Artikel
Belajar di Era Digital : Antara Peluang, Tantangan dan Kreativitas
APERO FUBLIC I ARTIKEL.- Belajar di Era Digital : Antara Peluang, Tantangan dan Kreatifitas.
PENDAHULUAN
Di tengah derasnya arus teknologi, dunia pendidikan Indonesia sedang mengalami perubahan besar. Jika dulu mahasiswa harus menunggu di ruang kelas untuk mendapatkan materi dari dosen, kini pengetahuan bisa diakses hanya dengan satu sentuhan layar. Era digital membuka pintu belajar tanpa batas, menghadirkan peluang yang sebelumnya sulit dibayangkan. Namun, di balik kemudahan itu, ada tantangan yang perlu dihadapi dengan sikap kritis dan kreativitas.
ISI
Peluang belajar di era digital begitu luas. Mahasiswa kini dapat mengikuti kursus daring internasional, membaca jurnal akademik secara gratis, atau menonton video pembelajaran yang dibuat oleh pakar dari berbagai belahan dunia. Seorang mahasiswa di Serpong, misalnya, bisa memanfaatkan platform seperti Coursera atau Ruangguru untuk memperdalam materi sosiologi yang tidak sempat dibahas di kelas. Dengan akses ini, ia tidak hanya belajar dari dosen lokal, tetapi juga dari profesor luar negeri yang membagikan perspektif global. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi benar-benar mampu memperluas cakrawala pengetahuan.
Namun, peluang besar ini juga datang bersama tantangan yang nyata. Distraksi digital menjadi salah satu musuh utama. Banyak mahasiswa yang berniat membuka laptop untuk belajar, tetapi akhirnya terjebak dalam arus media sosial. Selain itu, plagiarisme menjadi masalah serius. Kemudahan menyalin informasi dari internet sering membuat mahasiswa tergoda untuk mengabaikan proses berpikir kritis. Di sebuah kampus di Jakarta, misalnya, seorang dosen pernah menemukan esai mahasiswa yang hampir seluruhnya hasil salinan dari blog daring. Kasus ini menegaskan bahwa teknologi, jika tidak digunakan dengan bijak, bisa merusak integritas akademik.
Tantangan lain adalah kesenjangan teknologi. Tidak semua mahasiswa memiliki akses internet yang stabil atau perangkat yang memadai. Mahasiswa dari daerah terpencil sering kali harus berjuang lebih keras untuk mengikuti kelas daring. Ada kisah nyata seorang mahasiswa di Nusa Tenggara Timur yang harus berjalan ke bukit setiap malam hanya untuk mendapatkan sinyal internet agar bisa mengikuti kuliah online. Kisah ini menggambarkan bahwa meski era digital menjanjikan akses tanpa batas, kenyataannya masih ada batasan yang harus diperjuangkan.
Di tengah peluang dan tantangan tersebut, kreativitas menjadi kunci utama. Mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga mengolahnya menjadi karya yang orisinal. Misalnya, seorang mahasiswa pendidikan di Bandung membuat blog pribadi berisi refleksi dari kuliah online yang ia ikuti. Dengan bahasa sederhana, ia menuliskan ulang konsep-konsep sulit agar bisa dipahami oleh teman-temannya. Inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa belajar di era digital bukan sekadar menyalin, melainkan menciptakan ruang baru untuk berbagi pengetahuan.
Kreativitas juga berarti berani mencoba metode belajar yang berbeda. Ada mahasiswa yang membuat konten edukasi di TikTok, menjelaskan teori sosiologi dengan contoh kehidupan sehari-hari. Ada pula yang membuat podcast untuk membahas isu pendidikan dan sosial. Semua ini adalah bentuk nyata bagaimana generasi muda Indonesia mengubah tantangan digital menjadi peluang untuk berinovasi.
Pada akhirnya, belajar di era digital adalah perjalanan yang penuh warna. Ia menawarkan kebebasan, tetapi juga menuntut tanggung jawab. Mahasiswa Indonesia perlu menyadari bahwa teknologi hanyalah alat; yang menentukan hasil belajar adalah sikap kritis, etika akademik, dan kreativitas dalam mengolah pengetahuan. Jika peluang dimanfaatkan dengan bijak dan tantangan dihadapi dengan inovasi, era digital bisa menjadi ruang belajar yang membebaskan sekaligus memberdayakan.
Oleh. Aleysha Rahma Azizah
Program Studi Pendidikan Non Formal Universitas in Sultan Agung Tirtayasa
Email : aleysharahmaazizah@gmail.com
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic
Via
Artikel

Post a Comment