudah melalui perjalanan panjang. Di mulai jauh pada masa abad ke 15 Masehi atau bahkan jauh sebelumnya. Sebagaimana kita ketahui kalau masyarakat di pedalam Sumatera kehidupannya dari bertani ladang berpindah. Pertanian mereka selain menanam padi, juga menanam jenis umbi-umbian. Seperti Ubi kayu atau singkong. Ubi jalar atau sela. Jenis keladi-keladian dan sejenisnya.

Tanah yang subur membuat panen ubi kayu melimpah. Orang Melayu mengolahnya menjadi sagu atau tepung ubi kayu. Pembuatan sagu sangat sederhana. Yaitu, dengan cara merendam ubi kayu disungai atau di wadah tersimpan rumah. Wadah rendaman seperti guci, jenis baskom tanah atau sejenisnya. Dari sagu ubi penduduk menyimpan cadangan makanan.

Salah satu makanan yang buat dari sagu ubi adalah jenis mpek-mpek atau pek-mpek. Kadang dibuat kuliner lempeng. Membuat lempeng hampir sama dengan membuat mpek-mpek. Tapi adonan lempeng lebih encer dan bentuknya lebar seperti piring. Kata lempeng diambil dari kata gepeng. Gepeng dalam bahasa Indonesia berarti pipih atau bulat tipis. Memasak tidak memerlukan banyak minyak sayur.

Selain itu, penduduk juga sering membuat pek-mpek ubi secara langsung. Ubi kayu segar diparut lalu dibentuk seukuran genggam. Sebagaimana ukuran mpek-mpek pada umumnya. Lalu digoreng dengan minyak sayur yang dibuat dari minyak kelapa atau minyak ni’o. Itulah mengapa penduduk di pedalam Sumatera Selatan menyebut minyak sayur dengan nama minyak ni,o atau minyak kelapa. Kata ni’o berarti kelapa.

Selain itu, ubi kayu atau singkong juga sering dibuat mpek-mpek bakar. Ubi kayu setelah di parut, diberi garam lalu dicampur daging ikan. Kemudian dibungkus dengan daun pisang beberapa lapis. Lalu dipanggang diatas tungku. Bentuknya memanjang tidak bulat. Bentuk memanjang agar mudah meletakkannya di atas tungku api.

Selain campuran ikan, ubi kayu parut juga dicampur dengan pisang masak dan diberi gula. Kadang dibagian dalam dimasukkan gulah merah. Kadang juga dicampur durian, buah nangka masak, atau hanya gula merah saja. Tergantung selerah, memasak juga bukan hanya dipanggang. Dapat juga dikukus atau digoreng.

Masih banyak lagi jenis pek-mpek yang dibuat dari olahan ubi kayu. Begitu pun ubi jalar sering dijadikan mpek-mpek. Tapi dengan rasa manis. Ubi jalar direbus, lalu dihaluskan dan dibentuk seperti mpek-mpek. Di bagian dalam dimasukkan gula merah cair. Memasak juga boleh di gorang dan dikukus. Tapi sebelum menggoreng bulatan dicelupkan ke adonan sagu ubi zaman dulu atau adonan tepung zaman sekarang.

Olahan sagu ubi berikutnya yaitu pada jenis keladi-keladian. Nama lokal pada masyarakat Melayu di daerah Kabupaten Musi Banyuasin adalah keladi kubu. Dinamakan keladi kubu kemungkinan dekat dengan kehidpan suku kubu di pedalam Sumatera. Dari keladi ini, orang-orang Melayu pedalam membuat sagu. Sagu dapat dijadikan agar-agar atau jenis makanan lainnya.

Alam yang sangat kaya juga memberikan makanan yang melimpa pada bangsa Indonesia. Salah satu penghasil makanan pokok zaman dahulu adalah sagu enau dan pohon sagu di daerah pantai. Sagu enau juga dapat dijadikan makanan pokok dan diolah menjadi makanan biasa seperti mpek-mpek. Ikan yang melimpah juga menjadi makanan olahan penduduk.

Pecampuran daging ikan pada makanan bukan hanya pada mpek-mpek. Tapi juga pada jenis sambal. Penduduk membakar ikan beberapa ekor. Kemudian mencampur daging ikan pada sambal mereka. Ada juga jenis kuliner yang terbuat dari kelapa, sambal lingkung. Biasanya penduduk menggunakan daging ikan ruan (gabus). Daging ikan ruan dianggap daging yang baik untuk campuran makanan. Sampai sekarang daging ikan ruan dijadikan campuran makanan.

Seiring waktu, kuliner pek-mpek terus berkembang. Diikuti perkembangan industri perdagangan yang terus maju dan munculnya pangan dari luar yang masuk ke nusantara. Sehingga memberi pengaruh pada makanan tradisional di Sumatera Selatan, Palembang. Sebab Palembang adalah kota pelabuhan yang ramai.

Pengaruh pada makanan pek-mpek terus berkembang mengikuti zaman daerah dan masyarakatnya. Dari masa Awal era Sriwijaya, masa Kesultanan, sampai masa Kolonial Belanda dan memasuki masa kemerdekaan. Pada awalnya sagu diproduksi sendiri secara tradisonal. Kemudian hadir sagu dan tepung inpor. Maka beralihlah penduduk menggunakan tepung dan sagu infor atau industri.

Perkembangan teknologi yang sampai ke Palembang (Indonesia). Terutama alat penggiling ikan telah memberikan proses mudah pengolahan ikan. Penduduk pada awalnya merebus ikan terlebih dahulu untuk campuran kuliner. Kini dapat langsung menggiling daging ikan untuk adonan mpek-mpek, kemplang, dan sambal.

Dapat kita saksikan sekarang bagaimana perkembangan jenis mpek-mpek. Dari yang biasa, bercampur kulit ikan, mpek-mpek telur, mpek-mpek pistel dan udang, mpek-mpek kapal selam dan banyak lagi lainnya. Dari yang dijual oleh individu, dijual toko-toko, sampai industri seperti pek-mpek, Pempek Candy.

Pek-Mpek atau Mpek-mpek adalah salah satu bentuk perpaduan budaya air dan budaya gunung. Sebagaimana rumah-rumah panggung orang-orang Melayu. Penghidaran dari banjir dan solusi rumah di dataran rendah selayaknya di Palembang dan untuk keamanan dari bahaya hewan buas dan berbisa.

Namun nama mpek-mpek hanya dikenal dengan indetik mpek-mpek Palembang. Karena Palembang sebagai Ibu Kota Sumatera Selatan sejak zaman Kesultanan. Palembang sudah dikelan Nusantara sejak Era Majapahit. Sebelumnya nama Kota Palembang adalah Kota Sriwijaya dan Sungai Sriwijaya (Sungai Musi).

Untuk nama dari kuliner mpek-mpek atau pek-mpek berkembang secara sendirinya. Sama seperti nama kuliner lainnya. Istilah mpek-mpek bukan dari nama orang atau bahasa asing. Sebagai contoh, misalnya nama kuliner pindang, sambal, gulai, dan nama kuliner lainnya. Tidak ada yang tahu asal usulnya. Karena bentuk perkembangan budaya.

Tapi dalam penamaan sesuatu oleh masyarakat terdahulu biasanya mereka melihat keadaan, situasi, rupa, wujud dan tempat. Penamaan Desa Gajah Mati di Musi Banyuasin, misalnya. Pada masa permulaan penduduk membangun pemukiman mereka menemukan gajah yang mati di dalam sungai.

Awalnya nama sungai saja yang mereka namakan Sungai Gajah Mati. Karena ada bangkai gajah di dalam sungai. Nama Sungai juga tidak langsung diberikan. Tapi berkembang dari percakapan mereka sehari-hari. Mereka yang mendiami di sekitar sungai itu. Seiring waktu nama pemukiman mereka terbentuk dengan nama Talang Gajah Mati. Kemudian berkembang menjadi Desa Gajah Mati, sekarang.

Sebagai contoh melihat keadaan makanan. Misalnya makanan namanya, gando-gado. Mengapa dinamakan gado-gado kerana bercampur-campur beberapa jenis makanan. Sehingga dinamakan penduduk dengan gado-gado. Begitu juga dengan makanan tradisonal lainnya, nama berkembang secara sendiri tanpa ada pencipta. Tidak merujuk hanya satu orang saja. Hanya dizaman sekarang nama makanan diciptakan oleh pembuatnya.

Ada tiga kata yang umum di tengah masyarakay Melayu Sumatera Selatan. Kemungkinan diindikasikan sama dalam proses pembuatan mpek-mpek. Kata lepek, berarti suatu yang berbentuk bulat dan melebar. Lepek juga bermakna sesuatu yang bentuk lain misalnya bulat, kemudian menjadi bentuk yang agak tipis atau bulat lebar (pipih).

Pecahan dari kata lepek adalah tepek. Tepek berarti sesuatu yang lembut dan lengket lalu diambil dengan tangan atau segenggam tangan. Kemudian ditempel pada satu objek. Tepek juga berarti sesuatu yang lembut, lalu di robek-robek, dibagi-bagi, kemudian ditumpuk-tumpuk, ditekan-tekan, dirapikan. Lalu ada lagi kata penyek yang berarti menekan-nekan agar menjadi lembut, menjadi bercampur, menjadi satu.

Apabila kita perhatikan dalam proses pembuatan mpek-mpek. Kata lepek, tepek dan penyek sangat tepat sekali. Saat tangan pengadon membuntal-buntal adonan sagu dan tepung (ubi parut) menjadi mpek-mpek. Kemudian bentuk umum mpek-mpek adalah bulat tipis atau pipih atau lepek dalam bahasa Melayu lama Sumatera Selatan. Maka istilah kuliner tersebut dinamakan mpek-mpek atau pek-mpek. Nama yang berkembang dari aktivitas pembuatnya.

Apabila ada yang berpendapat nama makanan tradisional atau budaya yang sudah ada sebelum zaman kemerdekaan dikarenakan oleh satu orang. Maka hal itu tidak benar. Salah satu bentuk hasil budaya lama adalah tidak diketahui penciptanya dan pemberi namanya. Tapi nama, berkembang dengan sendirinya dari interaksi pengguna, pemakai, keadaan, rupa, pembuat, kondisi pada masa itu dan selanjutnya.
Perhatikan foto, bentuk demikian dalam bahasa Melayu lama Sumatera Selatan adalah bentuk lepek. Bentuk ini adalah bentuk awal dari pembuatan mpek-mpek. Hanya bedanya zaman dulu belum banyak gaya dan kreasi seperti ini. Proses penyek dan di tepek lalu dibentuk lepek (bulat lebar), maka jadilah bentuk kuliner dan sekaligus nama kuliner pek-mpek atau mpek-mpek atau pempek.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadadng Saputra.
Palembang. 8 Juli 2020.
Sy. Apero Fublic.

e-Antologi Puisi: Bulan Luka Parah.

Apero Fublic.- Berikut adalah e-Antologi puisi Bulan Luka Parah. Puisi dalam e-Antologi ini buah karya penyair bernama Husni Djamaluddin. Penyair yang mengguba puisinya dari Makassar. Puisinya lebih pada penghayatan jiwa-jiwanya. Tampak padat dan kuat pembawaan setiap baitnya. Berikut ini kutifan puisi dari antologi puisi Bulan Luka Para.

KALAU AKU BERDIRAM DIRI

Kalau aku berdiam diri.
Dalam kesendirian yang paling sendiri.
Jangan seru aku jadi badai yang menderu.
Jangan undang aku jadi gelombang laut yang geram.

Kalau aku berdiam diri.
Dalam kesendirian yang paling sendiri.
Seperti ini.
Sekalian angin sekalian laut.
Sekalian bumi sekalian bulan sekalian matahari sekalian langit.
Sedang kuseru sedang kuundang sedang kujemput.
Kedalam sukmaku yang satu.
Puisi-puisiku.
Lahir di sini.

Makasar, 2 April 1980.

PANTAI

Sebuah pantai tak berlaut.
Tempatku terdampar.
Dalam perjalanan menuju matahari.

Sebuah laut tak berpantai.
Tempatku berlayar.
Dalam rindu malam hari.

Makasar. 21 Februari 1980.

KAMPUCHEA

Tak tentram lagi
Budha bersemedi
Di dalam candi Ancor.

Maka Budha
Yang gusar di nirwana.
Kembali menjadi Sidharta Gautama.
Yang meninggalkan istana.
Menuju samsara
Di belantara
Kampuchea. (1980).

ANAK PERAHU

Laut yang ditempu laut yang membentang jauh.
Apa arti jarak apa itu wakt apa itu rindu.
Apa malam akan kelam apa alam akan kejam.
Apa langit keruh apa mendung mengepung.
Apa hujan menyerbu apa angin menjadi badai.
Apa guntur menggemuruh apa gelombang menggunung.
Apalah semua itu apalah laut apalah takut apalah maut.
Bagai anak perahu
                                Yang sudah
                                Mengangkat sauh.

Makasar. 6 Maret 1979.

KAU, AKU DAN WAKTU

Kalau waktu bergerak.
Kalau jam berdetak.
Dimakah kau.

Kalau jam berdetak.
Karena waktu bergerak.
Di manakah aku.

Kau dan aku.
Terjebak.
Dalam jam berdetak.
Dalam waktu bergerak.

Makasar. 12 Maret 1973.

Oleh. Husaini Djamaluddin.
Rewrite: Apero Fublic.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 8 Juli 2020.
Sumber: Husaini Djamaluddin. Bulan Luka Parah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986.
Buat sahabat-sahabat yang ingin mempublikasikan karya tulis, seperti puisi, cerpen, pantun, surat kita, syarce, dongeng, berita, artikel, dan sebagainya. Kirimkan saja ke Apero Fublic melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com atau whatsApp 081367739872.

Sy. Apero Fublic

Puisi: PENGINAPAN TUA

Apero Fublic.- Puisi adalah cerita yang sangat dekat dengan emosional penyairnya. Dengan puisi isi hatinya dicurahkan dengan jujur. Walau dibaca oleh banyak orang dan dipublikasikan secara luas.

Tidak mengapa bagi sang penyair. Sebab bahasa yang dia samarkan dan hanyalah dirinya yang mengerti makna yang sebenarnya. Para pembaca hanya mampu berimajinasi dan menerka-nerka apa makna dari puisi itu.


PENGINAPAN TUA

Sore ini, senja pergi lagi.
Meninggalkan seorang gadis sendiri.
Terpaku dalam lamunan, entah apa kira gundanya.
Sungguh tiada beruntung nasipnya,
Bersembunyi di penginapan tua.

Hari ini, jumat 24 April 2020.
Pertama kali baginya menjalani puasa, sendiri.
Dikalah alunan azan magrib yang mulai berkumandang.
Lintasan kenangan menyapa kesunyian jiwa.

Aku rindu ayah dan bunda.
Sepupuku berkata, Indanya kehidupan di rumah.
Tapi menurutku lucu.
Aku tertawa dalam pilu.

Satu bulan aku meninggalkan desa.
Desa yang berbalut kenangan dan impian.
Aku bersabar dalam meraih mimpi.
Semoga keajaiban tuhan segerah datang.

Oh, Tuhan hati ini semakin rindu.
Seperti miang bambu yang menancap di hatiku.
Aku kini, bagaikan bunga menanti sinar mentari pagi.
Ayah, bunda, apa kabar kalian di sana.
Aku titip rindu,
Pada angin malam yang berlalu.

Azan magrib telah usai, berkumandang.
Anakmu jauh sekarang.
Seperti mata yang tak sempat lagi memandang.
Maafkan anakmu yang belum sempat pulang.
Rindu ini teramat dalam.
Seperti anak panah kehilangan tuan.

Asam kandis asam gelugu.
Kedua asam dijadikan pindang.
Hati menangis dalam rindu.
Supaya dijadikan alasan pulang.”

Mak, anakmu sendirian.
Berlayar ketengah lautan.
Maaf tak sempat berpamitan.
Kau semangatku dalam perjuangan ini.

Mak, Aku seperti ombak yang tidak pernah berhasil sampai ke tepian pantai.
Menghantam bebatuan dan karang.
Terkurung ditengah pulau kecil.

Namun asah tak pernah berakhir.
Sebab jalan-jalan itu adalah takdir.

Oleh. Hosia Saibatul Robba
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Linggau. 7 Juli 2020.
Buat sahabat-sahabat yang ingin mempublikasikan karya tulis, seperti puisi, cerpen, pantun, surat kita, syarce, dongeng, berita, artikel, dan sebagainya. Kirimkan saja ke Apero Fublic melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com atau whatsApp 081367739872.

Sy. Apero Fublic.

7/06/2020

Mengenal Danau Dedughuk di Kabupaten Muara Enim.

Apero Fublic.- Muara Enim. Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang banyak menyimpan keindahan alam. Potensi wisata yang tersebar di mana-mana. Mulai dari wisata sejarah, wisata budaya, wisata air terjun, wisata pubakalah, dan wisata sungai dan danau. Terdapat puluhan danau dengan ukuran besar dan sedang.

Berbicara soal danau, ada sebuah danau yang sangat indah. Danau tersebut bernama Danau Dedughuk. Danau ini terletak di wilayah administratif Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia.
Menurut masyarakat nama Dedughuk diambil dari nama sebuah tumbuhan yang banyak tumbuh di sekitar danau. Tumbuhan tersebut bernama Dedughuk. Sehingga penduduk menamakan dengan Danau Dedughuk. Berikut ini foto tumbuhan tersebut. Nama lokal di daerah saya Dedughuk.
Kalau belum tahu sebelumnya, aku bertanya-tanya tentang nama Danau Dedughuk. Dedughuk hampir sama dengan kata Duguk pada bahasa masyarakat Sekayu, di Musi Banyuasin. Dalam bahasa masyarakat Melayu Sekayu kata Duguk adalah nama sejenis siluman penghuni air. Mahluk dengan ciri berambut sangat panjang dan tinggal di dalam air. Itu hanya cerita orang Melayu di Sumatera Selatan.
Pemandangan Danau Dedughuk sagat indah sekali. Suasana alam yang hijau dan air danau membiru. Sangat indah kalau menjumpai senjah. Cahaya sinar matahari yang kekuningan dari balik bukit.

Membuat spot foto yang begitu indah. Saya berharap, semoga Danau Deduguk nantinya akan menjadi tempat wisata populer di Indonesia. Potensi wisata yang sangat menjanjikan. Pada hari-hari libur Danau Dedughuk banyak dikunjungi masyarakat dari daerah lain.

Oleh. Saptika Hariyani.
Editor. Desti. S.Sos.
Muara Enim, 7 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic.

Secercah Harapan dari Pelosok Negeri

Apero Fublic.- Muara Enim. Pernah dengar nama "Danau Gerak." Sebuah desa yang sejuk, damai, dan tentram di pedalaman Provinsi Sumatera, tepatnya di Kabupaten Muara Enim, Kecamatan Semende Darat Ulu. 

Desaku terletak di dataran tinggi. Salah satu tempat  yang dijuluki "Negeri di atas Awan." Desaku terletak di bawah kaki bukit daerah Semende. Lima jam dari kota Muara Enim. Jalan yang berkelok-kelok dan terjal. Begitu pun dengan harumnya bauh yang tercium sampai ke Eropa, sejak dulu. Jauh sebelum negara kita merdeka.

Aku melihat bagaimana daerah lain. Saat telah masuk di Perguruan Tinggi, UIN Raden Fatah Palembang. Jauh berbeda dengan keadaan di desaku. Di malam dan siang hari listrik menyalah dengan baik. Begitu juga dengan jaringan telekomunikasi juga baik.

Saat hadirnya pandemi virus corona saya pulang ke desa tercinta. Karena wabah Covid 19 dengan segala permasalahannya telah membuat berbagai elemen sosial menjadi terhambat tak terkecuali pendidikan. Social distancing akhirnya diterapkan dan kuliah melalui daring.

Ada satu hal yang aku pahami. Bahwa pandemi covid-19 mengajarkan kepada akan kebutuhan teknologi informasi. Kita sekarang hidup di zaman yang semakin canggih. Betapa tidak, dimana belajar-mengajar dilakukan dengan teknologi informasi atau bahasa umumnya, online.

Belajar online, Kuliah online, KKN online, Sekolah online, Tugas online, semuanya serba online. Pejabat dan orang-orang di daerah maju. Rapat melalu zoom dan santai dengan internetnya. Begitu juga yang berada di wilayah memiliki listrik cukup. Juga akses internet bagus. Tentu semuanya mudah dan menyenangkan.

Lalu apa kabar anak-anak yg berada di pelosok negeri tanpa Cahaya Listrik dan sinyal yang memadai. Bagaimana agar pendidikan tetap jalan di tengah krisis pandemi seperti sekarang. Bagaimana dengan tugas mahasiswa yang akan dikirim melalui internet.

Kebaruan adalah peremajaan dari ia yang katanya mengalami penuaan.” Tapi sayangnya itu tidak bagi kami anak-anak Desa Danau Gerak. Dengan jumlah penduduk hanya 200 KK, Sekedar Listrik saja belum juah teralirkan. Lalu bagiamana masa depan kami dengan harapan-harapan dan mimpi-mimpi yang melambung tinggi tanpa cahaya??.

Akan kah nasib terus begini?? Pasrah dengan keadaan!!!. Bagaimana nasib pendidikan kita?. Bagaimana nasib cita-cita kita??. Cita-cita untuk bangsa dan negara kedepanya. Mana keadilan untuk kami!!!.

Tanpa penerangan, anak-anak sibuk mencari terang pengetahuan. Hanya saja anak-anak desa yang sedang menempuh pendidikan gusar dengan kebijakan yg didesak oleh  keadaan zaman.

Namun zaman itu tidak mewakili mereka. Lebih nyaman mereka disana, di kantor dan ber-AC. Dengan segala keresahan dan keterbatasan mau tidak mau harus ikut kebijakan. Waktu terus berubah dan manusia ikut berubah didalamnya. berubah ke arah yang lebih baik.

Hidup di desa dengan cahaya redup mengisi ruang atas nama ilmu. Bersama kesunyian malam pendidikan harus tetap jalan dan bertahan. Saat kesal dengan kegelapan, di dalam hati mengapa aku terlahir di sini. Mengapa tidak terlahir di kota, atau di daerah yang diperhatikan pemerintah.

Tidak sedikit anak-anak yg mengeluh atas keadaan ini. Untuk sekolah, mereka tidak butuh gedung menjulang, yang mereka butuh fasilitas yang memadai untuk tetap belajar. Kita Pancasilah bekan?. Silah ke lima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kami belum sampai pada silah ke lima itu.

Paling tidak inilah yang menjadi PR bagi mereka yg sedang berkuasa dan berkewajiban agar memikirkan solusi kesejahteraan pendidikan dan segera direalisasikan. Bukan cuman harapan demi masa depan kami dan masa depan negeri ini.

Secercah harapan, untuk pendidikan  di Indonesia. Agar tidak sepucat yang banyak dikata mereka. Secercah cahaya dapat menyinari impian-impian. Ketika tunas muda yang mulai tumbuh bertebaran. #Salam Takzim dari Pelosok Negeri.

Oleh: Senianah.
Editor. Desti. S.Sos.
Danau Gerak, 6 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic.

Kisah Inspiratif Dari Danau Gerak. Semende.

APERO FUBLIC Muara Enim. Sejarah tidak hanya mencatat mereka yang punya pangkat tinggi, mereka yang kaya raya, mereka yang pintar dan berprestasi. Atau mereka yang berparas cantik dan menarik. Ataupun juga mereka yang memiliki banyak gelar akademis.

Tapi sejarah selalu mencatat mereka yang berani melakukan sesuatu yang tidak biasa. Yaitu, mereka yang berani melakukan perubahan. Untuk membuat sebuah perubahan dia hanya perlu memulai. Sebab, kata orang 1000 teori akan kalah dengan satu tindakan.

Danau Gerak,  4 April 2020 terjadi bencana alam yang menyebabkan jalan putus total. Jalan ini adalah akses satu-satunya transportasi daerah ini. Tanpa menunggu perhatian pemerintah atau pihak terkait. Masyarakat yang sadar akan pentingnya akses jalan raya.

Mereka berinisiatif bergotong-royong membuat jalan alternatif, supaya transportasi tidak putus total. Walau yang dapat berlalu hanya sepeda motor dan pejalan kaki. Beberapa unit mobil tidak dapat pulang kedesa dan hanya diparkir di pinggir jalan. Ada satu masalah, tentu tidak aman.

Hari berganti Minggu, Minggu bergati bulan. Ternyata benar disetiap populasi selalu ada parasit yang merugikan. Mereka mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tidak selamanya kejahatan karena terniat kadangkalah juga karena ada kesempatan dalam situasi dan kondisi.

Mulai pemilik mobil kehilangan, yaitu tiga buah ban serap, dan empat buah terpal. Penduduk bermusyawara, daripada semakin banyak yang kehilangan alat-alat mobil. Harganya juga tidak murah. Maka timbul inisiatif dari warga yang memiliki mobil untuk segera memperbaiki jalan raya bergotong royong.

Tepat pada 12 Juni 2020 mereka sepakat mengumpulkan Dana untuk Pembangunan jalan dari Swadaya. Untuk pemilik satu unit mobil menyumbang satu juta rupiah. Terdapat sebelas unit mobil yang tidak dapat lewat karena rusaknya jalan. Sehingga terkumpul sebelas juta rupiah. Tidak ada uang pemerintah atau pemungutan uang dari masyarakat banyak. Seandainya ada mereka menyumbang dengan ikhlas.

Pada hari Minggu, 14 Juni 2020. Alhamdulilah akhirnya jalan sudah bisa dilewati oleh semua orang hanya dengan dana sebelas juta rupiah dari swadaya pemilik mobil. Sebuah tindakan yang luar biasa untuk mereka. Walau hidup di alam merdeka dan memiliki pemerintahan sendiri. Coba bayangkan kalau harus tetap menunggu  bantuan dari pemerintah yang semua sistem sedang terkendala oleh pandemi corona.

Harus berapa banyak lagi masyarakat yang dirugikan. Dimana hasil sayur-mayur yang diangkut dari desa ini mencapai empat ton perhari. Jumlah yang tidak sedikit untuk suplai kebutuhan sayuran daerah lain. Selama dua bulan satu minggu lamanya. Para petani, pedagang, dan masyarakat umum lainnya merasakan ketidaknyamanan dan kesulitan.

Semoga ini bisa menjadi referensi kedepannya untuk membuat tindakan perubahan yang lainnya. Sebab perubahan membuthkan tindakan berani.
Merekalah yang berhasil mencetak sejarah baru yang banyak orang tidak mengerti cara menghargainya. Sukses terus untuk kalian semua. Karena hari ini kalian telah memberikan warna baru untuk kesuksesan dan kemandirian. Sebab kesuksesan sebenarnya dimana orang lain ikut sukses didalamnya atau dapat menikmati kesuksesan itu. Kalau hanya untuk diri sendiri itu bukan kesuksesan tapi hanyalah pendapatan kecil saja.

Note: terhitung kemarin sudah ada bahan bangunan (batu, besi) dari pemerintah kabupaten. Itu artinya  pembangunan sudah diambil alih pemerintah, terimakasih. #Sepenggal kisah, inspirasi bersama.

Oleh. Senianah.
Editor. Selita. S.Pd.
Danau Gerak, 16 Juni 2020.

Sy. Apero Fublic.

7/05/2020

Eksplorasi Wisata Bujang Gadis Kisam Raya. Air Terjun Tak Berikan

Apero Fublic.- OKU Selatan. Kisam Raya kembali bergelora dengan semangat membara anak-anak mudanya. Istilah Kisam Raya meliputi Kecamatan Kisam Ilie, Kecamatan Muaradua Kisam, Kisam Tinggi. Kegiatan yang bertema Traveling Bersama Bujang Gadis Kisam. Berkesempatan hadir juga Duta Bujang Gadis OKU Selatan, Kakak Andika Ibrahim dan Kak Nira.

Lokasi eksplorasi wisata, Bendungan Irigasi yang terletak di Campang, Kecamatan Kisam Ilie, Kabupaten OKU Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan traveling yaitu Air Terjun Tak Berikan (irigasi) dan Curup Embun. Setelah itu acara bakar ayam bersama-sama (5/7/2020).

Pesona Air Terjun Tak berikan (Irigasi) adalah terletak pada perbedaan dengan air terjun daerah lain. Dimana air terjunnya bertingkat-tingkat seperti tangga. Tidak langsung terjun dari ketinggian seperti air terjun pada umumnya. Sehingga pengunjung dapat menjelajah dan bermain diantara airnya. Daya tarik kedua terletak pada bebatuan yang besar-besar sekali. Berserakan disekitaran air terjun. Sehingga menjadi spot foto yang sangat keren. Membuat pemandangan yang menakjubkan.

Terimakasih atas kekompakan Tim. Dody Sefria. Hengki. Rili Astuti. Jemmi. Erwin. Matra. Heru. Juanda. Tomi. Dan semuanya yang tentu tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga semangat terus menggelora dan bujang gadis kisam raya terus bersemangat dalam memajukan daerah tercinta.
Foto bersama duta Bujang Gadis OKU Selatan. Kakak Andika Ibrahim dan Kak Nira.
Foto bersama
Foto bersama.
Foto bersama.
Foto bersama para anggota traveling di Air Terjun Tak Berikan. Semoga menjadi kenangan yang berkesan di dalam hidup kita bersama-sama. Maju terus Kisam Raya. Sampai jumpa di agenda berikutnya.

Oleh. Zulkifli Adi Putra. S.Hum.
Editor. Desti. S.Sos.
OKU Selatan. 5 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic.

SITOK: Budaya dan Saksi Sejarah

Apero Fublic.- Muara Enim. Generasi muda sekarang pasti tidak mengenal benda yang bernama sitok. Sitok adalah alat sederhana untuk memasak dan membawa air. Praktis untuk dibawa kemana-mana. Selain utuk memanaskan air sitok juga langsung berfungsi sebagai cerek atau teko. Pokoknya sejenis wadah air minum.

Pada zaman dulu sitok sangat berharga dan bermanfaat bagi masyarakat Melayu. Sitok biasanya di bawak saat berburu kehutan, mencari ikan, bekerja. Apabila lokasi kegiatan sudah jauh dari rumah. Maka penduduk membawa sitok untuk wadah air minum dan untuk memanaskan air apabila perlu atau air minum habis. Dapatlah membuat kopi, teh atau memasak umbi-umbian.

Seperti saat ini, di pondok kecil di kebun kopi di tengah penughunan Betung. Aku diminta untuk memasak air menggunakan sitok. Sepengetahuanku, benda yang namanya sitok sudah langkah sekali. Sebab aku tidak pernah lagi menjumpai di tempat lain.

Saat aku membuat story whatsApp, banyak yang bertanya. Apa nama wadah air yang dipenjerangan. Mereka semua tidak ada yang mengenali nama wadah air tersebut. Suatu hari Aku aku bertanya pada nenek tentang si alat masak air bernama sitok itu.

Dan ternyata, Sitok ini sudah ada jauh sebelum aku ada. juga sebelum kemerdekaan Indonesia. Sekitar tahun 1940-an ujar nenekku. Sitok yang terbuat dari bahan waje (Alimanium Asli) berbahan tebal. Bahan ini tidak lagi di temukan pada bahan pembuatan peralatan dapur zaman kita sekarang.

Ternyata Sitok juga merupakan alat perlengkapan perang zaman dulu. Sitok ini digunakan oleh panglima tentara saat berperang melawan Belanda.

Hingga akhirnya kala itu setelah kemerdekaan Indonesia. Entah tepatnya tahun berapa. Seorang panglima tentara yang bernama Sra'un. Dia memberikan sitok ini kepada keponakan-nya yang bernama Jema'il (almarhum kakek ku). Jadi kami telah  menggunakan sitok ini sudah turun-temurun, hingga sekarang sudah generasi ke tiga.

Dulu Sitok rupa nya tidak hanya sendirian seperti yg ada di foto tapi ada juga temanya yg bernama tasa (sebuah cangkir dengan bentuk yang unik. Juga terbuat dari bahan yg sama). Selain itu, ada ikat rantai untuk wadah pembungkus. Berfungsi untuk di ikatkan ke pinggang.

Tapi seiring waktu dan lain generasi tasa dan rantai sudah hilang entah kemana. Sekarang hanya tinggal Sitok satu-satunya bersama pemilik barunya generasi yg ke tiga dari keluargaku, yaitu Iriansyah. Sekarang aku baru tahu, kalau si sitok yang dihadapanku. Sudah berumur lebih dari seabad. Sitok wadah air yang bersejarah.

Oleh. Senianah.
Editor. Selita. S.Pd.
Muara Enim. 5 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic