Budaya
Kampus
Mahasiswa
Opini
Pendidikan
TRADISI TORON TANA “Awal bĕccé’ nĕddhĕk tana”
APERO FUBLIC I OPINI.- Tradisi Toron Tana Bayi merupakan salah satu warisan budaya Madura yang memiliki nilai simbolik, sosial, dan spiritual yang sangat penting bagi masyarakat. Tradisi ini dilakukan untuk menandai momen ketika seorang bayi untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya ke tanah sebagai lambang penyambutan kehidupan baru. Meskipun terlihat sederhana, Toron Tana Bayi mengandung makna mendalam yang mencerminkan keyakinan dan cara pandang masyarakat Madura dalam memelihara hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Ritual tradisi ini pada masyarakat madura sangatlah tidak asing, dikarenakan menjadi suatu kewajiban lokal untuk dilesatarikan. Tradisi, ritual dan kebudayaan yang terbetuk dari masyarakat menjadi suatu kreasi leluhur yang berisi seperangkat norma beserta ajaran spiritual dalam menyempurnakan kerohanian individu maupun kelompok. Adapun salah satu nilai moral yang terkandung dalam tradisi ‘toron tana’ ini ialah bentuk nilai sosial yang merupakan sikap, adap, akhlak besertakaidah untuk penyempurnaan sosialistik masyarakat secara umum.
Dinamika sosial yang berlaku cenderung sebagai keutuhan elemen masyarakat yang dititahkan berbentuk tradisi lokal. Bentuk penyelenggaraan tradisi ini antar masing-masing daerah memiliki perbedaan penyelenggaraan, khususnya masyarakat Madura yang diawali dengan pembacaan mantra yang dibacakan secara berirama sebagai prolog tashih pelaksanaan upacara titah tradisi. Upacara tradisi ini melibatkan para tokoh masyarakat sebagai wellih (orang alim) yang dipasrahkan untuk memimpin segala rentetan selamatan ritual yang dilakukan. Wellih tersebut tidak sekedar menjadi saksi dalam proses penyelenggaraan, akan tetapi pemandu atas segala rentetan pelaksanaan.
Diawali dengan penyampaian ceramah yang berisi sejarah terbentuknya tradisi lokal dalam masyarakat yang didalamnya berupa manfaat beserta tujuan khusus pelaksanaan tashih kepada seorang bayi yang akan dilakukan. Sesuai dengan perilaku adat masyarakat wellih terdiri atas satu atau dua orang yang dipercaya oleh kalangan masyarakat umum sebagai orang yang fasih dalam memipin pelaksanaan tradisi. Beberapa wellih tersebut berperan sebagai pembaca mantra dan pemegang bayi saat di bai’at.
Toron Tana Bayi juga memiliki fungsi sosial yang mempererat hubungan antaranggota masyarakat.
Pada umumnya, prosesi ini dihadiri oleh tetangga, kerabat, dan sahabat dekat keluarga. Mereka datang untuk memberikan dukungan moral, mendoakan bayi, serta menunjukkan solidaritas sosial. Kehadiran masyarakat dalam kegiatan tersebut menciptakan suasana kebersamaan yang memperkuat ikatan kekeluargaan. Selain itu, tradisi ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk tetap menjaga, meneruskan, dan melestarikan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Berdasarkan uraian tersebut, Tradisi Toron Tana Bayi bukanlah sekadar ritual menurunkan bayi ke tanah, tetapi sebuah prosesi sakral yang memuat makna simbolik, spiritual, sosial, dan edukatif yang tinggi. Tradisi ini mencerminkan bagaimana masyarakat Madura menjunjung nilai-nilai kehidupan yang melibatkan hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama. Oleh karena itu, Toron Tana Bayi layak dipertahankan dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya yang memperkaya identitas masyarakat Madura dan Indonesia secara keseluruhan.
Penulis/Oleh: Masri’ah dan Jazirotur Riskiyah
Mahasiswi Universitas Madura, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic
Via
Budaya

Post a Comment