PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

5/21/2022

KISAH NYATA: Tujuh Kesatria dalam Perang Praya II (1891-1894)

APERO FUBLIC.- Kisah tujuh kesatria Praya bukan legenda atau sastra lisan, tetapi kisah nyata yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada masa akhir abad ke sembilanbelas. Peristiwa terjadi pada saat perang Praya II pecah. Perang Praya bentuk perlawanan masyarakat Melayu Islam di Lombok terhadap kezaliman Kerajaan Mataram di Lombok.

Sasak adalah nama salah satu kelompok masyarakat Melayu Nusantara yang mendiami Pulau Lombok. Pada abad ke sembilanbelas Lombok dikuasai oleh Kerajaan Mataram Hindu. Penduduk Lombok hampir semuanya orang Islam. Hukum mereka adalah hukum Islam yang dipadukan dengan hukum adat. Hukum demikian sama seperti hukum masyarakat di Nusantara kala itu, seperti masyarakat Melayu Palembang, Melayu Riau, Melayu Minang, Melayu Aceh dan berbagai tempat lainnya di Nusantara. Dengan demikian kekuatan Islam di Lombok sangat teguh di hati masyarakatnya, dan sampai sekarang. Hal demikian membuat resah penguasa Mataram.

*****

Perang Praya II dipimpin oleh Lalu Ismail atau Guru Bangkol dan Mamiq Srinata meletus pada tanggal 8 Agustus 1891. Awal perang Praya II terjadi karena pemerintah Kerajaan Mataram terus berbuat sewenang-wenang. Kemudian dendam atas perbuatan kejam Mataram saat perang Praya I. Ketiga karena terbunuhnya seorang ulama bernama Guru Ayang oleh seorang Perbekel Bali di Praya tanpa kesalahan yang nyata.

Satu hal yang paling membuat masyarakat Sasak marah adalah karena pembunuhan Guru Ayang. Saat mereka meminta keadilan pada raja Mataram tidak ditanggapi. Maka, jalan terakhir adalah dengan mengangkat senjata. Lebih-lebih mendapat janji dari seorang Arab yang mengaku bernama Tuan Syarif, mengatak kalau Syayid Abdullah dan Datu Pangeran telah siap di Cakranegara. Begitu juga desa-desa lain siap membantu. Namun kenyataanya hanya dua desa yang telah dihubungi, yaitu Desa Penujak dan Desa Puyung. Kemudian Desa Puyung berkhianat pada Praya dan memihak Mataram. Akibat laporan orang Desa Puyung, pasukan Praya diserang pasukan Mataram di Penenteng Aik. Dalam pertempuran itu, pasukan Mataran terdesak dan beberapa waktu kemudian datang pasukan bantuan dari Mataram. Pasukan Praya mundur dan Pasukan Mataram mengejar lalu mereka bermarkas di Desa Puyung. Disana dipimpin langsung oleh Anak Agung Made putra mahkota Mataram dan para panglimanya.

Keadaan Desa Praya menjadi sepi karena di tinggal oleh penduduknya mengungsi ke hutan. Hanya tujuh orang yang masih tinggal mempertahankan Desa Praya. Yaitu, Guru Bangkol, Mamiq Sapian, Haji Yasin, Mamiq Diraja, Amaq Lembain, Amaq Tombok, dan Amaq Gewar. Mereka bertahan di dalam masjid.

Untuk menipu pasukan Mataram disekeliling mereka tanam bumbung bambu. Lalu di belakang diikatkan tombak yang diikat satu sama lain. Saat tali penghubung ditarik maka tombak-tombak dapat bergerak bersamaan. Saat dilihat dari luar tampak ada ratusan orang menggerakkan tombak-tombak siap berperang. Masjid di kepung oleh pasukan Mataram, dan tidak dapat mendekati masjid. Ketujuh orang secara bergiliran menyusup keluar masjid lalu mengamuk menghabisi satu demi satu pasukan Mataram. Setiap hari masjid ditembak dengan senapan dan meriam. Tapi tidak ada kerugian jiwa karena memang tidak ada pasukan selain ketujuh satria itu.

Sementara itu, orang Desa Praya yang mengungsi ke hutan kembali masuk desa dan mulai membantu tujuh kesatria melakukan perang fisabilillah itu. Semangat yang tinggi tumbuh dan kekuatan mereka bersatu. A.A. Made berusaha sekeras mungkin untuk menjatuhkan Praya. Namun mereka tidak dapat menembus pertahanan Praya.

Benteng pertahanan dan sarang meriam Pasukan Mataram di Ruak diserang dan bahan-bahan beserta senjatanya diangkut pasukan Praya dalam satu malam saja. Kemudian A.A. Made berencana membuat benteng stelsel mengelilingi Praya. Benteng dibuat sepanjang dua setengah kilo meter di barat Praya. Dia berusaha mencegah orang Praya yang keluar untuk mencari makan. Benteng itu diserang pasukan Praya pada suatu malam. Beratus-ratus pasukan mataram tewas dan senapan, bahan makanan, dan alat-alat diangkut oleh pasukan Praya juga selesai dalam satu malam itu juga. A.A. Made menjadi sangat gusar, ditambah lagi desakan ayahnya raja Mataram untuk menyelesaikan perang secepatnya.

Pasukan bantuan kembali didatangkan ke Praya dipimpin oleh A.A. Ketut. Namun pasukan Mataram masih tidak dapat menembus pertahanan Praya yang semakin kuat. Bahkan mereka terus menderita kerugian terutama korban jiwa. A.A. Made dan A.A. Ketut mencurigai kalau pasukannya dari orang Melayu Sasak berperang tidak sungguh-sungguh. Untuk itu, pemimpin orang Sasak, Mamiq Wirata dan anaknya dilucuti lalu dikirim ke Cakranegara. Di sana keduanya dibunuh dengan kejam. Selanjutnya, pemimpin orang Sasak bernama Haji Ali dan Mamiq Nursasih dari Sakra akan disingkirkan juga oleh A.A. Made. Keduanya masih sempat melarikan diri bersama pengikutnya kembali ke Sakra. Dari Sakra keduanya menyerukan dan mengobarkan perang fisabilillah yang disambut oleh semua desa di Lombok Tengah dan Lombok Timur.

Mereka menceritakan kekejaman A.A. Made yang telah menangkap empat ratus lima puluh orang sasak yang ikut memerangi Praya dan membunuh Mamiq Wirata bersama anaknya. A.A. Made juga berencana akan membunuh semua haji-haji di Lombok.

Dalam beberapa hari perang fisabilillah diumumkan. Semua desa-desa di Lombok Tengah dan Timur berbalik menyerang kedudukan Mataram. Sehingga semua orang Mataram disapu bersih. Diantara orang Mataram yang berusaha bertahan segerah terbunuh.

Pemimpin masyarakat Sasak waktu itu yang bersatu menjadi satu kekuatan. Yaitu, Mamiq Mustiaji dari Kopang, Mamiq Nursasi dan Haji Ali dari Sakra, Guru Bangkol dari Praya, Raden Wiranom daro Pringgabaya, Raden Ratmawa dari Rarang, Raden Melaya dari Masbagik, Raden Umas dari Jonggat. Setelah kekuatan Mataram di Lombok Timur jatuh, kemudian kekuatan ditujukan menyerbu desa-desa yang dipertahankan Mataram di sebelah barat Sungai Babak.

Semua masyarakat bergabung dan membentuk kesatuan-kesatuan menurut kelompok mereka. Dalam pertempuran di Pringgarata tempat pesanggrahan A.A. Made dia terpukul mundur ke Sintung. Di Sintung pasukan Mataram di hancurkan, bahkan A.A. Made hampir tewas kalau tidak segerah dilarikan anak buahnya. Bahkan tandu A.A. Made dirampas dan dihancurkan pasukan Mamiq Mustiaji.

Kedudukan pasukan Mataram di Desa Puyung penghianat yang dipimpin A.A. Ketut juga mendapat giliran serbuan masyarakat Sasak. Lalu A.A. Ketut dan sisa pasukan melarikan diri ke Kediri. Tidak berapa lama Kediri dan menyusul daerah Bengkel juga direbut orang Sasak. Sampai akhirnya wilayah kerajaan tinggal di Kota Mataram, Cakranegara dan Narmada.

Tapi Mataram belum putus asa untuk memenangkan peperangan dengan orang Islam Melayu Sasak. Pertahanan mereka kuat dan mereka menggunakan waktu dalam waktu tiga tahun antara perang dan damai Mataram untuk mengumpulkan kekuatan. Kerajaan Mataram membeli dua buah kapal dari Singapura untuk patroli laut disekitar Pulau Lombok. Selain itu, Mataram membeli senjata api terbaru juga dari Singapura. Setelah perang Bali selesai bantuan dari Karangasem didatangkan dibawa pimpinan A.A. Gede Jelantik. Belanda memberi nasihat agar tidak terlalu kejam dalam menumpas perlawanan masyarakat Sasak. Namun nasihat tersebut hanya dianggap angin lalu saja oleh Mataram.

Pasukan Mataram dibagi menjadi dua bagian, fron timur bermarkas di Kotaraja dan fron selatan bermarkas di Mujur. Masyarakat Sasak juga membagi pasukan mereka dua fron untuk menghadapi pasukan Mataram. Sejak perang masyarakat di Lombok meninggalkan pertanian sehingga kelaparan mengancam mereka. Melalui orang Melayu Bugis, Belanda menyelidiki keadaan masyarakat Melayu Sasak.

Pemimpin Sasak mengirim surat permohonan bantuan pada Gubernur Belanda pada 20 Februari 1894. Pada 3 Maret 1894 utusan gubernur yaitu Liefrinch menuju Lombok dan berlabu di Tanjung Luar kemudian menuju Sakra. Setelah berunding dengan pemimpin rakyat, Liefrinch kembali ke Buleleng. Beberapa hari kemudian Liefrinch kembali lagi dengan beberapa kapal perang. Mereka bermusyawarah dan menurunkan bahan makanan. Masa itu, perang sedang meredah walau tidak ada perdamaian.

*****

Belanda sudah lama tertarik dengan Lombok dan sekitarnya. Namun peperangan diberbagai daerah di Nusantara menyibukkan Belanda. Sehingga mereka untuk sementara mengabaikan Kerajaan Mataram. Lombok sangat kaya akan hasil beras, sejak berabad-abad lalu sudah diekspor ke luar negeri, seperti ke  Australia, Borbon, Manila, dan Cina. Sehingga sangat menarik bagi Kolonial Belanda untuk memenuhi suplai beras.

Selain itu, Belanda juga tidak ingin Inggris menancapkan pengaruhnya di Mataram. Berbekal kekhawatiran akan kekuasaan Inggris di sana, Belanda mengambil tindakan pencegahan dengan cara menaklukkan Kerajaan Mataram. Untuk itu, mereka mau membantu masyarakat Sasak dalam menghadapi Mataram. Bagi Belanda, Kerajaan Mataram tidak begitu kuat dari sisi taktik perang zaman itu. Sebab orang Lombok dimana kekuasaan Mataram penduduknya hampir semuanya beragama Islam. Belanda juga tahu bagaimana kelakuan orang Mataram pada masyarakat di Lombok. Maka dengan dalih menyelamatkan masyarakat Melayu Sasak, Belanda campur tangan dan menyerang Mataram bersama masyarakat Lombok. Namun penyerangan juga atas penghianatan Mataram pada perjanjian yang telah disepakati. Entah benar atau tidak memang pada dasarnya cara memerintah Kerajaan Mataram memang tidak baik. Sehingga menimbulkan kebencian dan dendam yang tersimpan bagaikan bara api di dalam jiwa setiap orang Lombok pada Mataram.

*****

Karena berbagai tuntutan tidak dihiraukan pihak Mataram. Maka Belanda melalui Surabaya memulai ekspedisi ke Lombok pada 3 Juli 1894. Bersamaan dengan itu, dibuat peraturan memperketat impor dan ekspor serta penyaluran kebutuhan perang ke Lombok. Selain itu, pencegahan mendatangkan bantuan perang dari Karangasem dan mencegah A.A. Made melarikan diri keluar Lombok. Anak Agung Made dianggap anak raja yang paling jahat selama ini. Dia mengancam seusai perang akan membunuh semua pemimpin masyarakat Sasak dan para haji agar tidak ada lagi pemberontakan.

Ekspedisi berkekuatan lima kapal, yaitu Prins Hendrik, Koningin Emma, Trom, Sumatra dan Borneo. Seratus tujuh orang perwira, seribu tiga ratus dua puluh orang prajurit Eropa, sembilan ratus empat puluh delapan orang prajurit bumiputra, tiga ratus delapan puluh enam ekor kuda, tiga puluh tujuh ekor keledai, dua ratus enam belas orang pembantu, enam puluh empat orang mandor, seribu tujuh ratus delapan belas orang narapidana, dan beberapa orang pegawai sipil. Panglima ekspedisi Mayor Jenderal J.A. Vetter, wakil panglima Mayjen P.P.H. Van Ham. Tiba di Ampenan pada 5 Juli 1894, kemudian langsung mengirim ultimatum disampaikan pada raja Mataram dan harus disetujui sebelum matahari terbit keesokan harinya (6 Juli 1894).

1.Raja harus tunduk seluruhnya di bawah Pemerintah Kolonial Belanda.
2. Raja harus meminta maaf atas semua kesalahan-kesalahannya selama ini.
3.A.A. Made harus diserahkan kepada Belanda.

Pada Tanggal 11 Juli 1894 baru saja pasukan akan diberangkatkan menyerbu istana Mataram. Datang utusan bahwa menyetuji menyerahkan A.A. Made, tapi dengan syarat rajalah yang akan membuang A.A. Made. Sehingga diminta untuk mengirim panitia yang menyaksikan A.A.Made yang akan bunuh diri. Maka dikirmlah Liefrinck dan dua punggawa Buleleng yang sudah mengenal A.A. Made. Sekembali dari Mataram Liefrinck menceritakan pada J.A. Vetter kalau A.A. Made bunuh diri atau dibunuh sesaat sebelum dia datang. Buktinya saat dia tiba mayatnya masih menggelepar. Orang-orang menduga kalau A.A. Made dibunuh atas perintah raja karena dia telah berbuat maksiat bersama anak gadis saudara laki-lakinya. Mayat keduanya kemudian dibuang ke laut atas perintah raja.

*****

Setelah peristiwa itu, perang tidak terjadi. Maka Belanda menjadi pasukan sahabat. J.A. Vetter membangun pos-pos militer antara Mataram dan Karangjongkong berhadapan dengan Puri Raja. Panglima Belanda dan wakilnya tinggal di Puri Gusti Gede Jelantik. Kemudian diadakan perundingan-perundingan antara masyarakat Sasak dengan pihak Kerajaan Mataram.

1.Masyarakat Melayu Sasak akan membentuk pemerintahan sendiri yang otonom sederajad dengan pemerintahan Mataram dibawah pengawasan Pemerintah Belanda.

2.Kerajaan Mataram diwajibkan membayar biaya perang sebesar satu juta fonsterling sebelum ekspedisi meninggalkan Lombok.

3.Setiap tahun Mataram dibebani kewajiban menyumbang 25.000 fonsterling untuk biayah Pemerintah Belanda di Lombok.

Karena semua syarat di terima Mataram dan masyarakat Sasak. Maka Vetter memerintahkan menghancurkan semua benteng-benteng pertahanan kedua belah pihak sebelum dia meninggalkan Lombok. Untuk memastikan dikirim pasukan ke pedalaman memastikan perjanjian ditepati semuanya.

*****

Tidak berapa lama Raja Mataram mulai menghianati perjanjian tersebut atas anjuran dari orang Rusia, bernama Malingin. Dia mengusulkan agar pasukan Mataram menyergap pasukan Belanda saat akan menyebarang. Rencana penyergapan dilaporkan oleh Kapten Infanteri Schmidhamer kepada Vetter. Laporan itu, sebelumnya disampaikan oleh seorang penduduk yang mendengar rencana tersebut bernama Amaq Amat dari Sukaraja. Pihak Belanda berusaha mengecek kebenaran itu, dengan bersurat pada A.A. Ketut. Tapi dia tidak tahu menahu. Vetter kemudian tenang-tenang saja dan menambah kekuatan pasukannya di Cakra, Vetter dan wakilnya Van Ham tidur diantara prajuritnya. Menjelang tengah malam terdengar letusan senjata terus menerus. Sehingga terjadilah perang antara pasukan Mataram dan pasukan Belanda, pada 25 Agustus 1894.

Keesokan harinya Vetter dibawah hujan peluru terus menerus berhasil meloloskan diri menuju pasukan induknya di Ampenan. Sedangkan Van Ham tertembak di perutnya dan kemudian meninggal dunia. Sementara Raja Mataram menyalahkan penyerangan itu pada Gusti Ketut Gusa yang memimpin penyerangan malam itu. Sehingga dia melarikan diri ke Praya dengan dalih akan masuk Islam. Tapi masyarakat Sasak tidak percaya lagi pada orang Mataram. Kemudian Gusti Ketut Gusa dan dua orang utusan raja di penggal, lalu kepala mereka di serahkan pada Jenderal Vetter di Ampenan, 18 September 1894.

*****

Sudah sejak tanggal 30 Agustus 1894 Mataram sudah dibombardir Belanda. Seluruh pantai barat dan utara pulau Lombok dijaga ketat sehingga tidak mungkin Mataram mendapat bantuan dari Bali. Sebelumnya pada 7 Agustus 1894 Gusti Gede Jelantik telah meninggalkan pulau Lombok dari Kombal menuju Karangasem, Bali.

Pihak Mataram mulai bermain politik untuk menghadapi Belanda. Mereka memberikan janji-janji muluk pada orang Sasak untuk berperang bersama mereka untuk melawan Belanda. Memberikan banyak uang dan menyerahkan Datu Pangeran, dan A.A. Ketut yang beragama Islam pada Guru Bongkol di Praya. Namun luka yang dibuat orang Mataram terlalu dalam sehingga tidak mungkin bagi mereka membantu Mataram. Sementara itu, orang-orang di Lombok Tengah dan Lombok Timur telah dipersenjatai untuk menggempur Kerajaan Mataram.

Belanda bersama masyarakat Lombok mengepung pertahan terkuat Mataram di Pagesangan dan Pagutan. Pada 17 September tempat itu jatuh. Di sana ikut tewas anak laki-laki almarhum A.A. Made bernama Gusti Luki. Pada malam tanggal 20 September pasukan Mataram mencoba merebut Pagutan tapi dicegat pasukan rakyat Sasak. Bahkan mereka berhasil menangkap bekas pemimpin Pagutan, Ida Nyoman Kosong dan diserahkan pada jenderal Vetter.

Kota Mataram mulai diserang dari tanggal 27 September 1894. Di bawah pimpinan Jenderal M. Segov meriam-meriam gunung Belanda membombardir kota Mataram. Pada tanggal 29 September 1894 tiga setengah batalyon menyerbu kota Mataram dari semua penjuru. Serangan Belanda dipimpin langsung Vetter, dan pihak Mataram dipimpin Putra Mahkota. Putra mahkota bertahan mati-matian di dalam puri raja. Korban berjatuhan dikedua belah pihak. Termasuk putra mahkota dan sejumlah keluarga dan pembesar kerajaan. Sisanya mengungsi ke Cakranegara dan menyerah. Puri Mataram dibakar dan diratakan dengan tanah, menggunakan mesin, dinamit, linggis dan sekop. Kota Mataram jatuh dan penduduknya mengungsi ke gunung atau meminta perlindungan pada masyarakat Sasak.

*****

Pada 15 November 1894 bantuan pihak Belanda kembali datang dari Ampenan. Tiga hari kemudian Jenderal Vetter memimpin menyerang Cakranegara. Sebelumnya Cakranegara telah di bom berhari-hari. Pertempuran dimulai dari subuh sampai menjelang soreh. Pasukan Belanda mendapat perlawanan sengait, mereka ditembaki dari setiap sudut dan dari atas pagar dan pepohonan. Pasukan Belanda merangsek masuk ke sekitar Puri. Tapi saat mendekati petak penyimpanan harta benda pasukan Belanda terpukul mundur. Jenderal Vetter menunda pembersihan sampai esok hari. Kesempatan itu digunakan raja untuk melarikan diri ke Sasari di tengah malam. Puri ditinggalkan kosong dan tidak ada seorangpun. Menjelang subuh petak yang dipertahankan mati-matian itu telah dipenuh oleh orang Sasak. Mereka mengambil harta benda, uang dan lainnya. Belanda menemukan 230 kilogram emas, 3.180 kilogram uang perak. Sebuah naskah Keropak Negarakertagama berhasil diselamatkan Brandes seorang ahli bahasa yang ikut ekspedisi. Naska tersebut menceritakan tentang Kerajaan Majapahit.

*****

Sesungguhnya orang-orang Melayu Islam di Lombok sangat kuat dan pemberani. Namun yang menjadi kelemahannya adalah mereka tidak bersatu. Kalau mereka bersatu Kerajaan Mataram tidak akan dapat bertahan lama. Sebagai contoh bentuk tidak bersatunya masyarakat Lombok saat terjadinya perang Kalijaga.

Dea Guru dan Dea Meraja berani menolak lamaran raja Mataram. Karena sebelumnya Raden Amir dan Raden Kardiyu menjanjikan bantuan kalau Kalijaga diserang Mataram. Namun dalam perjalanan perang rahasia mereka dibocorkan oleh seorang pengikut Kalijaga bernama Pe Sriyaman. Kemudian Raden Amir dan Raden Kardiyu juga berbelok menyerang Kalijaga hanya karena janji dari raja Mataram agar mereka diampuni.

Kemudian pada perang Praya I, dimana Mataram ingin menguasai seluruh Pulau Lombok. Mataram melakukan politik pecah belah diantara desa-desa otonom atau yang mempunyai pemimpin sendiri. Mataram yang ingin menguasai Lombok juga menggunakan siasat halus. Dengan cara melamar seorang Putri Raden Wiracandra di tolak oleh Praya. Untuk menyerang Praya Mataram menghasut desa-desa tetangga Praya, seperti Kopang, Batukliang, Rarang dan Sakra agar memusuhi Praya. Akibat hasutan seolah-olah Kopang dan Batukliang musuh utama dari Praya. Kemudian terjadi persengketaan batas wilayah antara Praya dan Batukliang dan Kopang. Praya kemudian menyerang Batukliang dan Kopang, lalu Mataram datang membantu. Mataram mengirim Ratu Gede Wanasara yang di dampingi Ida Made Rai dan Gusti Made Kaler. Praya di kepung selama satu setengah tahun membuat kelaparan, kemudian diakhir perang Raden Wiracandra  dan semua pembantunya bertekad untuk mati fisabilillah. Begitu juga pasukan Haji Umar juga menjalani perang fisabilillah. Keluarga Raden Wiracandra banyak yang ditawan, dibunuh, dibuang. Hanya Raden Tunggul putra Raden Wiracandra yang berhasil meloloskan diri ke Sumbawa dan berlayar ke Bugis.

Hancurnya Praya membuat kebanggaan bagi Batukliang dan Kopang. Namun kebaikan Mataram pada kedua desa itu hanyalah siasat melemahkan dan bagian dari politik adu domba. Lima bulan setelah Kopang dihancurkan Mataram. Berlanjut dengan kehancuran Batukliang. Satu tahun kemudian tiba giliran Raden Amir dari Mamben dan Raden Kardiyu dari Korleko, yang sebelumnya menghianati Dea Meraja dan Dea Guru. Lalu Kalijaga dan Penguasa Kalijaga Raden Meraja juga dihancurkan Mataram.

Karena tidak bersatunya orang-orang Sasak di Lombok membuat mereka lemah. Mudahnya diadudomba sehingga masyarakat Melayu Sasak selalu rusuh dan bertikai satu sama lainnya. Sehingga mereka tidak dapat mengalahkan Kerajaan Mataram yang kecil menjajah mereka. Kalau mereka dapat bermusyawarah dan mengedepankan persatuan umat dan Islam, pastilah mereka sangat kuat. Sebagaimana saat terjadi perang Praya II yang dimulai dari tujuh kesatria Praya. Dalam waktu singkat Mataram hampir jatuh.

Dunia berputar dan zaman berubah-ubah. Kezaliman Mataram yang memerintah dengan tangan besi dan sewenang-wenang juga akhirnya berakhir. Perang Lombok terjadi masyarakat Lombok dan Belanda berhasil menghancurkan Mataram. Kalau sebelumnya Mataram yang melakukan pembunuhan, pembersihan keluarga musuh-musuhnya, menawan, membuang, dan melarikan diri. Saat terjadi perang antara tahun 1891-1894 giliran keluarga Raja Mataram, orang Mataram dan pembesar Mataram yang menerima hukum karma. Mereka juga yang terbunuh, dibuang, dan melarikan diri tanpa tahu arah.

Kekalahan Mataram adalah pelajaran bagi penguasa dan kita semua. Kesewenangan dan kekejaman pada rakyat hanya melemahkan kekuatan negara. Kesombongan dan keserakahan A.A. Made Karangasem membuat penderitaan dan luka bagi rakyat Sasak. Sehingga dia dibenci oleh orang Lombok. Maka dalam serbuan Belanda masyarakat Sasak tidak mau membantu Mataram dan justru membantu Belanda untuk meruntuhkan Mataram. Mataram runtuh pada tahun 1894. A.A. Made yang selalu meneror haji atau ulama yang menyebabkan kemarahan rakyat Sasak Islam. Juga mati terhina sebagaimana perlakuannya pada orang Sasak.

Kita dapat melihat bagaimana pemerasan pada rakyat dan akhirnya harta yang terkumpul juga dirampas rakyat. Tembok-tembok istana yang dibangun atas jerih payah rakyat juga akhirnya dibongkar rakyat. Lalu apa yang dihasilakan sebuah pemerintahan demikian selain kelelahan dan penderitaan orang banyak. Oleh karena itu, hal yang menjadi pelajaran bagi kita adalah ahlak, adab, kebaikan dan kemanusiaanlah yang perlu kita perjuangankan, bukan nafsu dan keserakahan materialisme. Sebuah peradaban seperti tumbuhan yang tumbuh, berkembang dan mati. Tetapi setiap kehancuran dinasti atau pemerintahan semuanya disebabkan dari dalam terutama rusaknya moral pemimpin dan pembesarnya itu sendiri.

Disusun: Tim Apero Fublic.
Editor. Joni Apero.
Palembang, 21 Mei 2022.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Sumber: Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978.

Sy. Apero Fublic

5/19/2022

Mengenal Pelaku Sejarah Yang Hadir Saat Penyusunan-Penandatanganan Naskah Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945).

APERO FUBLIC.- Selama ini, kita hanya akrab dengan pembaca teks proklamasi saja yang kita kenal Dwi Tunggal, yaitu Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta. Bahkan kita tidak banyak tahu kalau yang mengetik naskah seorang pemuda bernama Sayuti Melik. Dalam benak kita hanya sosok presiden dan wakilnya saja yang terbayang.

Namun, dibalik semua itu ada orang-orang yang hadir dan turut berperan serta langsung atau tidak langsung. Berikut nama-nama pejuang yang hadir dalam peristiwa itu. Naskah Proklamasi Kemerdekaan disusun oleh Presiden Soekarno, Mohamad Hatta dan Achmad Subardjo.

Berikut nama-nama yang hadir saat itu, Ir. Soekarno, Drs. Mohamad Hatta, Achmad Subardjo, Dr. Rajiman Wadyodiningrat, M. Sutardjo Kartohadikusumo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Abikusno Cokro Suyoso, Dr. Buntaran Martoarmodjo, Oto Iskandar Dinata, Profesor. Dr. Mr. Supomo, Ki Hajar Dewantara, Sukarjo Wirjopranoto, Ki Bagus Hadikusumo, Dr. Sam Ratulangi, Mr. Johanes Lahahary, Mr. I Gusti Ratutripujo, Dr. Samsi, Dr. Mohamad Amir, Mr. Teuku Mohamad Hasan, Mr. A. Abas, Hamidhan, A.A. Rivai, Andi Pangeran, Andi Sultan Daeng Radha, Sudiro, Harsono Cokroaminoto, Sukarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Semaun Bakry.

Sumber dikutip dari Departemen Pertahanan dan Keamanan, Lembaga Penelitian dan Pengembangan HANKAM, Kejelasan Mengenai Pancasila dan Proklamasi, Jakarta Tahun 1968 pada halaman 76.

Rewrite: Tim Apero Fublic.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 20 Mei 2022.
Sumber: Wisnu Subagyo. Dr. Mohamad Amir: Karya dan Pengabdiannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, 1986.

Sy. Apero Fublic

Mengenal Orang-Orang Seputar Persiapan Kemerdekaan Indonesia di Pulau Sumatera (1945).

Foto anggota-anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia 1945.


APERO FUBLIC.- Kita lebih mengenal persiapan kemerdekaan Bangsa Indonesia yang di Pusat saja, Jakarta. Tapi tidak begitu mengenali siapa-siapa yang berperan dalam melakukan penyelidikan persiapan kemerdekaan dari daerah di Pulau Sumatera. Sebelum melakukan proklamasi kemerdekaan terlebih dahulu adanya penyelidikan di sumatera. Mereka di kenal dengan PPPKS atau Panitia Penyelidik Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatera.

Sebagai ketua PPPKS dijabat oleh Mohamad Sjafei dan sekretaris Jamaluddin Adinegoro.  Kemudian ada dua puluh dua orang anggotanya. Diantaranya, Teuku Nya’Arief, Teuku Mohamad Daud Beureud, Dr. R. Pirngadi, Dr. Mohamad Amir, Mr. Teuku M. Hasan, Hamka, Tengku Saibun Abdul Jalil Rahmat Syah, Hsu Hua Chang, Dr. F.L. Tobing, Mr. Hazairin, Datuk Perpatih Baringsek, A.R. Sutan Mansyur, Chatib Soelaiman, Syeh M. Jamil Jambek, Aminudin, Dr. A. Syagaf Yahya, Ir. Idracaya, Dr. A.K. Gani, Ir. Ibrahim, K.H. Chik Wan, Mr. Abdul Abbas, M.A. Syarif. Sumber dikutip dari Medan Area Proklamasi, Biro Sejarah Prima, 1976 pada halaman 129.

Dalam perjuangan dan berdirinya negara kita tidak hanya dilakukan satu atau dua orang. Sangat banyak sekali putra-putra terbaik bangsa kita yang berupaya dan berusaha untuk memerdekakan bangsa kita. Jasa mereka tidak boleh dilupakan dan kita sebagai generasi penerus harus bersyukur atas buah dari perjuangan mereka. Banggalah menjadi Indonesia, bangsa yang besar dan luas.

Berikut nama-nama anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Selaku ketua Ir. Soekarno, dan wakil ketua Drs. Mohamad Hatta. Ada dua puluh lima anggota diantaranya, K.R.T. Dr. Rajiman Wedyodiningrat, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandar Dinata, G.P. Haryo Suryohomijoyo, M. Sutarjo Kartohadikusumo, BP. Haryo Puroboyo, Profesor. Mr. Dr. Supomo, Abdulkadir, Dr. Mohammad Amir, Mr. A. Abas, Dr. Samratulangi, Andi Pangeran, Mr. Latuhary, Mr. I Gusti Ketut Puja, A.H. Hamidan, Mr. TM. Hasan, Panji Suroso, Winatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Drs. Jap Cwan Bing, Wahid Hasyim, Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusuma Sumantri, Achmad Subardjo. Sumber ini berasal dari Departemen Penerangan 1970 pada halaman tiga.

Rewrite: Tim Apero Fublic.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 20 Mei 2022.
Sumber: Wisnu Subagyo. Dr. Mohamad Amir: Karya dan Pengabdiannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, 1986.

Sy. Apero Fublic

Nama-Nama Pejabat Menteri dan Gubernur Dalam Kabinet Pertama Indonesia (29 Agustus 1945)

Foto Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta beserta para pemimpin lainnya sedang berjalan memasuki tempat sidang. Hasil sidang terbentuknya kabinet pertama Indonesia berbentuk Kabinet Presidensil. Sidang dipimpin langsung oleh presiden di Jakarta pada 19 Agustus 1945, tepatnya sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan.


APERO FUBLIC.- Kita sebagai penerus bangsa Indonesia tentulah penasaran  siapa-siapa saja yang menjadi menteri dan gubernur yang pertama saat pertama kali negara kita didirikan oleh pendahulu kita. Tentu mereka orang-orang yang memiliki keberuntungan besar karena menjadi pemain sejarah bangsa kita.

Kita sebagai pewaris dan penikmat alam kemerdekaan tentulah harus bersyukur atas rahmat Allah telah mengkaruniakan kemerdekaan. Kabinet pertama disusun dan disepakati kurang dari dua minggu setelah proklamasi kemerdekaan. Semua diangkat oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta.

1. R. A.A. Wiranatakusumah sebagai Menteri Dalam Negeri.
2. Akhmad Subarjo sebagai Menteri Luar Negeri.
3. Profesor Supomo sebagai Menteri Kehakiman.
4. R.P. Surakhman sebagai Menteri Kemakmuran atau dikenal zaman kita sekarang Menteri Kordinator Kesejahteraan Rakyat (MENKOKESRA).
5. Samsi sebagai menteri Menteri Keuangan.
6. R. Buntaran sebagai Menteri Kesehatan.
7. Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran kalau kita sekarang Menteri Pendidikan.
8. Iwa Kusumasumantri sebagai Menteri Pengajaran. Dalam buku referensi  tidak dapat dipahami mengapa ada dua menteri yang sama.
9. Mr. Amir Syarifuddin sebagai Menteri Penerangan dapat kita samakan dengan kementrian Komunikasi dan Informasi di zaman sekarang.
10. R. Abikusno Cokrosujoso sebagai Menteri Perhubungan.
11. R. Otto Iskandardinata sebagai Menteri Negara.       
12. Dr. Mohammad Amir sebagai Menteri Negara.
13. Mr. Maramis sebagai Menteri Negara.
14. Mr. Sartono sebagai Menteri Negara.
15. Wahid Hasyim sebagai Menteri Negara.
16. Gatot sebagai Jaksa Agung.
17. A.G. Pringgodigdo sebagai Sekretaris Negara.
18. Sukarjo Wiryopranoto sebagai Pembicara. Kalau di zaman kita mungkin sama dengan Juru Bicara Presiden.
19. Kusumaatmaja sebagai Ketua Mahkama Agung.
20. Sukamto sebagai Kepala Polisi. Kalau di zaman sekarang sama dengan KAPOLRI.

Setelah nama-nama tersebut disusun. Setelah diamati masih ada kekurangan bagian dari Pemerintahan Pusat. Dimana tidak ada kementrian yang mengkomandoi tentang keamanan secara menyeluruh. Maka menyusul setelah semua itu diangkatlah menteri keamanan.

21. Sulyohadikusumo sebagai Menteri Keamanan. Kalau sekarang kita kenal dengan nama Menteri Pertahanan dan Keamanan (MENHANKAM). Lalu diangkat juga Mayor Urip Sumohardjo sebagai Kepala Stap Umum.

Untuk pejabat Menteri Negara kemungkinan waktu penyusunan kabinet masih belum maksimal. Sehingga dibuat sebagai Menteri Negara terlebih dahulu. Di saat keadaan telah baik mereka akan ditugaskan pada bidang yang berbeda. Mereka juga dijadikan sebagai menteri-menteri cadangan dalam kabinet. Dalam keadaan yang ingin serba cepat dan sulit tentu akan sulit menyusun secara maksimal.

Selain membentuk kabinet dan mengangkat menteri, Pemerintah Pertama juga mengangkat dan menetapkan pejabat Gubernur untuk meneruskan pemerintahan di tingkat daerah di seluruh Indonesia. Nantinya para gubernur akan membentuk pemerintahan di daerah dan meneruskan proklamsi kemerdekaan. Karena zaman tersebut belum ada sistem teknologi komunikasi dan informasi sehingga penyampaian berita harus secara langsung. Hanya radio yang ada, itupun terbatas hanya di perkotaan saja. Saangat sedikit desa-desa dan pedalaman yang memiliki radio.

1. Suwiryo diangkat sebagai Walikota kota Jakarta.
2. Teuku T.M. Hasan sebagai Gubernur Sumatera.
3. Sutarjo Kartahadikusumo sebagai Gubernur Jawa Barat.
4. Suroso sebagai Gubernur Jawa Tengah.
5. Suryo sebagai Gubernur Jawa Timur.
6. Pangeran Muhamad Noor sebagai Gubernur Kalimantan.
7. Dr. Samratulangi sebagai Gubernur Sulawesi.
8. I Gusti Ktut Puja sebagai Gubernur Nusa Tenggara.
9. J. Latuharhary sebagai Gubernur Maluku.

Begitulah susunan Kabinet Pertama sekali Negara Indonesia yang disusun sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan dan nama-nama Gubernur yang pertama kali diangkat di Indonesia. Masa itu, pembagian provinsi belum berjalan. Para gubernur menjabat untuk mewakili daerah-daerah terlebih dahulu.

Baru kemudian akan diadakan penyusunan dan penyelidikan untuk membentuk provinsi-provinsi baru. Seiring berjalan setelah melalui perjuangan yang panjang dan menumpahkan air mata dan darah. Negara kita merdeka penuh pada tahun 1949 setelah Kolonial Belanda menyerah dan pergi dari Indonesia.

Rewrite: Tim Apero Fublic.
Editor. Melly.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 20 Mei 2022.
Sumber: Wisnu Subagyo. Dr. Mohamad Amir: Karya dan Pengabdiannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, 1986. Dikutip dari naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 Jilid I halaman 399.

Sy. Apero Fublic

5/18/2022

Mengenal Doktor Psychiatri Pertama Indonesia: Mohammad Amir

APERO FUBLIC.- Daerah Talawi terletak di Kabupaten Sawalunto-Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Menurut cerita tutur masyarakat nama Sawalunto berasal dari area “sawah” yang dijadikan tempat tinggal oleh salah satu kelompok masyarakat Minang yang menamakan diri mereka “orang lunto.” Lambat laun dari waktu ke waktu daerah tersebut dikenal dengan nama Sawalunto.

Menjelang abad ke 20 di daerah Talawi hiduplah sebuah keluarga religius. Kepala rumah tangga bernama Datuk Malano, istrinya bernama Siti Alamah. Datuk Malano seorang pedagang ternak, dia menjual kerbau, sapi, kambing dan lainnya. Dari pernikahan Datuk Malano dan Siti Alamah mereka mendapatkan anak laki-laki yang dinamai Mohamad Amir. Seiring waktu berjalan Datuk Malano menikah lagi dan mendapat anak perempuan dinamai, Rubai.

Mohamad Amir lahir pada tanggal 27 Januari 1900 di Talawi. Pada umur tujuh tahun Mohamd Amir mulai menempuh dunia pendidikan. Masuk sekolah HIS (Hollands Inlandsche School) di Talawi. Dia dapat masuk sekolah tersebut karena ditanggung oleh pamannya (mamak) yang kebetulan mengajar di HIS Talawi, bernama Mohamad Yaman. Sekolah HIS menempuh pendidikan selama tujuh tahun dikhusukan untuk anak-anak orang Indonesia yang bekerja di Pemerintah. Seperti anak wedana, anak guru, anak Pegawai Pemerintah Belanda. Sekolah HIS mengajarkan materi pelajaran Bahasa Belanda dari kelas satu sampai kelas tujuh.

Mohamad Amir mempunyai hobi membaca buku, sehingga wawasannya terus bertambah. Membuat pemikiran Mahamad Amir tumbuh cerdas dan berkembang. Kemudian dia menjadi suka menulis untuk menuangkan ide-ide dan gagasannya. Dia selalu mengembangkan pemikirannya sehingga terbentuk kreatifitas menulis seiring bertumbuh intelektualnya. Hal tersebut didorong oleh Landjoemin Datuk Toemenggoeng salah seorang penerbit surat kabar Soeloeh Peladjar, Tjahja Hindia, dan Neratja. Dari hasil menulisnya dia mendapat honor dan digunakan untuk membayar sekolahnya.

Pada tahun 1914 beliau menamatkan sekolah HIS. Kemudian melanjutkan ke sekolah menengah ELS (Europesche Legere School) di Sawalunto. Selanjutnya dia pindah ke Bukittinggi. Di Bukittinggi dia kemudian berkenalan dengan Mohamad Hatta, Abdullah Ahmad, dan M. Thaher Marah Sutan. Ketiganya kemudian mencetuskan ide pendirian organisasi kepemudaan bernama Jong Sumatera pada tahun 1917. Mohamad Hatta menjadi ketua organisasi, sedangkan Mohamad Amir sebagai anggota biasa. Pada tahun 1918 Mohamd Amir menamatkan sekolah ELS.

Dengan bekal nilai yang baik Mohamad Amir dapat masuk ke STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) di Batavia atau Jakarta di tahun itu juga (1918). Selama mengikuti kuliah dia menjadi redaktur surat kabar Jong Sumatera. Sejak itu dia dikenal sebagai seorang penyair dan penulis terkemuka. Walau dia sangat sibuk antara kuliah dan kerja (wartawan) dia dapat menyelesaikan studinya dengan baik pada tahun 1923. Umur 23 tahun usia sangat muda kalah itu untuk karir pendidikan. Sebagaimana kemenakannya Mohamad Yamin yang sudah berumur 29 tahun baru menyelesaikan Sekolah Hukum (Rechts Hooge School).

Kecintaannya pada ilmu pengetahuan terus tumbuh. Setahun setelah selesai sekolas STOVIA dia berangkat ke Negeri Belanda pada tahun 1924. Melanjutkan pendidikannya di Geneeskunding Hogeschool, Utrecht University, Belanda. Kuliah di sana dia mengambil jurusan ilmu jiwa, psikiater (psychiatri). Selama menjadi mahasiswa dia tidak menonjol. Namun diam-diam dia bergerak pada bidang lain bersama pemuda Indonesia lainnya di Belanda. Mohamad Amir bergabung dengan organisasi pemuda, Perhimpunan Indonesia (PI) yang sangat terkenal itu. Dia menjadi pengurus organisasi untuk periode 1924-1925 yang diketuai oleh Sukiman Wirjosandjojo. Kemudian menjadi komisaris organisasi bersama Budiarto dan Mohamd Yusup.

Empat tahun mengikuti pendidikan di Utrecht University dia berhasil menyelesaikan studinya. Sehingga dia berhak mendapat gelar arts dan doctor in de medisijn. Selama mengikuti kuliah dia terus menulis di surat-surat kabar diantaranya Neratja dan Hindia Baroe sehingga honornya dia dapat menambah uang kuliahnya. Mohamad Amir adalah orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Doktor ilmu psikiatri atau ilmu kejiwaan pada tahun 1931. Sehingga dia dapat mengabdikan dirinya pada masyarakat pada bidang ilmu sastra dan kesehatan.

*****

Setelah pulang dari negeri Belanda Mohamad Amir menjadi dokter dari tahun 1934 sampai tahun 1937, dia dan keluarganya menetap di Medan. Dari tahun 1937 sampai pendudukan militer Jepang Dr. Mohamad Amir menjadi dokter pribadi Sultan Langkat. Menetap di Tanjung Pura, Sumatera Timur. Selama hampir satu dekade beliau sangat dekat dengan kaum pergerakan dan kaum kerajaan.

Karena pengaruh Dr. Mohamad Amir yang luas, pada tahun 1945 dia diminta Pemerintah Militer Jepang menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dia bersama-sama Mr. T.M. Hasan dan Mr. A. Abas untuk mewakili Pulau Sumatera. Karena mengikuti agenda di Jakarta ikut saat terjadinya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia di Jakarta, serta mengikuti sidang-sidang PPKI.

Kembali ke sumatera dengan pesawat terbang ketiganya tiba di Palembang. Mr. A. Abas tetap di Palembang karena dia perwakilan dari wilayah Sumatera Bagian Selatan. Dr. Mohamad Amir perwakilan dari wilayah sumatera bagian Barat dan Tengah. Sedangkan TH. M. Hasan dari Sumatera bagian Utara dan Timur. Dr. Mohamad Amir dan TH. M. Hasan melanjutkan perjalanan melalui darat. Sepanjang perjalanan dimana mereka melakukan rapat dan memberitahu berita proklamasi kemerdekaan yang sudah terjadi, di Jakarta.

Tanpa sepengetahuan beliau, dia kemudian diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Pertama Republik Indonesia. Tugas dilaksanakan melalui Sumatera Timur karena dia berada di Medan. Di tahun yang sama beliau diangkat menjadi wakil gubernur Sumatera. Setahun berikutnya pada 16 Januari 1946 dia diangkat menjadi ketua Balai Penerangan dan Penyelidikan Provinsi Sumatera dan Mr. Luat Siregar sebagai wakilnya.

*****

Doktor Mohamad Amir memiliki perawakan sedang, berwajah tampan dan berambut lurus. Dia dapat dikategorikan sebagai seorang sastrawan dan digolongkan sebagai Pujangga Baru yang produktif. Pada masa jayanya hampir setiap minggu karya tulisnya dimuat pada surat-surat kabar atau majalah-majalah. Dia mudah bergaul dan memiliki pergaulan luas. Dia hobi membaca, cerdas dan jujur. Dia memiliki semangat tinggi, cermat dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Baik itu tugas sebagai siswa, mahasiswa, tugas organisasi, kerja dan abdi negara.

Dalam kesehariannya dia berpenampilan gaya Barat. Baik itu dalam organisasi atau dalam keluarga. Mungkin karena dia berpendidikan Barat dan beristri orang Belanda. Walau demikian dia tetap suka menolong semua orang. Sikap demikian terlihat dalam tugasnya sebagai dokter. Dia berprilaku biasa-biasa saja karena menurutnya menjadi dokter hanyalah sebuah pengabdian pada rakyat dan negara. Dia tidak memiliki sifat neo-feodalisme sebagaimana orang-orang yang merasa tinggi derajadnya hanya karena ada kedudukan atau sedikit kekayaan.

Kelemahan beliau adalah dia selalu mudah percaya pada orang-orang di hadapannya atau berita dari media. Sulit mengendalikan keinginan istrinya orang Belanda sehingga dia ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam hal kenegaraan. Banyak yang menduga demikian karena terlambatnya proklamasi kemerdekaan di Sumatera Utara. Kemungkinan dari jiwanya yang demikianlah yang menyebabkan dia terjebak permainan kelompok kiri. Menyebabkan terjadinya kerusuhan sosial semasa tanggung jawab gubernur padanya.

Tiada gading yang tak retak, begitulah pepatah. Setelah masa-masa itu berlalu, Dr. Mohamad Amir dipindahkan tugas ke Makasar (Ujungpandang) sebagai dokter biasa. Dalam masa itu dia menyadari kehilapannya semasa di Sumatera. Dia yang seorang nasionalis ulung yang telah dibangun sejak kecil sampai dia menjadi Pejuang Pergerakan. Namun dia harus jatuh dalam penghujung perjalanan perjuangannya.

Dalam keadaan demikian rasa bersalah yang mendalam menyerang jiwanya. Kemudian beliau jatuh sakit dan semakin parah. Lalu dia berobat ke Negeri Belanda berangkat bersama keluarganya pada tahun 1948 dimana terjadi Agresi Militer Belanda II di Indonesia. Setahun kemudian (1949) Dr. Mohamad Amir meninggal dunia. Sedangkan istri dan kedua anaknya tetap tinggal di Negara Balanda. Dr. Mohamad Amir tetaplah salah satu tokoh bangsa kita dan seorang pejuang. Kesalahan yang dia lakukan bukanlah murni dari hati nuraninya. Tetapi situasi yang terjadi diluar kendalinya.

Oleh. Joni Apero
Editor. Totong Mahipal.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 18 Mei 2022.
Sumber: Wisnu Subagyo. Dr. Mohamad Amir: Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.

Sy. Apero Fublic.

5/17/2022

MAKNA: Mengenal Pengertian Nisan atau Maesan

APERO FUBLIC.- Sedikit berbagi tentang ilmu pengetahuan mengenai nisan. Nisan kita kenal sudah sangat akrab dengan kehidupan sosial manusia. Nisan digunakan untuk penanda kuburan, baik itu tanda adanya kubur, arah kepala dan kaki, serta menjelaskan kepercayaan manusia yang dikubur di dalamnya.

Sekarang kita membicarakan nisan atau maesan dalam artian kebudayaan Indonesia. Dalam pandangan akademisi yang menjelaskan tentang asal kata nisan atau maesan. Pertama, menurut Wilkonson berpendapat nisan atau maesan berpendapat berasal dari kosa kata dalam bahasa Persia (Iran), yang berarti tanda.

Sedangkan menurut Hidding berkesimpulan bahwa maesan berasal dari kata paesan yang bermakna cermin untuk berhias. Hal tersebut merujuk dari kata paes dalam bahasa Sunda yang berarti, hias. Kemungkinan nisan atau maesan memberikan pesan agar manusia selalu bercermin pada nisan. Agar hidup selalu mengingat kematian dan takutlah untuk berbuat dosa.

Menurut L.Ch. Damais memandang maesan atau nisan berasal dari kata mahisa yang berarti kerbau. Dia menghubungkan dengan kebudayaan asli Indonesia pada zaman megalitikum (pra-sejarah) dimana terdapat banyak menhir-menhir pengorbanan. Masyarakat zaman itu selalu melakukan pengorbanan di dekat menhir dengan memotong kerbau. Di zaman kita sekarang tradisi tersebut masih melekat pada masyarakat Toraja, Sulawesi.

Sekarang tinggal kita yang memahami dan memaknai arti nisan. Kelak nama kita akan di tulis. Jangan menjadikan nisan atau maesan sebagai benda keramat atau menjadikan tempat meminta togel. Sebab nisan hanyalah sebuah tanda, cerminan kehidupan dan warisan budaya leluhur. Nisan hanyalah buatan tangan manusia, tidak ada yang istimewa. Hanya kita perlu memahami pesan-pesan kehidupan ini sebagai manusia yang akan mati.

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Rama Saputra.
Palembang, 17 Mei 2022.
Sumber: Hasan Muarif Ambari. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Logos Wacana Ilmu. Ciputat, 1998.

Sy. Apero Fublic

5/16/2022

SEJARAH DAERAH: Mengenang Perlawanan Rakyat Desa Sesela

APERO FUBLIC.- Desa Sesela terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lombok. Sekarang Desa Sesela masuk administrasi Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Desa Sesela salah satu desa dari dua belas desa yang berada di Kecamatan Gunungsari. Penduduknya beragama Islam dan dikenal dengan kelompok masyarakat Melayu Sasak. Desa Sesela terletak di bagian barat Pulau Lombok.

Sebab pemberontakan, pertama karena keberatan masyarakat Desa Sesela untuk membayar pajak yang dirasakan mereka sangat berat dan tidak adil. Kedua cara pendekatan pemerintah atau mungkin agen pajak yang tidak sopan atau mungkin juga memaksa. Masyarakat pun menjadi tersinggung sebab mereka adalah orang-orang merdeka bukan budak.

Oleh karena itulah masyarakat Desa Sesela menolak semua bentuk pajak yang memberatkan mereka. Karena mereka tidak mau membayar pajak maka petugas pajak mendatangi mereka. Dengan dikawal beberapa orang polisi Kontrolir Pajak dan seorang Kontrolir Agraria berangkat menuju Desa Sesela.

Mengetahui hal tersebut masyarakat Desa Sesela dibawa pimpinan Amaq Nurisah yang tidak mau membayar pajak memberatkan, melakukan perlawanan. Tim Kontrolir BB dan Kontrolir Agraria bersama para pengawal diserang oleh masyarakat. Kontrolir BB tewas dan kontrolir Agraria luka-luka.

Kemudian bantuan tentara Belanda dari Mataram didatangkan. Amaq Nurisah akhirnya gugur dalam perlawanan mereka menentang ketidakadilan tersebut. Setelah itu, tentu saja perlawanan rakyat dapat dihancurkan. Rakayat biasa dengan senjata seadanya tidak dapat melawan tentara bersenjata lengkap dan terlatih. Bagi mereka rakyat Desa Sesela yang gugur adalah mati syahid. Bagi kita bangsa Indonesia mereka adalah pahlawan.

Apa pelajaran dalam peristiwa tersebut. Dalam kebijakan-kebijakan pemerintah terkhusus pada sektor pajak agar berhati-hati dalam menerapkan pajak pada masyarakat. Jangan sampai pemerintah kehilangan kendali dalam menerapkan pajak-pajak yang memberatkan masyarakat. Dimana pun dalam sebuah pemerintahan selalu masalah pajak selalu memicu perlawanan. Kemiskinan yang mengikuti juga menyebabkan rusaknya kedamaian dan munculnya banyak kejahatan.

Selain itu, petugas-petugas pajak juga haruslah memiliki cara-cara yang manusiawi dalam mengenalkan pajak. Hindari petugas pajak yang korup dan serakah agar tidak merusak citra pemerintah di mata rakyat. Pajak juga sangat penting untuk kelangsungan jalannya pemerintahan. Dimana masyarakat juga harus menyadari dan jujur dalam menyikapinya.

Bagi masyarakat kecil mereka tidak memiliki ambisi-ambisi besar. Tidak menginginkan hal-hal besar dalam tujuan politik dan program pemerintah. Rakyat kecil hanya memikirkan bagaimana mereka makan dan hidup damai. Dari peristiwa itu, kita dapat melihat betapa miskinnya Pemerintahan Kolonial Belanda dahulu sebab memaksa petani miskin di desa untuk membayar pajak.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Joni Apero
Palembang, 17 Mei 2022.
Sumber: Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978.

Sy. Apero Fublic