Blended Learning Jadi Kunci Transformasi Pendidikan Non formal di Indonesia
![]() |
| Tino Tri Mulia |
APERO FUBLIC I JAKARTA. – Pendidikan Non Formal (PNF) di Indonesia tengah memasuki babak baru dengan hadirnya konsep blended learning. Model pembelajaran yang menggabungkan tatap muka dan daring ini dinilai mampu menjawab tantangan zaman, sekaligus memperluas akses pendidikan bagi masyarakat.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa blended learning bukan sekadar tren, melainkan strategi penting untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan non formal. “Dengan pendekatan ini, peserta didik dapat belajar lebih fleksibel, tanpa harus meninggalkan aktivitas sehari-hari,” ujar salah satu pejabat Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus.
Program PNF yang selama ini identik dengan kursus keterampilan, keaksaraan, dan pelatihan kerja kini mulai bertransformasi. Lembaga kursus di berbagai daerah telah memanfaatkan platform digital untuk memperkaya materi, sementara sesi tatap muka tetap dipertahankan guna menjaga interaksi sosial dan praktik langsung.
Sejumlah pengelola PNF di Banten dan Jawa Tengah mengaku penerapan blended learning memberi dampak positif. Peserta didik yang sebelumnya kesulitan hadir secara rutin kini bisa mengikuti materi melalui aplikasi belajar daring. “Kami melihat semangat belajar meningkat, terutama dari kalangan pekerja muda,” kata salah satu pengelola lembaga kursus komputer di Serang.
Namun, tantangan tetap ada. Keterbatasan jaringan internet di daerah terpencil serta rendahnya literasi digital masih menjadi hambatan. Pemerintah bersama mitra swasta berupaya menyediakan pelatihan bagi tutor dan memperluas akses perangkat teknologi agar blended learning benar-benar inklusif.
Pengamat pendidikan menilai, jika diterapkan secara konsisten, blended learning akan menjadi kunci transformasi PNF di Indonesia. Selain memperluas jangkauan, model ini juga diyakini mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga pendidikan non formal tidak lagi dipandang sebagai pilihan kedua, melainkan sebagai jalur strategis untuk mencetak sumber daya manusia unggul.


Post a Comment