7/08/2019

Naskah Syair Sultan Mahmud. Sastra Klasik Nusantara

Apero Fublic.- Naskah Syair Sultan Mahmud adalah sebuah karya sastra Melayu klasik. Syair klasik adalah salah satu bentuk puisi lama, yang sangat terikat dengan aturan-aturan khusus, seperti persajakan, jumlah baris dalam tiap bait, dan sebagainya.

Syair berasal dari kata dalam bahasa Arab syu’ur yang bermakna perasaan. Bentuk syair klasik adalah cerita yang berisi berbagai aspek kebudayaan yang biasanya disajikan dengan jalan melagukan, dengan iramanya  sangat spesifik. Serta memberikan kesan tersendiri kepada pendengarnya.  Naskah asli Syair Sultan Mahmud ditemukan di dalam koleksi Museum Pusat Jakarta dalam keadaan baik (terbaca).

Naskah ditulis dalam huruf Arab Melayu (Jawi) dan memakai bahasa Melayu. Tebal naskah 117 halaman, dan setiap halaman rata-rata terdiri dari 19 baris. Naskah ini merupakan karya anonim atau naskah yang tidak diketahui pengarangnya, begitupun tahun penulisnya.


Syair Sultan Mahmud berisi cerita yang melukiskan kebesaran dan keagungan Sultan Mahmud selama beliau memegang tahta kesultanan Riau-Lingga. Dalam naskah ini digambarkan kebijaksanaan Sultan Mahmud dalam mengembangkan agama Islam dan sikapnya dalam menjalin hubungan dengan para penganut agama lain, sehingga naskah ini mencerminkan toleransi beragama di antara berbagai pemeluk agama yang berbeda-beda di Kesultanan Riau Lingga.

Selain nilai-nilai keagamaan (agama Islam) di dalam naskah ini juga terdapat nilai-nilai politik (sistem pemerintahan), nilai sosial, ekonomi, kesenian dan kesusastraan. Dalam sistem pemerintahan Sultan Mahmud telah menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Terengganu, dan Kesultanan Pahang. Dalam hal kesenian, Sultan Mahmud banyak jasanya dalam mengembangkan seni musik dan seni suara yang bernafaskan Islam.


Nilai kesenian yang terungkap adalah seni bangunan, seni suara, seni musik, seni tari, seni sastra. Seni bangunan bergaya Eropa (belanda). Seni suara, seni musik bernafaskan Islam dan seni tari spesifik Melayu seperti Joget.

Nilai Politik diantaranya ditunjukkan dari usaha perdamaian dan jalinan kekeluargaan dengan kesultanan Terengganu, kesultanan Pahang. Politik pemerintahan menunjukkan adanya demokrasi, seperti adanya pengambilan keputusan atas dasar musyawarah dengan perdana menteri, para menteri muda, laksamana, bendahara, temenggung.

Nilai ekonomi terungkap juga dalam syair, kenyataan ini ditunjukkan dari tingkat kemakmuran yang dicapai pada masa itu. Nilai etik terungkap dari syair terutama adanya penghargaan terhadap berbagai jenis etnik (cina, Keling, Melayu), dihormati segala lapisan masyarakat seperti rakyat jelata (hina dan mulia bersama-sama) diberi kesempatan untuk hadir pada upacara-upacara kerajaan.


Adat istiadat terungkap pula dalam syair seperti adanya tatacara adat perkawinan, mulai dari bentuk, cara, dan model pakaian bangsawan, dan pakaian rakyat pada umumnya. Dari aspek bahasa di temui berbagai ungkapan kosakata, fonemmorfem, struktur kalimat, yang dapat dijadikan ciri bahasa Melayu yang digunakan pada masa itu.

Nilai keagamaan dapat dilihat dari berbagai peristiwa, seperti terungkap adanya perintah sultan untuk menjalankan ibadah sembahyang, dan lainnya. Demikian juga saat pada acara pengobatan atau syukuran diadakan kegiatan berdoa dibawa pimpinan ulama, lebai, atau haji. Nilai keadilan dan sosial terungkap dalam rangkaian syair bahwa pekerjaan menjadi tanggung jawab bersama.

Tidak adanya perbedaan masyarakat bangsawan dan masyarakat biasa. Demikian juga adanya pembagian tugas antar kelompok etnik serta kelompok masyarakat. Buku Syair Sultan Mahmud terdiri dari 172 halaman, yang dikaji oleh Suwardi MS, dan Ridwan Melay. Syair Sultan Mahmud terdiri dari 1097 bait syair, dan setiap bait berjumlah empat baris lirik syair. Berikut cuplikan Syair Sultan Mahmud

SYAIR SULTAN MAHMUD DI LINGGA

Bismillah itu mula kata.
Dengan nama Allah Tuhan Semesta.
Kemudian Tersebut Sultan Mahkota.
Di negeri Lingga Sultan Bertakhta.

Dengarkan tuan suatu rencana.
Dikarang pakir dagang yang hina.
Sajaknya jangkal banyak tak kena.
Karena hati tiada sempurna.

Dari pada sangat kalbu bercinta.
Dikarang syair sultan mahkota.
Pakir nan tidak berbuat dusta.
Sah dipandang dengan mata.

Dijadikan cerita suatu kisah.
Zaman baginda mukobarsah.
Sultan mahmud Muzafar Sah.
Ibnu marhum Muhammad Sah.

Duduk bagindah sudahlah nyata.
Zaman sultan diatas tahta.
Mashur kepada alam semesta.
Baginda raja yang bermahkota.
Dianugrahi Allah Tuhan subhani.
Menjadilah raja duduk Sultoni.
Sia-sialah sultan Sulemani.
Perkhobaran sekedar zulkornaini.

Sultan Mahmud raja yang muda.
Digantikan kerajaan paduka ayahanda.
Dipangku olehnya tuan muda.
Serta laksmana wazir berida.

................................
Seterusnya..............

Cuplikan kecil tentang keterangan Naskah Syair Sultan Mahmud dimaksudkan untuk memberikan informasi pada pembelajar filologi, sastrawan, pemerhati sastra, mahasiswa kesastraan, dan sebagai bahan bacaan tentunya. Memberi informasi pada sastrawan agar menulis sastra yang bermutu dan tidak menulis sastra yang merusak moral.

Mari kita akarkan sastra moderen kita pada sastra klasik Indonesia sehingga sastra kita menjadi sastra yang sesuai dengan adab bangsa kita. Sebab sastra adalah cerminan bangsa tersebut. Sastra yang ditulis hari ini adalah cerminan dari masa depan bangsa itu.

Oleh: Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 14 Oktober 2018.
Sumber dan Hak Cipta: Suwardi MS, Ridwan Melay, Syair Sultan Mahmud, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1990. Halam cuplikan. 37.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment