Cerita Kita
Kampus
Mahasiswa
Opini
Pendidikan
Kisahku Seorang Anak yang Pernah Autis Melanjutkan Pendidikan di Perguruan Tinggi
APERO FUBLIC I CERITA KITA.- Perkenalkan, namaku Yuda Satrio. Umurku 24 tahun. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Inilah kisahku, kisah dari seorang anak tentara yang kuliah di salah satu universitas terkemuka di Palembang. Aku hanyalah anak orang biasa yang sama dengan anak-anak lainnya. Tidak ada yang istimewa bagiku. Namun ada hikmah di balik kisah itu.
Aku tumbuh di keluarga yang sederhana. Sedikit bercerita tentang diriku dan hidupku sebagai mahasiswa, dan perpustakaan. Ayahku bekerja sebagai tentara angkatan darat (TNI-AD). Pendapatan Ayah masih mencukupi kebutuhan ekonomi sehari-hari keluarga kami. Sehingga kondisi perekonomian keluarga masih baik.
Namun, aku memiliki kekurangan dalam diriku. Aku divonis autis saat aku masih kecil. Tetapi orang tuaku selalu membawaku untuk terapi dan bersekolah di gedung Yayasan Bina Autis Mandiri pada tahun 2007 hingga 2008. Kemudian aku bersekolah di SD Negeri 143 Palembang (kini SD Negeri 123 Palembang) selama 1 semester pada 2008. Namun dengan kekuranganku tidak menerimaku. Setelah itu, aku diberhentikan di sekolah tersebut dan kembali di gedung yang sama dengan SD Harapan Mandiri pada tahun 2009 hingga 2014. Alhamdulillah, akhirnya aku diterima dan dapat bersekolah di SMP Negeri 3 Palembang di tahun 2014-2017.
Setelah itu, aku melanjutkan sekolah di Sekolah. Meskipun ayah bekerja sebagai tentara, ayah tidak pernah mengingkari janji dan tetap berusaha memberikan yang terbaik pada keluarga kami, terutama padaku. Agar dapat menyekolahkanku hingga perguruan tinggi dan apa yang aku inginkan dan aku perlukan dapat terlaksana dengan baik. Dan memiliki waktu kebersamaan bagi keluarga kami agar menjadi keluarga yang harmonis dan dicintai Allah SWT.
Beberapa waktu setelahnya, aku memiliki harapan yang aku impikan untuk berkuliah dengan dua pilihan, antara Universitas Sriwijaya dan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang saat setelah lulus SMA. Namun akhirnya Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang sebagai tempat kuliah yang aku tuju meski tertunda setahun di masa pandemi pada tahun 2021. Dan harapan dan impianku akhirnya tercapai. Aku mengambil jurusan program studi Ilmu Perpustakaan di Fakultas Adab dan Humaniora.
Bukan hanya aku saja yang kuimpikan, namun ayah dan ibuku juga menyertaiku untuk mendoakan dan menginginkanku agar kelak aku bisa masuk perguruan tinggi UIN Raden Fatah Palembang dan menjadi sarjana juga mendapatkan pekerjaan yang layak, serta nilai-nilai yang memuaskan.
Sejak saat itu, aku menjadi anak tentara, meskipun di saat waktu senggang atau akhir pekan ayahku bekerja di kebun untuk bertahan hidup. Hal itu dapat membuktikan kalau keluargaku tidak gengsi soal pekerjaan orang tuanya.
Waktu terus berputar, namun aku berjanji bahwa aku akan memanfaatkan waktu kuliah ini dengan sebaik-baiknya dan tidak akan mengecewakan orang tua atas pencapaian terbaik bagiku untuk ke depannya. Dan aku akan mendapatkan pengalaman yang berkesan bagiku. Dengan penuh harapan, aku akan menjadi orang yang jujur, berbakti kepada orang tua, selalu bersemangat, membahagiakan kedua orang tuaku, dan berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, dan dunia.
Aku mengakui bahwa masuk perguruan tinggi adalah menjadi impian setiap orang, tetapi hal itu tidak mudah dilaluinya. Namun aku juga bertekad untuk mencapai cita-cita setinggi langit, yaitu cita-cita sebagai pustakawan atau orang yang bekerja di perpustakaan, meskipun cita-citaku selalu berubah sejak TK hingga SMA. Namun, saya pernah mengunjungi perpustakaan Sekolah Menengah Atas Negeri 21 Palembang untuk melihat keadaan fasilitas perpustakaan sekolah yang hanya terpaku pada koleksi buku. Dan berbeda dengan perpustakaan-perpustakaan lainnya yang sudah dilengkapi dengan fasilitas komputer, internet, dan ditambah dengan ruang multimedia dan audiovisual yang membuat perpustakaan menjadi beragam. Hingga pada akhirnya aku telah memilih jurusan program studi ilmu perpustakaan di universitas UIN Raden Fatah Palembang.
Aku juga mengakui bahwa profesi perpustakaan di perpustakaan saat ini semakin beragam. Bukan hanya menjaga, menyimpan dan menyusun buku di rak buku semata, namun juga bertanggung jawab dalam mengelola dan merawat koleksi bahan pustaka, melakukan katalogisasi dan klasifikasi terhadap koleksi perpustakaan yang tersedia, memberikan layanan referensi kepada pemustaka, melakukan penyusunan rencana pengembangan koleksi perpustakaan, mampu membuat program-program yang menciptakan suasana (vibes) perpustakaan menjadi lebih hidup dan berwarna, dan menjalin hubungan kerjasama antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lain.
Selain itu juga, pustakawan di era digital dan teknologi AI (artificial intelligent) juga berperan sebagai fasilitator literasi informasi, menjadi agen perubahan (agent of change) terhadap kondisi lingkungan perpustakaan, mendidik dan mengajarkan pemustaka akan literasi digital, pendukung pendidikan dalam mencari, menelusuri, dan mengevaluasi informasi agar informasi dapat dipercaya. Oleh karena itu, pustakawan juga perlu mendapat kesejahteraan yang layak secara finansial (termasuk gaji) dan non-finansial (termasuk penghargaan) agar menjadi pustakawan yang profesional, dapat diandalkan pemustaka, dan selalu bersikap ramah pada semua orang.
Dalam tulisan kecil, aku mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang menakdirkan aku untuk berkuliah di jurusan ilmu perpustakaan ini dan membanggakan kepada ayah dan ibuku yang memenuhi permintaanku untuk kuliah. Dimana biaya hidup keluarga dan semua biaya kuliah dapat terpenuhi.
Tidak ada masa sulit bagiku sebagai anak tentara, namun ayah dan ibuku memintaku untuk menunaikan janji, mengejar mimpi dan aku harus menjadi lebih baik dari mereka.
Sehingga aku tidak akan mengecewakan perjuangan kedua orang tua dan menyusahkan kedua orang tua. Doa dan pinta orang tuaku selalu dipanjatkan kepada untuk mengharap ridho Allah SWT dalam perjuangan ku untuk menyelesaikan skripsi agar skripsi ini cepat selesai. Lalu aku juga akan mendapat pekerjaan yang layak. Di samping itu juga, orang tuaku juga mendukung hasil kerja dan prestasiku selama di perkuliahan ini.
Ayah, Ibu, aku sangat menyayangi kalian.
Oleh. Yuda Satrio
Mahasiswa Universitas islam Negeri, Raden Fatah Palembang, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic
Via
Cerita Kita


Post a Comment