Bupati Aceh Selatan Umrah saat Bencana Berujung Dipecat dari Ketua DPC Gerinda
APERO FUBLIC I OPINI.- Kasus Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, yang tetap berangkat umrah saat daerahnya sedang dilanda bencana memicu reaksi publik yang cukup keras. Dari perspektif komunikasi publik, tindakan tersebut menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin dan perilaku yang ditampilkan. Di tengah status darurat bencana, publik berharap kehadiran pemimpin sebagai simbol empati dan kontrol situasi. Karena itu, keputusan Mirwan untuk tetap pergi meski izin resminya ditolak menimbulkan persepsi bahwa ia gagal memahami urgensi kondisi di lapangan.
Reaksi publik yang muncul di media sosial sebagian besar bernada kritik dan kekecewaan. Publik menilai bahwa tindakan Mirwan mencerminkan kurangnya sensitivitas sosial, terutama ketika masyarakat sedang membutuhkan dukungan pemerintah secara penuh. Dalam kajian komunikasi krisis, absennya pemimpin di saat kritis dapat menciptakan symbolic crisis, yaitu ketika tindakan kecil dianggap mencerminkan karakter dan komitmen pemimpin secara keseluruhan. Hal inilah yang mempercepat penyebaran sentimen negatif di berbagai platform daring.
Di sisi lain, beberapa pihak mencoba memberikan pembelaan dengan menyebut bahwa Mirwan sebelumnya sudah meninjau lokasi dan menyalurkan bantuan sebelum berangkat. Ada pula klaim bahwa kondisi daerah sudah relatif stabil sehingga keberangkatan umrah tidak mengganggu koordinasi. Namun narasi pembelaan ini cenderung tenggelam karena persepsi publik sudah terlanjur terbentuk. Dalam komunikasi politik, persepsi sering kali lebih menentukan daripada fakta administratif, sehingga segala penjelasan menjadi kurang efektif ketika publik merasa empatinya tidak terpenuhi.
Akhirnya, pencopotan Mirwan dari jabatan Ketua DPC Gerindra menjadi bentuk konsekuensi politik yang tidak terhindarkan. Langkah partai tersebut dapat dibaca sebagai upaya menjaga citra dan merespons tekanan opini publik. Dari sudut pandang komunikasi, kasus ini menjadi pengingat pentingnya pemimpin membaca situasi, mengelola persepsi, dan memahami bahwa tindakan personal dapat memiliki implikasi besar di ruang publik.
Kejadian ini juga menunjukkan bahwa di era digital, reputasi politik dapat runtuh bukan hanya karena kesalahan besar, tetapi karena kegagalan memahami momentum dan harapan masyarakat.
e-Epilog. Bagaimana Publik Menilai ?
Tulisan ini membahas kontroversi Bupati Aceh Selatan yang tetap berangkat menunaikan ibadah umrah ke Arab Saudi saat daerahnya sedang dilanda bencana banjir dan longsor. Tindakannya menuai kritik karena dinilai meninggalkan tanggung jawab sebagai kepala daerah di tengah kondisi darurat dan penderitaan masyarakat. Akibat polemik tersebut, Partai Gerindra menjatuhkan sanksi dengan mencopot yang bersangkutan dari jabatan Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan sebagai bentuk penilaian atas kepemimpinan yang dianggap tidak tepat.


Post a Comment