7/19/2021

Legenda Minanga: Kabar Sejarah Tentang Kota Sriwijaya Pertama.

APERO FUBLIC.- Pada prasasti Kedukan Bukit menerangkan Dapunta Hyang Jaya Naga berangkat dari suatu wilayah bernama Minanga dan tiba di Bukit Seguntan (Palembang) dengan membawa 20.000 orang prajurit dan 200 peti.  Yang bejalan kaki sebanyak 1312 orang.

Tempat bernama Minanga tersebut terletak di muara Sungai Komering Purba. Dimana keadaan geografis alam wilayah pesisir Sumatera Selatan dan Jambi sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang. Terjadinya pengikisan tanah dari hulu dan daratan saat hujan dan banjir atau terbawa arus sungai selama ribuan tahun telah membentuk suatu kawasan dataran renda baru dan hutan rawa-rawa dan lahan gambut yang luas. Sehingga letak Minanga menjadi jauh dari pantai Sumatera Selatan.

Hal demikian dapat dibuktikan dengan keadaan geografis setempat yang dataran rendah dan banyak ditemukannya lokasi terdapat peninggalan bersejarah. Minanga masih ada sampai sekarang, namun dalam penulisan administrasi daerah di tulis menanga. Tapi masyarakat tetap menyebutnya dengan Minanga.

Legenda berikut akan memberikan kabar tentang hilangnya bekas kota Sriwijaya pertama dimana Dapunta Hyang tinggal sebelum membangun ibu kota Sriwijaya di Palembang. Legenda yang berkaitan dengan sejarah pada masa lalu menyimpan kabar yang tersembunyi. Tentu bukan tentang kisah yang tidak logis yang di ambil. Tapi adanya kabar yang tersirat dari kisah legenda tersebut yang dapat diolah menjadi keterangan sejarah.

*****

Pada masa lalu, Kota Minanga adalah kota yang besar di zamannya. Kota dilindungi dengan benteng yang kokoh dan kuat. Suatu masa, Datu Minanga pergi berperang untuk meluaskan wilayah negaranya. Maka berangkatlah Datu bersama para panglima, hulubalang dan laskarnya. Datu merasa khawatir akan keamanan Minanga. Sebab keluarga dan rakyatnya ditinggal, kemungkinan diserang musuh sangat besar.

Oleh karena itu, dipasanglah alat pengaman untuk melindungi Minanga. Alat tersebut memiliki kekuatan ghaib, berupa minyak yang dimasukkan kedalam botol kecil (buli-buli). Minyak tersebut adalah minyak “panglimunan” yang memiliki kekuatan menghilangkan sesuatu dari pandangan mata manusia. Untuk itulah di gerbang depan kota Minanga di pasang dua botol minyak panglimunan tersebut.

Kerbau adalah peliharaan masyarakat Melayu sejak zaman dahulu. Tidak heran kalau banyak kerbau berkeliaran disekitar pemukiman penduduk. Pada suatu hari, ada dua ekor kerbau berkelahi di depan gerbang kota Minanga. Sulit menghentikan dua hewan besar dan bertanduk panjang itu. Dalam perkelahian dua kerbau itu menabrak pintu gerbang dimana tersimpan minyak buli-buli (panglimunan) tersebut.

Minyak buli-buli atau minyak panglimunan tertumpa dan menimpa kepala dua kerbau itu. Setelah itu, ada seekor kerbau yang kewalahan menghadapi lawannya. Sehingga kerbau lari menyusuri jalan luas yang mengeliling benteng Kota Minanga. Minyak buli-buli yang memiliki kekuatan menghilangkan suatu tempat dari pandangan mata manusia, tercecer sepanjang jalan yang mengelilingi benteng Minanga.

Setelah itu, Kota Minanga hilang dan lenyap secara misterius. Beberapa waktu kemudian Datu Minanga pulang, dan tidak menemukan lagi Kota Minanga. Datu merasa bersalah dan malu pada pasukannya. Datu merasa semuanya sia-sia, dan dia memutuskan untuk pergi menjadi pertapa. Maka dia naik ke Gunung Seminung dan membubarkan pasukannya.

Pasukan Datu Minanga kemudian memutuskan untuk mencari jalan sendiri-sendiri. Ada kelompok yang memutuskan membuat Minanga baru. Ada juga kelompok yang pergi ke Pulau Jawa. Mulai saat itu juga, tempat dimana Minanga hilang dinamakan mereka dengan sigonong-gonong.

Sigonong-gonong merupakan tempat yang angker atau tempat yang mengandung mistis. Tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang. Barang siapa masuk ke tempat Sigonong-gonong (Minanga) tanpa seizin arwah orang-orang yang hilang dahulu. Orang tersebut akan hilang juga sebagaimana Kota Minanga dahulunya.

******

Kisah legenda Sigonong-Gonong hanya sebatas mitos yang tersebar di masyarakat secara turun temurun. Masyarakat zaman dahulu selalu mengembalikan sesuatu yang terjadi dan belum dapat dicerna dengan akal mereka dihubungkan dengan hal mistis dan ghaib.

Namun dalam rekonstruksi sejarah dalam meneliti dan mencari Minanga Purba dapat dikembalikan pada ilmu arkeologis, geografis, paleografi dan ekologis. Mungkin hilangnya kota Minanga sebab bencana alam, misalnya tanah longsor (banjir bandang) atau letusan Gunung Seminung. Minanga sekarang masuk dalam administrasi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Nama Minanga juga ditulis dalam administratif dengan Menanga. Namung masyarakat setempat tetap menyebut daerah mereka dengan Minanga. Tidak tahu mengapa mereka menulis administratif Minanga dengan Menanga.

Mungkinkah memang perubah tidak tahu atau mungkin juga adanya paham sukuisme dan ingin mengaburkan sejarah Kedatuan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Sukuisme suatu paham dimana suatu suku bangsa berusaha untuk mendominasi suku lain di wilayah tertentu serta merasa iri dan sakit hati apa bilah suku lain melebihi sukunya.

Sehingga dia berusaha untuk menenggelamkan sejarah kejayaan suku lain dan berusaha mengalahkan budayanya. Pola pikir kuno ini tidak pantas hidup dizaman sekarang. Sebab sama saja dengan paham fasis. Padahal istilah suku adalah nama tempat (nama daerah) tradisional dimana kelompok masyarakat tinggal pada zaman dahulu. Kalau kita cermati penghuni asli Nusantara satu bangsa.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 19 Juli 2021.
Sumber: Arian Ismail. Periodisasi Sejarah Sriwijaya: Bermula di Minanga Komering Ulu Sumatera Selatan, Berjaya di Palembang, Berakhir di Jambi. Palembang: Unanti Press, 2002. Sumber peta: Peta Pantai Timur Provinsi Sumatera Selatan Purba. Hasil penelitian Dinas Purbakala 1954 dan Lampiran Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional I-1958. Di gambar ulang oleh Akmaluddin, SE. (H. 80).

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment