7/25/2019

Seks: Bukan Rasa Cinta


Apero Fublic.- Pernah kita bertanya, apa perbedaan cinta dan seks?. Cinta orang-orang zaman sekarang selalu diiringi seks !!!. Cinta adalah perasaan peduli dan melindungi. Perasaan cinta adalah perasaan yang positif dalam menghadapi orang yang dicintai. Seperti rasa khawatir akan takut kehilangan. Menjaga dan merawat dengan ikhlas. Cinta tidak memiliki kebosanan sepanjang waktu. Penggambaran cinta dapat kita amati pada cinta sekeliling kita. Seperti cinta anak pada orang tua. Cinta orang tua pada anak-anaknya.

Cinta saudara pada saudara-saudaranya. Cinta keluarga dengan keluarganya. Cinta sahabat dengan sahabatnya. Cinta muslim dengan sesama saudara muslimnya. Cinta adalah perasaan peduli dan melindungi. Rasa cinta orang tua mendidik dan mendukung kebaikan pada anak-anaknya. Cinta anak pada orang tuanya adalah tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Nah, pada cinta-cinta ini apakah ada seks. Tidak ada, sebab cinta adalah perasaan kejiwaan yang tulus. Bukan kebutuhan biologis.

Sedangkan seks adalah kebutuhan biologis dari manusia dewasa. Seks akan mendorong manusia untuk disalurkan. Penyaluran seks tidak ada sangkut pautnya dengan cinta. Penyaluran seks membutuhkan lawan jenis. Membutuhkan tempat pelampiasan. Ibarat seperti rasa lapar yang akan berhenti ketika kita makan. Begitupun dengan seks. Saat libido seks naik maka penyalurannya seks juga. Tidak dapat diganti dengan yang lain.

Maka seks sama halnya dengan kebutuhan hidup lainnya. Seperti kebutuhan pakaian, makan, minum, tempat tinggal, tidur, istirahat. Saat manusia dewasa kebutuhan seks terus meningkat dan mengikuti. Di usia remaja atau akil baligh kebutuhan seks mulai meningkat. Kebutuhan ditandai dengan munculnya hayalan tentang seks. Memikirkan berhubungan seks dengan lawan jenis.  Karena manusia normal sangat membutuhkan. Memikirkan seseorang untuk teman bermain seks inilah bertopeng dengan kata cinta.

Dalam kenyataan sesungguhnya manusia menyimpan kebutuhan seksnya.  Kadang disalurkan dengan cara-cara tersendiri. Diam-diam atau terang-terangan menyalurkan harsat seksnya. Orang-orang yang memasuki pase kebutuhan seks meningkat cenderung rentan dengan seks tidak sehat.

Seperti onani, maturbasi, oral seks, menyewa pelacur, berzina dengan pacar,  lesbian, selingkuh, memperkosa, mencabuli anak kecil. Kemudian banyak juga yang menikah akibat dorongan seks. Seks adalah kebutuhan biologis bukan cinta. Jadi jangan heran misalnya orang yang sering ibadah tiba-tiba berzina.

Melihat seks sebagai kebutuhan biologis tidak dapat ditentang atau dikekang. Karena seks kebutuhan alami dari dalam tubuh manusia. Sehingga dalam Islam untuk mengatasi permasalahan seks ada tiga cara. Pertama dengan menikah. Kedua, mencegah yaitu menutup aurat bagi kaum wanita. Tidak berdua-dua dengan orang yang bukan mahrom di tempat sepi.

Tidak pergi bersama laki-laki yang bukan mahrom. Untuk laki-laki menundukkan pandangan matanya. Tidak merayu atau mengajak mendekati zina (pacaran). Ketiga, adalah dengan akal sehat. Akal sehat dalam pengendalian seks adalah menggunakan pikiran positif. Misalnya dia berpikir itu dosa besar. Banyak keburukan yang dia dapat, seperti malu, terkena penyakit kelamin, mengecewakan keluarga dan lain-lain. Kalau dia istri orang menyadari itu akan merusak rumah tangga. Kalau diketahui masyarakat bisa malu.

Tidak sesuai dengan perbuatan orang terdidik. Tidak sesuai dengan perbuatan wanita terhormat. Merusak masa depan anak dan membuat malu orang tua. Inilah yang disebut akan sehat. Mampu berpikir panjang dan tidak menuruti hawa nafsu sesaat. Akal sehat itu di dapat dari ilmu agama. Kalau hanya ilmu umum tidak menjamin. Sebab ilmu umum hanya mengajarkan pengetahuan tapi tidak mengajarkan ahlak dan adab.

Maka orang berpacaran dengan menyatakan cinta itu didorong oleh nafsu seks. Misalnya dia melihat tubuh wanita bagus, kulit putih, seksi, harum. Dalam hayalan tentu akan sangat menggairahkan saat berhubungan seks. Saat melihat ibu jari wanita, si lelaki akan berpikir bentuk dari kemaluan wanita. Sebab ibu jari akan mengisyaratkan bentuk kemaluan seseorang. Itulah mengapa Islam menyebutkan kalau aurat wanita kebawa hanya telapak kaki. Bukan rahasia saat berdua-dua lelaki mulai menggerayangi tubuh pacarnya.

Sang pacar juga membiarkan karena dia merasa dimiliki oleh kekasih. Yang paling pokok dia juga suka. Sebab dari itu dia juga mendapat kepuasan biologisnya. Setelah merasakan kenikmatan seks timbul rasa ingin mengulang dan mengulang (kecanduan). Disini mereka ditipu, dengan alasan cinta, kangen, dan rindu. Padahal hayalan mereka sebenarnya adalah untuk memenuhi seks.

Di dalam Islam seks bukan tujuan pada sebuah hubungan. Yang menjadi tujuan adalah rumah tangga. Seks hanya sebatas pemenuhan kebutuhan hidup atau nafkah. Maka Islam melarang umatnya berpacaran. Sebab dalam pacaran hanya bumbu-bumbu seks yang mengiringi perjalanannya. Kalau cinta tujuannya adalah rumah tangga bukan berpacaran (seks). Sehingga laki-laki muslim dianjurkan melamar atau taaruf untuk menikah. Agar tujuannya pada wanita jelas untuk ibadah, menikah, bukan untuk tujuan seks.

Oleh. Joni Apero
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 25 Juni 2019.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment