Artikel
Kampus
Mahasiswa
Opini
Pendidikan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bangkitnya Minat Generasi Z terhadap Teknologi Edukasi: Apa yang Membuatnya Viral di Indonesia 2025?
APERO FUBLIC I ARTIKEL.- Bangkitnya Minat Generasi Z terhadap Teknologi Edukasi: Apa yang Membuatnya Viral di Indonesia 2025?.
PENGANTAR
Dalam beberapa tahun terakhir, lanskap pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan ini tidak hanya dipicu oleh kebijakan pemerintah atau institusi pendidikan tetapi juga oleh perilaku dan preferensi generasi muda, khususnya Generasi Z. Generasi yang lahir dan tumbuh di tengah kemajuan teknologi digital ini menunjukkan ketertarikan yang semakin besar terhadap pemanfaatan teknologi dalam proses belajar. Pada tahun 2025, fenomena ini semakin menguat dan bahkan menjadi perbincangan luas di media sosial, menandai bangkitnya teknologi edukasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan akademik dan non-akademik Generasi Z.
Teknologi edukasi atau educational technology tidak lagi dipahami sekadar sebagai alat bantu pembelajaran formal di ruang kelas. Kini, teknologi tersebut hadir dalam berbagai bentuk seperti aplikasi belajar daring, platform video edukatif, kecerdasan buatan untuk pembelajaran personal, hingga konten edukatif yang dikemas secara kreatif di media sosial. Popularitas berbagai platform belajar digital di kalangan Generasi Z menunjukkan adanya perubahan paradigma tentang bagaimana proses belajar seharusnya berlangsung. Belajar tidak lagi harus kaku, formal, dan terikat ruang, melainkan fleksibel, interaktif, dan dekat dengan keseharian mereka.
Fenomena ini menjadi menarik karena Generasi Z dikenal sebagai generasi yang kritis, cepat bosan dan sangat selektif terhadap konten digital yang mereka konsumsi. Justru pada tahun 2025, konten dan teknologi edukasi mampu bersaing dengan hiburan digital lainnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: apa yang sebenarnya membuat teknologi edukasi menjadi begitu diminati dan bahkan viral di kalangan Generasi Z Indonesia? Apakah sekadar mengikuti tren, atau ada kebutuhan dan perubahan sosial yang lebih dalam di baliknya?.
Artikel ini akan membahas fenomena bangkitnya minat Generasi Z terhadap teknologi edukasi di Indonesia pada tahun 2025. Pembahasan akan difokuskan pada faktor pendorong popularitas teknologi edukasi, peran media sosial dalam penyebarannya, serta dampaknya terhadap cara belajar dan pola pikir generasi muda saat ini. Dengan pendekatan artikel populer, tulisan ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang relevan dan mudah dipahami mengenai perubahan dunia pendidikan di era digital.
Generasi Z dan Perubahan Cara Belajar di Era Digital
Generasi Z merupakan generasi yang sejak kecil telah terbiasa dengan internet, gawai, dan media sosial. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang serba cepat, instan, dan visual sehingga cara mereka menyerap informasi sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Dalam konteks pendidikan, Generasi Z cenderung menyukai pembelajaran yang bersifat interaktif, praktis, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Metode belajar konvensional yang terlalu teoritis dan satu arah sering kali dianggap membosankan dan kurang efektif bagi mereka.
Teknologi edukasi hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut. Platform belajar daring menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat, memungkinkan Generasi Z belajar sesuai ritme dan gaya masing-masing. Video pembelajaran berdurasi singkat, kuis interaktif, simulasi digital hingga penggunaan kecerdasan buatan untuk rekomendasi materi membuat proses belajar terasa lebih personal dan menarik. Hal ini sejalan dengan karakter Generasi Z yang menyukai pengalaman belajar yang tidak monoton dan dapat langsung dirasakan manfaatnya.
Selain itu tekanan akademik dan persaingan di dunia kerja juga mendorong Generasi Z untuk mencari alternatif pembelajaran di luar sistem pendidikan formal. Banyak dari mereka menyadari bahwa keterampilan praktis seperti literasi digital, kemampuan berpikir kritis dan penguasaan teknologi menjadi sangat penting di masa depan. Teknologi edukasi memungkinkan mereka mengakses berbagai kursus dan materi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan industri sering kali dengan biaya yang lebih terjangkau atau bahkan gratis.
Perubahan cara belajar ini juga dipengaruhi oleh pengalaman selama pandemi COVID-19 yang mempercepat adopsi pembelajaran daring. Meskipun pandemi telah berlalu, kebiasaan belajar secara digital tetap bertahan dan berkembang. Pada tahun 2025, Generasi Z tidak lagi melihat teknologi edukasi sebagai solusi darurat, melainkan sebagai pilihan utama dalam meningkatkan kapasitas diri. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran budaya belajar yang semakin mandiri dan berbasis teknologi.
Meningkatnya minat Generasi Z terhadap teknologi edukasi tidak terjadi secara tiba-tiba. Fenomena ini merupakan hasil dari kombinasi karakter generasi, kebutuhan akan pembelajaran yang relevan, serta perubahan sosial dan teknologi yang terus berlangsung. Teknologi edukasi menjadi medium yang selaras dengan cara berpikir dan gaya hidup Generasi Z di era digital.
Peran Media Sosial dan Viralitas Teknologi Edukasi
Salah satu faktor utama yang membuat teknologi edukasi semakin populer di kalangan Generasi Z adalah peran media sosial. Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai sumber informasi dan pembelajaran. Pada tahun 2025, konten edukatif yang dikemas secara kreatif mampu menarik perhatian jutaan pengguna dan menjadi viral dalam waktu singkat.
Media sosial memungkinkan penyampaian materi edukasi dengan cara yang lebih ringan dan mudah dicerna. Banyak kreator konten yang memanfaatkan format video singkat, ilustrasi visual, dan bahasa yang santai untuk menjelaskan konsep-konsep yang sebelumnya dianggap sulit atau membosankan. Pendekatan ini membuat teknologi edukasi terasa lebih dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari Generasi Z. Mereka tidak lagi merasa sedang “belajar” dalam arti formal, melainkan sedang menikmati konten yang informatif dan menghibur.
Viralitas konten edukasi juga didorong oleh algoritma media sosial yang memprioritaskan konten dengan tingkat interaksi tinggi. Ketika sebuah video atau postingan edukatif mendapatkan banyak suka, komentar, dan dibagikan ulang, jangkauannya akan semakin luas. Hal ini menciptakan efek domino di mana semakin banyak Generasi Z terpapar konten edukasi dan terdorong untuk mencoba platform atau aplikasi belajar yang direkomendasikan.
Selain itu media sosial memberikan ruang bagi Generasi Z untuk saling berbagi pengalaman belajar. Testimoni tentang keberhasilan mengikuti kursus daring, tips belajar efektif, atau rekomendasi aplikasi edukasi sering kali menjadi inspirasi bagi pengguna lainnya. Fenomena ini memperkuat persepsi bahwa teknologi edukasi bukan sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari gaya hidup produktif dan progresif.
Viralitas teknologi edukasi juga menghadirkan tantangan tersendiri. Tidak semua konten edukatif memiliki kualitas yang baik atau akurat. Generasi Z perlu memiliki kemampuan literasi digital yang memadai untuk memilah informasi yang benar dan bermanfaat. Peran media sosial dalam mempopulerkan teknologi edukasi telah membuka peluang besar bagi transformasi pendidikan di Indonesia, khususnya dalam menjangkau generasi muda secara lebih efektif.
Dampak Teknologi Edukasi terhadap Pola Pikir dan Masa Depan Pendidikan
Meningkatnya minat Generasi Z terhadap teknologi edukasi membawa dampak yang signifikan terhadap pola pikir dan sikap mereka terhadap proses belajar. Salah satu dampak positif yang paling terlihat adalah tumbuhnya kesadaran akan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat. Generasi Z tidak lagi memandang pendidikan sebagai sesuatu yang terbatas pada bangku sekolah atau perguruan tinggi, melainkan sebagai proses berkelanjutan yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Teknologi edukasi juga mendorong Generasi Z untuk menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan proaktif. Mereka terbiasa mencari informasi sendiri, mengeksplorasi berbagai sumber belajar, dan mengembangkan keterampilan sesuai minat dan tujuan pribadi. Sikap ini sangat relevan dengan tuntutan dunia kerja di masa depan yang menuntut fleksibilitas, adaptabilitas, dan kemampuan belajar mandiri.
Adopsi teknologi edukasi juga menantang peran institusi pendidikan formal. Sekolah dan perguruan tinggi dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan ekspektasi generasi muda. Metode pembelajaran yang terlalu konvensional berisiko ditinggalkan jika tidak mampu bersaing dengan pengalaman belajar yang ditawarkan oleh platform digital. Oleh karena itu, integrasi teknologi edukasi ke dalam kurikulum formal menjadi langkah penting untuk menjaga relevansi pendidikan.
Dari perspektif sosial, teknologi edukasi berpotensi memperluas akses pendidikan bagi masyarakat yang sebelumnya mengalami keterbatasan. Dengan dukungan infrastruktur digital yang memadai, generasi muda dari berbagai latar belakang dapat mengakses materi pembelajaran berkualitas tanpa harus berpindah tempat. Kesenjangan digital tetap menjadi isu yang perlu diperhatikan agar manfaat teknologi edukasi dapat dirasakan secara merata.
Bangkitnya minat Generasi Z terhadap teknologi edukasi pada tahun 2025 menunjukkan adanya transformasi mendalam dalam dunia pendidikan. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan teknologi, tetapi juga perubahan nilai dan cara pandang generasi muda terhadap belajar dan pengembangan diri. Jika dikelola dengan baik, teknologi edukasi dapat menjadi katalis bagi peningkatan kualitas pendidikan dan kesiapan generasi muda menghadapi tantangan masa depan.
Simpulan
Bangkitnya minat Generasi Z terhadap teknologi edukasi di Indonesia pada tahun 2025 merupakan fenomena yang kompleks dan multidimensional. Perubahan cara belajar, peran media sosial, serta kebutuhan akan keterampilan yang relevan dengan dunia modern menjadi faktor utama yang mendorong popularitas teknologi edukasi. Generasi Z menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga aktor aktif dalam membentuk ekosistem pembelajaran digital.
Teknologi edukasi telah mengubah cara Generasi Z memandang pendidikan, dari yang sebelumnya bersifat formal dan terbatas menjadi lebih fleksibel, mandiri, dan berorientasi pada pengembangan diri. Meskipun masih terdapat tantangan seperti kualitas konten dan kesenjangan digital, potensi teknologi edukasi dalam mendukung transformasi pendidikan sangatlah besar.
Ke depan, kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, pengembang teknologi, dan masyarakat menjadi kunci untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi edukasi dapat memberikan manfaat yang optimal. Dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, teknologi edukasi tidak hanya akan menjadi tren viral, tetapi juga fondasi penting bagi masa depan pendidikan Indonesia.
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic
Via
Artikel

Post a Comment