7/08/2019

Syair Cerita. Merantau.

Apero Fublic.- Kisah ini bukan sebuah ratapan. Kisah ini adalah sebuah history ku. Bermulahlah kisa dari gelembung kecil, di sudut telaga. Di sebuah pondok yang berdinding kulit pohon. Suatu pagi, aku pecahkan tabungan keramikku, yang berbentuk ayam jago. Hingga berserakan uang yang telah lama aku tabungkan. Ada banyak koin, ada juga uang kertas.

Menetes air mataku, lalu basahlah luka di hatiku, terasa perih, juga pedih. Akhirnya penantian jiwaku terjawab sudah. Aku yang sudah putus asa dalam kehidupan ini, sekarang sedikit berharap. Sesungguhnya, tidak banyak cita-citaku. Aku ingin belajar dengan baik, sampai ke Perguruan Tinggi. Kemudian aku akan banyak membaca dan menulis.

Sudah bertahun-tahun aku memimpikan kembali belajar. Aku putus sekolah sebab ekonomi dan kehidupan keluarga yang tidak stabil. Kini kesempatan kedua datang kembali. Walau aku sudah dewasa, dan terlambat. Aku mempergunakan sisa waktu ini, untuk kembali merajut mimpi-mimpi kecil aku dahulu.

Mimpi seorang anak petani yang miskin. Hari ini, aku melangkah perlahan, dengan tas ransel yang penuh buku, dua kardus buku-buku yang menjadi harta berhargaku. Kemudian, aku membawa kegetiran hidup yang menggerogoti jiwaku yang kering. Kering ilmu, kering kasih sayang, kering nasihat, dan kering ilmu agama.


Aku melihat kali terakhir desaku. Rumah-rumah panggung yang berjajar di pinggiran jalan raya. Daun kelapa melambai-lambai tertiup angin. Suara kokok ayam, dan nyanyian burung-burung. Seiring jalan aku melangkah pergi. Aku memandang kelebatan hutan, dimana aku selalu berlari-lari dari kecil disana.

Aku mengintip di balik celah dedaunan itu. Disana ada ceritaku yang lebam oleh hinaan, yang suram oleh hujatan, yang retak karena diremehkan oleh siapa saja. Aku rindu bangku sekolah sewaktu sekolah dasar, aku rindu bangku sekolah sewaktu SMP.

Aku menyambung harapan yang sudah lama tenggelam di lautan kemiskinan, dan kebodohan. Sekarang walau hatiku teriris, dan pedih. Aku akan memulai kembali dari awal semuanya. Aku pergi merantau ke bumi Sriwijaya.

Aku akan kembali belajar, aku akan banyak membaca, aku akan memulai menulis. Dan aku memulai berjuang kembali, untuk cinta-citaku, untuk Islam, untuk Indonesia, dan untuk ayah dan ibu. Aku pergi semuanya, nantikan aku kembali disini. Aku merantau.


MERANTAU


Aku berdiri, di padang ilalang.

Menatap sayu ke langit biru.

Tiupan angin menggoyang rambutku.

Dalam hembusan kotornya udara kota.

Aku menapak sepanjang jalan.

Aku mencoba menahan segala rasa.

Hati pun, di rundung awan kelabu.


Demi ilmu, demi masa depan, demi Islam.

Demi negara dan demi membanggakan orang tua.

Aku korbankan waktu.

Aku tinggalkan kampung halaman.


Kelapa-kelapa nan indah,  melambai.

Bukit-bukit  yang hijau.

Dengan berat hati, ku kenang dengan indah.


Di antara gulungan ombak dan badai.

Di balik petir yang memecah langit.

Sekilas raja angkara menghampiri.

Dengan cambuk api menyalah.

Mencambuk, Memecut, Melibas.

Hingga.

Rinti-rinti pun bergetar.

Sedu-sedu tangis menembus Nasip.


Aku buang rasa Ragu.

Aku Hempaskan rasa Gentar.

Ku hancurkan rasa Bimbang.

Aku Bulatkan Tekad.

Akan aku, Songsong Masa Depan.


Walau, Tak pernah ku tau,

Di mana aku berteduh.

Ku kais apa, agar Makan.

Bilah haus, Ku nanti hujan dari langit.


Ya, Allah aku berjihad, aku berdoa.

Aku serahkan jalan ku, pada mu.

Dalam kefanaan dunia.


Orang bilang merantaulah agar kita mengerti apa itu rindu. Kemudian pulanglah agar kita tahu bahwa kampung halaman adalah tempat terindah. Merantau yang baik adalah merantau menuntut ilmu. Sebab dengan berilmu akan membuka pemikiran yang positif.

Kalau merantau tanpa ilmu, maka akan sulit untuk bangkit. Setelah selesai mencari ilmu, maka mulailah mencari kehidupan. Aku berharap dalam perjalanan ini, aku mulai menemukan jalan dari cita-cita dan perjuanganku.

Aku bertekad untuk berbuat sesuatu yang berharga semasa hidup ini. Aku akan berusaha menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain. Namun aku juga jalan ini tidak mudah. Mungkin aku akan terluka dan terus berdarah-darah. Atau mungkin aku gugur sebelum datang pada tujuan.


Oleh. Joni Apero.

Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 2013.

Kategori. Syarce Fiksi.

Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.

Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com idline: Apero Fublic.  Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment