PT. MEDIA APERO FUBLIC

Perusahaan Pers dan Publikasi (Industri Kesastraan)

Apero Mart

Apero Mart adalah tokoh online dan ofline yang menyediakan semua kebutuhan. Dari produk kesehatan, produk kosmetik, fashion, sembako, elektronik, perhiasan, buku-buku, dan sebagainya.

Apero Book

Apero Book adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi semua jenis buku. Buku fiksi, non fiksi, buku tulis. Selain itu juga menyediakan jasa konsultasi dalam pembelian buku yang terkait dengan penelitian ilmiah.

Apero Popularity

Apero Popularity adalah layanan jasa untuk mempolerkan usaha, bisnis, dan figur. Membantu karir jalan karir anda menuju kepopuleran nomor satu.

Apero Fublic Publisher

Penerbit Buku PT. MEDIA APERO fUBLIC

Buletin Apero Fublic

Tusisan yang bersifat ide-ide orisinal dari diri sendiri. Mulai dari kebudayaan, politik, kritik sosial, kesastraan, kemanusiaan, pendidikan dan lainnya.

Jurnal Sastra Apero Fublic

Temukan tentang kesastraan dari sastra klasik, lama, dan moderen. Lokal, Nasioan dan internasional. www.jurnalaperofublic.com

Apero Gift

Apero Gift adalah perusahaan yang menyediakan semua jenis hadia atau sovenir. Seperti hadia pernikahan, hadia ulang tahun, hadiah persahabatan, menyediakan sovenir wisata dan sebagainya. Melayani secara online dan ofline.

7/18/2020

Sampah Menumpuk: Warga Perumahan Handayani Buat Gebrakan Luar Biasa

Apero Fublic.- Banyuasin. Gotong Royong adalah budaya bangsa Indonesia yang sudah ada sejah zaman dahulu. Dimana budaya ini telah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Kehidupan bergotong royong telah dilakukan sejak bangsa Indonesia belum berperadaban. Gotong royong menjadi ciri khas sosial masyarakat bangsa Indonesia.

Namun seiring waktu, semangat gotong royong terus mengendur dan mulai hilang. Dahulu semua kegiatan sosial masyarakat diselesaikan dengan gotong royong. Masalah keamanan, masalah ekonomi, masalah hukum, masalah negara, semuanya diselesaikan dengan gotong royong. Zaman moderen sekarang (2020) semangat gotong royong semakin tipis.

Berbicara tentang gotong royong, minggu 19 Juli 2020 dari pukul 07:00 WIB. Masyarakat di Perumahan Handayani Indah dan Perumahan Handayani Lama RT. 73 dan RW. 15, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Melaksanakan kegiatan gotong royong dengan ihklas. Mereka membersihkan pinggiran jalan Pangkalan Benteng dari sampah-sampah. Memang banyak masyarakat yang membuang sampa sembarangan. Serta berbagai sampah-sampah alami lainnya. 

Semangat warga setempat patut ditiru dalam menjaga kebersihan bersama. Warga masyarakat yang berhati mulia dan baik adalah aset bangsa yang tiada nilainya. Semoga menjadi inspirasi bagi masyarakat daerah lain.

Memang apabila sesuatu dikerjakan secara gotong royong akan terasa mudah dan membahagiakan. Semoga semua jerih payah masyarakat dicatat oleh Allah dengan pahala ibadah dan kegiatan tersebut dilakukan warga secara berkelanjutan.

Oleh: Totong Mahipal.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Banyuasin, 19 Juli 2020.


Sy. Apero Fublic.

7/16/2020

Sastra Klasik Melayu Nusatara. Hikayat Raja Indra Dewa.

Apero Fublic.- Hikayat Indra Dewa adalah sastra klasik bangsa Indonesia yang bercerita tentang anak raja bernama Raja Indra Dewa. Naskah klasik ini ditulis dengan aksara Arab Melayu atau aksara jawi. Naskah terdiri dari 260 halaman, koleksi Musem Pusat Jakarta. Berikut cuplikan dari Naskah Hikayat Indra Dewa.

Wa bihi nasta ‘inu bi i-Lahi (a’ala).
1. Inilah hikayat ada seorang raja bernama Sultan Ahmad Bersyah Jaya. Adapun nama negerinya Rakab Syahrum terlalu besar kerajaannya. Maka negeri Rakab Syahrum itu antara Arab dan Ajam.

“Sebermulah Sultan Ahmad Bersyah Jaya itu ada berputra seorang anak laki-laki bernama Raja Indra Dewa, terlalu elok parasnya dengan bijaksana daripada segalah pengajian dan permainan surat-menyurat dan tulis menulis. Maka ayahanda bundanya terlalu kasih sayang hati ayahanda bundanya melihatkan anaknya seorang itu serba bagai permainannya. Lama kelamaan anakda Raja Indra Dewa pun besarlah. Maka ayahanda dan bunda pun teringat di dalam hati hendak memberi anakda beristri. Maka pada suatu hari bunda bertanya kepada anakanda. “Haii....

447. Besaran Allah// subhanahu wa Ta’ala itu. “Maka tuan putri kedua pun dan permaisuri pun mandilah bertiba berputra kedalam kolam itu. setelah sudah mandi lalulah kembali ke balai itu. mana baginda dan segala anak-anak itu pun datang mandi kepada kolam itu. Maka sekalian pun heranlah melihatkan perbuatan kolam itu terlalulah indah-indah. Maka sekaliannya pun mandilah. Setelah sudah mandi /mandi/ bagindapun kembalilah ke balai, duduklah diadap oleh segalah anak raja-raja dan mentri dan hulubalang sekaliannya segalah rakyat duduk di tanah. Seketika lagi hari pun malamlah, maka dipasang/lah/ oranglah dian, tanglung, pelita dan kendil itulah. Habislah Hikayat Raja Indra Dewa.[1]

Hikayat Raja Indra Dewa adalah karya sastra zaman peralihan dari kebudayaan Hindu-Budha ke zaman Islam. Perpaduan cerita ini sangat kental dengan nuansa keislaman dan budaya kehinduan. Sebagaimana nama Indra Dewa adalah nama dewa di dalam agama Hindu. Sedangkan sultan adalah gelar dari raja negari Islam.

Perpaduan sastra ini untuk berdakwa dan memberikan kesan kebersamaan dan persamaan dalam beragama. Sehingga masyarakat yang beragama hindu atau budah tidak merasa kaget dengan suatu perubahan radikal. Sastra digunakan untuk berdakwah dan menguatkan keislaman penduduk Nusantara  yang baru memeluk Islam. Cerita Hikayat Raja Indra Dewa yang merujuk pada kesastraan hindu diantara memiliki ciri-ciri umum.

1.Tuhan yang dijunjung tinggi mula-mula adalah Dewata Mulia Raya. Kemudian menjadi Raja Syah Alam atau Allah Subhanahu wa Taala.
2.Cerita berasal dari India atau Asia Tengah. Mengingat kata Syah adalah penyebutan raja dari Asia Tengah. Kemungkinan cerita ini semasa India dalam kekuasaan Bangsa Mongol Islam.
3.Tema wanita yang diculik, baik itu oleh raksasa, jin, atau raja jahat.
4.Kesaktian-kesaktian yang sangat luar biasa.
5.Memiliki senjata sakti seperti pedang, jimat, mantra yang hebat, dan kekuatan super.
6.Dapat berganti rupa sesuka hati peran utama, dapat menjadi manusia lain, menjadi hewan. Atau jin yang menyerupa manusia dan lainnya.
7.Adanya sayembara-sayembara oleh raja atau oleh orang tertentu.
8.Peran utama dapat mengalahkan musuh-musuh yang super hebat dengan kekuatan sakti miliknya atau dengan akal yang sangat cerdik. Berperang dan menghancurkan negeri musuh sehancur-hancurnya.

Buku penelitian Naskah Hikayat Indra Dewa di terbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sampul buku warna coklat yang terdiri dari 195 halam dan lampiran sebelem halaman. Buku cukup lengkap, ada intisari cerita, ringkasan cerita, dan transliterasi naskah. Kalau kamu tertarik dengan buku naskah dapat mencari buku sesuai identitas pada sumber.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 17 Juli 2020.
Sumber: Haniah. Hikayat Indra Dewa dalam Sastra Indonesia Lama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.


[1]Haniah. Hikayat Indra Dewa dalam Sastra Indonesia Lama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984. H. 26 dan 191.


Sy. Apero Fublic.

7/15/2020

Sastra Klasik: Hikayat Umar Maya (Versi Naskah Sunda).

Apero Fublic.- Hikayat Umar Maya adalah sastra klasik yang bercerita tentang orang sakti bernama Umar Maya dan Adiknya Sultan Amir Hamzah. Hikayat ini berkaitan erat dengan sastra klasik Islam dan bergerak dalam bidang penyebaran Islam. Pada awalnya sastra klasik ini ditulis dengan hurup Arab Melayu atau Jawi.

Karena Bahasa Melayu (Indonesia) adalah bahasa lingapranca yang dimengerti masyarakat Nusantara secara luas. Kemudian naskah cerita Hikayat Umar Maya banyak diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa daerah lain. Seperti bahasa Melayu Sundah dan Bahasa Melayu Jawa. Hikayat Umar Maya ditulis pertama diperkirakan sebelum abad 14 atau di abad 14 Masehi.

Dalam pembahasan ini, Hikayat Umar Maya terdiri dari 17 pupuh dan dirangkai menjadi 255 bait. Tertulis dalam aksara Latin berbahasa Sunda. Untuk naska aslinya tertulis dalam Bahasa Jawa dengan aksara Arab.

Hikayat ini pada zamannya sering ditembangkan oleh masyarakat. Naska Hikayat terdiri dari bait-bait. Setiap bait terdiri dari dua, empat baris sampai sembilan baris. Setiap pupuh konsisten dengan baris bait. Seandainya bait pertama berjumlah sembilan bait, maka sampai bait terakhir berjumlah sembilan baris.

Hikayat Umar Maya ditulis dengan pupuh atau istilah judul bab. Pupuh menjadi bagian-bagian dari jalan cerita. Diantara pupuh; Pupuh Dandang Dula, Pupuh Pucung, Pupuh Pungkar, Pupuh Mijil, Pupuh Asmaradana, Pupuh Kinanti, Pupuh Kumambang, Pupuh Dandangdula, Pupuh Warungrung, Pupuh Magatru, Pupuh Asmaradana, Pupuh Gambuh, Pupuh Sinom, Pupuh Dandangdula, Pupuh Pangkur, Pupuh Kinanti, Pupuh Darman, Pupuh Asmaradana, Pupuh Pucung, Pupuh Balabak, Pupuh Ladrang, Pupuh Sinom, Pupuh Pangkur. Berikut ini cuplikan dari Pupuh Ladrang, pupuh ke 24. Pada Pupuh ini terdiri dari sepuluh bait. Dengan empat baris lirik disetiap bait.

24. Pupuh Ladrang (Bahasa Sunda)

Kangjeng Sultan bungahna kaliwat saking.
Nyaur Maktal patih-patih.
Maktal eunggeus ideu heusan.
Geus sadia nu bade peurang cakeup sadaya.

Cendak nyembah patih Maktal lahir.
Adu gusti-gusti.
Sumuhun geus sadia.
Abdi-abdi gamparan cakeup sadaya.

Kanjeng Sultan ngalahir kapara bapati.
Teu mentri-mentri.
Dimana eunggeus perang.
Parajurit ulah dipayukeun peurang.

Moal tahan parajurit puseur bumi.
Wantuning sakti-sakti.
Eunggeus pogot kana perang.
Pada masang eta pupuh dinah medan.

Kitu paham parajurit puseur bumi.
Pada beram mati-mati.
Ari munggu awak kula.
Wantu eta baladurang tacan ihlas.

Najang pogot kabehge moal mahi.
Anu leutik-leutik.
Ari munggu para raja.
Kudu misti sabab awak kua pisan.

Eta mah geura tulis patih.
Tajul amir-amir.
Dina suratna.
Ayah pusing tididu ngarah gancang.

Leuwih pinter anu jadi Maktal patih.
Nulis surat tapis-tapis.
Keretasna gading tea.
Seug nimbalan anu barani ka arab.

Katingalna ngan eta bae sahiji.
Marsahad Marsahid Marsahid.
Enggal saur putrana.
Eunggeus sumping kangjeng Sultan nimbalan.

Teu bawa surat Umarsahid.
Kabagenta Hamzah.
Tapi sing ginding-ginding.
Langkah horang jaya horang.
Eunggeus cara urang arab keur nonoman.[1]

24. Pupuh Ladrang (Bahasa Indonesia).

Kanjeng Sultan merasa sangat gembira.
Memanggil Maktal Patih, Patih.
Maktal sudah menghadap.
Sudah siap yang akan berperang tanding.

Pati Maktal menyembah sambil berkata.
Wahai Gusti.
Yang semua sudah siap.
Abdi-abdi kita sudah tegap semuanya.

Kanjeng Sultan berkata kepada para bupati.
Wahai mentri-mentri.
Apabila sudah berperang.
Para prajurit jangan diajukan perang.

Tidak akan tahan (melawan) prajurit puser Bumi.
Karena semuanya sakti.
Sudah pengalaman dalam perang.
Suruh saja memasang pupuh (perangkap) di medan perang.

Begitu paham prajurit Puser Bumi.
Semuanya berani mati.
Adapun diri saya.
Karena sekutu kita belum ikhlas.

Walaupun bersungguh-sungguh tidak akan cukup.
Yang kecil-kecil.
Adapun para raja.
Tidak boleh tidak sebab diri saya pribadi.

Segerahlah tulis patih.
Tuyul Amir-amir.
Didalam suratnya.
Biar marah disana supaya cepat.

Lebih pintar patih Maktal.
Menulis surat dengan cekatan.
Kertasnya ke kuning-kuningan.
Lalu menyuruh yang berani ke Arab.

Tampaknya hanya ada satu.
Marsahad (dan) Marsahid.
Cepat panggil putranya.
Setelah datang kanjeng Sultan memerintahkan.

Bawalah ini surat Marsahad Marsahid.
Kepada Baginda Hamzah.
Tapi harus berpakaian rapi.
Langkah karang Jaya karang.
Sudah seperti orang Arab waktu masih muda.[2]

Sastra Hikayat Umar Maya diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1990. Hikayat ini bercerita tentang politik dan konflik pemerintahan antara Umar Maya sebagai tokoh pertama dan Sultan Amir Hamzah. Kedua tokoh ini akhirnya berperang karena permasalahan yang lalu. Namun kemudian perang berakhir setelah saling mengetahui kalau sebenarnya mereka bersaudara kandung.

Hikayat Umar Maya bentuk sastra Melayu Nusantara yang populer pada zamannya. Tentu saja dalam jalan cerita erat dengan kesaktian, keajaiban dan kemenangan. Hikayat Umar Maya sangat erat dengan keislaman atau bentuk sastra Islam klasik. Bagi kamu yang tertarik ingin lebih tahu tentang Hikayat Umar Maya dapat membaca buku Hikayat Umar Maya.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Sumber: S. Budhisantoso, Dkk. Hikayat Umar Maya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.



[1]S. Budhisantoso, Dkk. Hikayat Umar Maya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, 198-199. h, 104-105.
[2]S. Budhisantoso, Dkk. Hikayat Umar Maya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, 198-199. h, 198-199.


Sy. Apero Fublic.

Jalan Lintas Sekayu-PALI: Setengah Putus dan Mulai Bermain Dengan Kendaraan Melintas.

Apero Fublic.- Sungai Keruh. Hubungan lalu lintas antar Kabupaten Musi Banyuasin dengan Kabupaten PALI sampai ke Muara Enim melalui jalan lintas yang melewati dua kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin. Yaitu, sebagian dari Kecamatan Sekayu dan Kecamatan Sungai Keruh. Jalan lintas kabupaten tersebut di bangun sekitar tahun 1993 yang lalu, semasa Orde Baru.

Sepanjang waktu setelah dibangun, jalan lintas kabupaten tidak pernah dibangun secara menyeluruh lagi. Tidak ada penebalan aspal, tidak ada pelebaran jalan. Jalan kecil hanya seukuran enam meter saja. Sering kali jalan-jalan litas rusak parah berbulan-bulan lamanya. Ada dibagian titik-titik tertentu rusak dan rusak. Menyebabkan macet, putus dan menjadi tempat perampokan.

Sepanjang waktu seingat saya sebagai warga asli Kecamatan Sungai Keruh. Jalan lintas hanya di tambal sulam dan tambal sulan saja. Yang paling memprihatinkan saat melakukan tambal sulan dengan cor semen. Bagian ujung di jalan setebal satu siku orang dewasa. Bentuk pekerjaan yang tidak profesional sekali. Sehingga jalur sepanjang Kecamatan Sungai Keruh sampai ke Kota Sekayu selalu bermasalah.

Saat-saat pembenaran jalan hanya di timbun dan diaspal atau cor beton. Tanpa mengindahkan resiko air tergenang, resiko beban berat. Parit jalan yang buntu dan membuat air tergenang. Kemudian terjadilah jalan rusak dan setengah putus.

Pada tanggal 14 Juli 2020 kembali ada bagian jalan yang setengah putus. Lokasi terletak di Dusun VI, Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Jalan berlobang melintang memutus jalan. Sehingga menyebabkan sebuah mobil yang melintas terbalik.

Saat mengkonformasi seorang warga. Beruntung sopir selamat dan tidak ada korban dari pihak warga sekitar. Putusnya jalan seperti ini di sepanjang jalan lintas antara Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten PALI bukan kali ini saja. Hal demikian adalah hal biasa di setiap tahun dan musim curah hujan tinggi.

Namun sesungguhnya hal demikian tidak perlu terjadi. Apabila pihak pemerintah memiliki kepedulian yang cukup pada daerah. Pihak terkait setidaknya memiliki rencana berkelanjutan dalam membangun jalan. Agar tidak mubazir anggaran hanya mengurusi jalan. Zaman sulit bertambah sulit (corona). Kehidupan semakin lama semakin sulit. Apero Fublic.

Sy. Apero Fublic

7/14/2020

Sastra Klasik: Serat Wredha Mudha

Apero Fublic.- Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan masyarakatnya di setiap daerah. Salah satu hasil budaya bangsa Indonesia adalah sastra klasik. Sastra klasik adalah sastra-sastra hasil karya nenek moyang orang Indonesia sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di antara sastra klasik tersebut adalah Serat Wredha Mudha dan Serat Ngelmu Sepiritisme. Untuk Serat Ngelmu Sepiritisme adalah buku misionaris Belanda Wepen Blommers Stertern yang diterjemahkan kedalam Bahasa Jawa dan aksara jawa oleh Raden Pudjarahardja, di Surakarta. Supaya terasa dekat dengan masyarakat di Jawa maka di tulis dengan istilah, serat. Dua serat tersebut diterbitkan dalam satu buku.

Di terbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun anggaran 1991/1992. Buku bersampul kuning dengan jumlah halaman 182 lembar. Artikel ini bentuk tinjauan hasil penelitian pada sastra yang ditulis oleh Raden Ngabehi Jayamardasa pada tahun 1912 Masehi. Asli naskah berbahasa Jawa setebal 66 halaman. Di alih aksara ke aksara latin dan disajikan dalam duan bahasa, Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Apa bila Anda tertarik dengan naskah ini. Silakan cari buku dengan identitas sesuai pada sumber di bawah. Dalam bahasan ini, membahas Serat Wredha Mudha.

Susunan sastra Serat Wredha Mudha terdiri dari percakapan-percakapan yang memiliki makna-makna sindiran pada orang-orang yang berpikiran tahayul, bodoh, percaya dukun dan pendek. Bercerita tentang seorang pemuda yang dalam masa perkembangan diri dan kejiwaan.

Dimana dia ingin menjadi superioritas dan memiliki kejayaan yang bersifat simbolis. Jiwa pemuda yang berapi-api tersebut ingin memiliki kekuatan diri yang lebih. Dimana pada masa tersebut dia ingin memiliki ilmu kebal dan ingin memiliki ilmu pelet untuk memikat wanita.

Kemudian dari kedua ilmu itu, apakah berguna dan banyak maanfaat bagi seseorang yang memilikinya. Lantas ilmu yang bagaimana yang diperlukan seorang manusia. Sastra ini, memberikan pemahaman atau pendidikan pada masyarakat tentang kehidupan ini. Pada masa dahulu hal-hal demikian, seperti ilmu kebal dan ilmu pelet adalah hal yang sangat dicari dan dibanggakan.

Serat ini ditujuakn untuk kritik sosial masyarakat yang masih hidup dalam keterbelakangan pemikiran. Agama Islam yang dianut tidak dimengerti karena belum kuatnya pendidikan Islam. Untuk itu, hadirlah karya sastra Serat Wredha Mudha sebagai kritikan dan pengajaran untuk masyarakat luas. Tujuan agar masyarakat berpikir dengan logika dan rasional.

Berikut cuplikan serat Wredha Mudha dalam Bahasa Jawa.
Surakarta tanggak kaping: 1 Wulan Sapar ing Wawu Jimakir, angka: 1912. Utawi kaping: 21 wulan Januari, angka 1912.
Raden Ngabehi Jayamardasa.
Wredha: “Lho, sampeyan engger, wilujeng ...... (hal 7). (tidak terbaca mungkin).
Mudha  : “Wilujeng, pengestunipun kyai.
Wredha: “Dangu mboten mriki-mriki, engger, wed punapa.
Mudha  : “Suweg ramen angkuyug kyai, rakanipun inggih ngupados seserepan pangestunipun kyai. Pangestunipun kyai, lampah kula inggih angsal damel, nanging teka dereng seged sreg dhateng manah. Milah kula lajeng sowan panjenengan punika. Weleh-weleh punapa kyai, sajatosipun kula badhe nyuwun sih kadarman seserepan panjenengan bab ngelmi jaya kawijayaan, rehning kula taksih nombok bilih wonten perlunipun sampun madal sumbi, kangge pager, kyai, sanadyan jaman harja, nanging kula manah perlu apepager.[1]

Berikut cuplikan serat Wredha Mudha dalam bahasa Indonesia
Surakarta tanggal. 1 bulan Sapar tahun 1912 atau tanggal 21 Januari 1921.
Raden Ngabei Jayamardasa.

Wredha: “Hai kisanak bagaimana kabarnya?.
Mudha  : “Berkat doa bapak kami selamat.”
Wredha: “Sudah cukup lama kamu tidak kemari, apakah sedang punya kerja?.”
Mudha  : “Saya sedang ada keperluan yaitu mencari pengalaman dan berkat doa bapak usaha kami sudah berhasil tetapi hati saya belum mantap, oleh sebab itu kami segera menghadap Bapak. Terus terang saya hendak memohon agar bapak bersedia mengajarkan pada saya tentang ilmu kekebalan tubuh (Jawa: Jaya Kawijayaan), berhubungan saya masih muda mungkin kalau ada manfaat serta sebagai benteng untuk jaga diri. Walaupun zaman sudah aman namun setelah saya pikir bahwa membentingi badan itu juga penting.[2]

Dalam cerita Serat Wredha Mudha yang berbentuk percakapan tersebut terkandung beberapa pemikiran yang logis dan rasional. Serat ini membuka pemikiran masyarakat agar tidak tertipu oleh perkataan orang mengaku dukun dan mengaku sakti.

Seperti: Untuk orang yang ingin belajar ilmu susuk atau ilmu terlihat cantik dan tampan. Ilmu susuk yaitu dengan cara memasukkan emas, berlian atau intan kedalam tubuh manusia. Ternyata dukun meletakkan sesuatu pada kapas pembungkus permata atau emas yang berbauh menyengat dihidung. Lalu kapas tersebut diletakkan dihidung si pemuda. Sehingga si pemuda merasa hidungnya tertusuk karena bauh menyengat.

Namun, dalam perkataan si dukun kalau itu proses masuknya susuk. Kamudian kapas dikeluarkan kembali dan ditukar oleh si dukun. Sehingga seolah-olah intan, emas atau apa saja yang dijadikan susuk telah masuk kedalam tubuh si Pemuda.

Bentuk penipuan pemasangan susuk. Setelah itu, si pemuda merasa tampan dan sering bersolek. Karena merasa dirinya tampan dan percaya diri. Itu hanya perasaannya saja. Adanya kepercayaan susuk berjalan, susuk dalam kulit semuanya adalah kebohongan dan penipuan.

Kemudian ilmu pemasangan air raksa agar tubuh kuat. Pemuda bercerita agar tubuhnya kuat, tahan banting maka dia meminum air raksa. Tapi dibalik itu, si dukun tahu bagaimana mengolah air raksa sehingga aman diminum, bukan karena kesaktiannya. Untuk pantangan-pantangan hanyalah penguat keyakinan dan menambah seram atau mistik saja. Tidak ada sangkut pautnya.

Lalu si pemuda bercerita tentang Ilmu Guna Pengasihan untuk wanita atau Istri. Oleh si guru pemuda itu, dia diberi semacam minyak. Lalu dia diperintahkan mengoleskan pada kemaluannya. Ternyata minyak tersebut dibuat dari pohon talas.

Minyak tersebut kalau terkena kulit manusia akan terasa gatal dan menjadi lecet. Kemudian dia berhubungan intim dengan seorang wanita. Wanita tersebut merasa puas dan kemaluan si pemuda terus kuat. Kuat karena gatal bukan karena tenaga seksnya bertambah.

Kemudian dijelaskan kalau penggunaan minyak tersebut sangat berbahaya. Baik untuk laki-laki atau wanita pasangan berhubungan intim. Karena dapat menyebabkan penyakit kelamin. Maka ilmu pengasihan tersebut hanyalah tipuan atau ilmu apus istilah Orang Jawa.

Kemudian si pemuda bercerita tentang ilmu kesempurnaan. Dimana orang yang mati dapat hidup kembali. Oleh si guru pemuda dia diberi syarat-syarat dunia perdukunan. Biasa sesajen, puasa, pantang ini dan pantang itu. Kemudian si pemuda dibawa ke dalam kamar gelap.

Oleh si guru dirinya ditekan dibeberapa bagian tubuh. Dimana aliran darah terhenti cukup lama. Oleh karena itu, si pemuda yang dijadikan contoh, pingsan dalam waktu kurang lebih setengah jam. Saat jalan darah normal kembali si pemuda kembali sadar. Maka dia seolah-olah hidup setelah mati. Si Pemuda sangat kecewa mengetahui rahasia gurunya tersebut.

Ilmu kekebalan tubuh atau jaya kawijayaan juga ternyata ilmu tipuan atau ilmu apus. Rahasianya, senjata zaman dahulu seperti senjata tradisonal kecepek atau senjata Belanda. Jarak tembak masih terukur dan pendek.

Misalnya jarak tembah 100 meter, maka si guru pemuda itu menempatkan dia di jarak 105 meter. Lalu si guru menembak dan peluru hanya sampai sehingga saat peluru senjata mengenai tubuh tidak melukai lagi.

Tapi hanya seperti terkena peluru ketapel. Begitupun saat ilmu menjilat besi panas. Lidah memiliki fungsi mendinginkan yang panas. Maka apabila lidah dilati menjilat hal yang panas maka akan terbiasa. Sehingga saat menjilat hal yang panas tidak lagi terbakar.

Kemudian ilmu paldot seperti orang tahan panas. Oleh si gurunya pemuda kembali diminta banyak persyaratan sebagaimana ilmu-ilmu perdukunan. Kali ini pemuda akan menyelupkan tangannya di tima panas yang mendidih. Maka si guru seperti membaca-baca mantra lalu dia mengusap kedua tangan si pemuda.

Setelah diusap maka diperintahkanlah dia mencelupkan tangannya di timah panas yang mendidih tersebut. Ternyata tangannya tidak apa-apa. Kemudian dijelaskan oleh sang Kiai. Kalau sebelum dia mencelupkan kedalam timah mendidih itu. Sesungguhnya guru si pemuda mengoleskan minyak getah jarak. Rahasianya, timah panas akan tawar apabila terkena getah jarak.

Setelah mendengar semua penjelasan tersebut. Si pemuda baru sadar kalau dia selama ini telah di tipu oleh orang yang mengaku sakti. Ilmu-ilmu tersebut hanyalah tipuan saja dan sesajen dan syarat-syarat hanyalah kebohongan.

Susuk emas dan intan juga kebohongan karena diambil si guru atau si dukun. Apabila kita perhatikan, cerita ini sangat bermanfaat untuk mengajarkan masyarakat tentang ketahayulan. Agar masyarakat berhenti mempercayai hal-hal demikian lagi.

angan mempercayai orang mengaku dukun atau orang pintar. Terutama di zaman sekarang (2020), zaman ilmu pengetahuan. Kita juga masih heran masih banyak masyarakat kita yang percaya dan menjadi korban dukun. Benarlah ajaran Islam, dimana mengharamkan untuk percaya pada dukun, ramalan dan pada tahayul.

Oleh. Joni Apero
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Sumber: Tim Peneliti: S. Budhisantoso, Dkk. Serat Wredha Mudha Serat Ngelmu Sepiritisme. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991/1992.



[1]S. Budhisantoso, Dkk. Serat Wredha Mudha Serat Ngelmu Sepiritisme. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991/1992, h. 14.
[2]S. Budhisantoso, Dkk. Serat Wredha Mudha Serat Ngelmu Sepiritisme. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991/1992, h. 55.

Sy. Apero Fublic.

Jejak Misionaris Belanda Pada Serat Ngelmu Sepiritisme.

Apero Fublic.- Belanda adalah penjajah yang sangat agresip dan sangat ingin menjadikan Indonesia sebagai budaknya. Usaha-usaha tersebut termasuk dengan cara-cara menyebarkan agama sesuai dengan agama mereka. Untuk menyebarkan agama mereka, tentu harus menggunakan media-media dengan berbagai cara. Seperti membuka sekolah agama mereka, melakukan pertemuan secara langsung dengan korban, atau melalui media kesastraan.

Di Pulau Jawa kesastraan yang dekat dengan penduduknya adalah serat. Serat adalah ciri khas kesastraan masyarakat Jawa. Maka dari itu, seorang misionaris Belanda menulis sebuah buku yang kemudian diterjemahkan oleh Raden Pudjahardja. Namun untuk menyamarkan buku orang Belanda tersebut, maka nama penterjemah dibuat sebagai pengarang dari buku itu.

Sehingga masyarakat yang membaca tidak tahu kalau buku tersebut akal orang Belanda membodohi mereka. Sehingga mereka ikut-ikutan menjadi murtad. Penggunaan gelar raden sangat efektif untuk rakyat awam. Karena biasanya bangsawan akan menjadi panutan rakyat biasa. Belanda yang telah banyak mempelajari budaya Bangsa Indonesia, mengerti teori "agama raja agama rakyat."

Sehingga mereka atau rakyat awam lebih mudah menerima misionaris setelah membaca buku tersebut. Atau bertambah tegu kepercayaan mereka pada agama tersebut. Hanya di Pulau Jawa dimana dahulu banyak orang Islam murtad. Di luar pulau Jawa hanya kelompok masyarakat primitif yang menerima kekristenan dari Belanda. Berikut cuplikan buku karya Wepen Blommers Stertern yang diterjemahkan oleh Raden Pudjahardja atas bantuan Winter.

Cariyossipun tiyang ingkang sampul ajal, inggih punika ingkang sampun badan alus. Katedhak ing tembung Walandi dening tuwan:
Wintar ing Surakarta.

Saking serat Anggitanipun tuwan: Weren Blom ing Betawi. Babon asli saking: Raden Pujahardjo ing Surakarta. Kawedalaken saha kasade dening: Tan Khoen Swie, Kedhiri 1925.

Para penyusun penelitian Serat Ngelmu Spiritisme tidak objektif. Atau mereka berupaya menyamarkan kalau buku Serat Ngelmu Spiritisme adalah tulisan orang Belanda bernama Wepen Blommers Stertern di Batavia (Jakarta). Pada halaman 172 pada alenia pertama menyatakan kalau buku karangan Raden Pudjahardja di Surakarta.

Kemudian pada alenia kedua dinyatakan, bahwa serat atau buku  Ngelmu Sepiritisme merupakan terjemahan dari buku aslinya yang dikarang oleh Wepen Blommers Stertern berbahasa Belanda. Kemudian buku dibawa oleh Winter ke Surakarta. Di Surakarta inilah buku tersebut diterjemahkan kedalam Bahasa Jawa. Untuk menambah daya tarik buku maka penggunaan nama Raden Pudjahardha digunakan sebagai pengarang. Seharusnya diberi penjelasan kalau Raden Pudjahardja hanyalah penerjemah buku, bukan pengarang. Lalu buku tersebut disesuaikan dengan dengan sastra Jawa, termasuk ditulis dengan istilah Serat.

Serat atau buku Ngelmu Sepiritisme sangat erat  kaitannya dengan aksi kristenisasi zaman Kolonial Belanda di Pulau Jawa. Penggunaan nama Raden untuk menarik simpati dan pengaruh di tengah masyarakat di Pulau Jawa. Buku ini kemudian di sebarkan di Jawa Timur oleh se-orang Cina bernama Tan Khoen Swie di Kediri. Kemungkinan orang Cina ini telah masuk kristen dan bekerja sama dengan para misionaris untuk menyebarkan agama Kristen. Sekaligus mengambil keuntung dari penjualan buku tersebut.

Kalau kita pelajari dan perhatikan penggunaan media budaya untuk penyebaran Kristen. Seperti menggunakan bahasa Jawa, aksara Jawa, nama bangsawan Jawa dan sistem sastra Jawa yaitu, Serat.

Serat Ngelmu Sepiritisme bercerita tentang seorang gadis bernama Maria yang hidup tidak senono. Dia hidup berpoya-poya, berzinah, dan sebagainya. Kalau kita perhatikan cerita ini sangat sesuai Dengan budaya masyarakat Barat (Belanda)  dimana tidak ada norma-norma susilah dalam tatanan masyarakat mereka.

Kemudian dalam cerita si Maria bertemu dengan seorang pemuda bernama Kris. Kemudian kembali si Maria berbuat tidak senono dengan Kris. Mereka berzinah dan akhirnya si Maria hamil. Oleh Kris diminta agar Maria menggugurkan kandungannya. Kemudian Maria menggugurkan kandungannya dan keduanya merasa bahagia setelah menggugurkan kandungannya.

Kisa berlanjut, kemudian Maria meninggal dan menceritakan keadaannya yang sangat menderita di dalam kubur. Dimana dia selalu dikejar-kejar oleh seorang bayi. Bayi tersebut adalah janin yang dia gugurkan dahulu. Meminta pertanggung jawaban pada Maria yang telah menggugurkannya. Begitu juga cerita si Kris. Dia juga merasa menyesal karena menjadi seorang Kristen yang tidak taat. Jarang ke greja dan sebagainya. Kris juga berpesan agar kalau ke greja jangan hanya meminta puji dan pamer saja. Tapi harus dengan tulus. Cerita keduanya setelah mereka menjadi roh.

Dengan demikian Serat Ngelmu Spiritisme adalah Cerita Orang Yang Sudah Meninggal. Dimana penyajian kisah-kisah dan keadaan di dalam kubur. Menyesali perbuatan dosa-dosa yang pernah dilakukan. Konsep ini seperti siksa kubur dalam agama Islam.

Jelas sekali kalau cerita ini bertujuan menyamakan ajaran Kristen dan Islam agar diterima oleh orang Islam yang akan di Kristenkan. Sekaligus penguat orang-orang di Jawa yang sudah murtad. Mengapa demikian disebut menirukan kepercayaan Islam oleh penulis Belanda tersebut. Karena konsep agama Kristen semua dosa umat Kristen sudah ditebus oleh Yesus dan tidak perlu khawatir untuk berbuat dosa di dunia ini.

Berikut cuplikan isi Serat Ngelmu Sepiritisme atau buku karya misionaris Belanda Wepen Blommers Stertern. Cerita-cerita sangat terinspirasi dari berkumpulnya orang-orang Kristen di gereja. Dalam cerita ini seorang dukun kesurupan roh Maria dan penduduk bertanya pada roh tersebut. “Selama perkumpulan sejak tanggal 30 Januari 1992 banyak warga masyarakat yang bertanya kepada Maria.
Mari....!
Apakah kamu bersedia bercerita serta berbincang-bincang bersama teman-temanku?.” Kemudian warga masyarakat tersebut mendapat jawaban dari dukun kerasukan, jawabannya demikian: ................................ 10. Masalah keterangan tadi, semuanya akan dijawab oleh Maria sendiri.

Oleh. Joni Apero
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 15 Juli 2020.
Sumber: S. Budhisantoso. Serat Wredha Mudha dan Serat Ngelmu Sepiritisme. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991/1992.

Sy. Apero Fublic.