PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

7/24/2021

Musi Banyuasin Terapkan PPKM Level IV.

Bupati Dodi Reza Fasilitasi Semua Kebutuhan Warga Musi Banyuasin.

APERO FUBLIC.- MUSI BANYUASIN. Pasien terpapar COVID-19 yang terus meningkat belakangan ini baik yang mendapatkan perawatan di rumah sakit maupun isolasi mandiri (isoman) terus mendapatkan perhatian maksimal dari Bupati Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA.

Sejumlah bantuan baik berupa obat-obatan maupun kebutuhan pokok terus disalurkan ke warga yang terpapar dan terdampak COVID-19 di Muba. Bahkan, beberapa waktu belakangan Bupati Dodi Reza mengantarkan langsung bantuan obat-obatan dan daging kurban ke pasien isoman COVID-19.

"Sejak jauh hari kita mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19 di Muba, kami telah menyediakan Rumah Sakit Darurat yang dapat menampung ratusan pasien," ujar Dodi Reza saat mengikuti video conference Rapat Koordinasi Pembahasan Penerapan PPKM Level III dan IV di Luar Jawa Bali, Sabtu (24/7/2021).

Selain itu, Pemkab Muba juga telah mendistribusikan bed atau ranjang pasien COVID-19 ke setiap desa. "Fasilitas terus kita maksimalkan guna mengantisipasi lonjakan pasien yang terpapar COVID-19," tuturnya.

Dikatakan, dengan bertambahnya pasien terpapar COVID-19 di Muba, maka terhitung pada Senin 26 Juli 2021 hingga 8 Agustus 2021 Muba menerapkan PPKM level IV.

"Dengan penerapan PPKM level IV ini akan ada pembatasan ketat yang dilaksanakan, yakni diantaranya untuk operasional pasar tradisional dibatasi hanya sampai pukul 15.00 WIB dan pelaku UMKM sampai pukul 21.00 WIB," ulasnya.

"Semua rumah makan diwajibkan untuk hanya melayani take away dan tidak melayani makan ditempat," tegasnya.

Kepala Daerah Inovatif ini menambahkan, pelaksanaan pembatasan dan penertiban di lapangan juga mengedepankan cara yang humanis. "Yang diawasi dan ditertibkan yakni kerumunan, dan petugas di lapangan juga mengedepankan sikap humanis," tegasnya.

Dodi Reza memastikan, untuk pasokan oksigen di rumah sakit yang ada di Muba terjaga dan aman. "Ketersediaan oksigen di Muba kita pastikan aman, dan dapat mengcover kebutuhan warga Muba," ucapnya.

Lanjut Dodi, penerapan PPKM Level IV ini dilaksanakan agar jumlah warga Muba yang terpapar COVID-19 bisa menurun. "Jadi ini bukan sesuatu yang harus ditakuti berlebihan, prinsipnya kita masing-masing harus terus mematuhi prokes COVID-19 serta demi menekan angka penularan COVID-19," tegasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meminta agar semua Kepala Daerah pro aktif dalam penanganan serta pencegahan penularan wabah COVID-19 di wilayah masing-masing. "Pastikan kebutuhan warga terjamin," tuturnya.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani menuturkan sejumlah bantuan untuk masyarakat mulai harus didistribusikan baik bantuan uang dan bantuan lainnya yang bersumber dari APBN dan APBD. "Bantuan harus disalurkan dengan tepat sasaran dan mengcover kebutuhan masyarakat di wilayah masing-masing," urainya.

Dalam kesempatan video conference Rapat Koordinasi Pembahasan Penerapan PPKM Level III dan IV di Luar Jawa Bali tersebut, Bupati Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA turut didampingi Kepala Dinkes Muba dr Azmi Dariusmansyah MARS, Kepala BPBD Muba Joni Martohonan AP MSi dan Kadis Kominfo Muba Herryandi Sinulingga AP. (HS).

Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 24 Juli 2021.

Sy. Apero Fubic.

Upaya Negara Muslim dalam Mewujudkan Palestina Merdeka.

APERO FUBLIC.- Konflik Palestina-Israel senantiasa mendapatkan perhatian khusus dalam setiap aktifitas dan politik luar negeri Indonesia, diantaranya sebagai berikut. Indonesia konsisten menyuarakan hak-hak rakyat Palestina, termasuk mendorong berdirinya negara Palestina yang merdeka, demokratis, sejahtera, dan hidup berdampingan secara damai dengan Israel dibawah prinsip “two-state solution“, terlebih dalam setiap kesempatan Indonesia menjadi Anggota Tidak Tetap DK PBB.

Indonesia juga selalu mendorong agar DK PBB mengeluarkan keputusan yang produktif bagi penyelesaian masalah Palestina sebagai cerminan tanggung jawab DK PBB sebagai organ utama PBB yang mengurusi pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Berbagai diplomasi konkrit Indonesia bagi perwujudan kemerdekaan dan pembentukan negara Palestina, diantaranya sebagai berikut:

Penyelenggaraan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada bulan April 2015 yang menyepakati Declaration on Palestine yang pada intinya mengarisbawahi dukungan negara-negara Asia dan Afrika terhadap perjuangan bangsa Palestina dalam rangka memperoleh kemerdekaannya dan upaya menciptakan two-state solution. Peringatan 60 Tahun KAA juga menghasilkan Deklarasi Penguatan New Asia Africa Strategic Partnership yang diantaranya menegaskan kembali dukungan negara-negara Asia dan Afrika bagi penguatan bantuan kapasitas kepada Palestina.

Menjadi tuan rumah International Conference on the Question of Jerusalem pada tanggal 14-16 Desember 2015 bekerja sama dengan Organisasi Kerjasama Islam dan United nations Committee on the Inalienable Rights of the Palestinian People. Pertemuan secara khusus membahas isu Jerusalem yang merupakan salah satu dari 6 outstanding core issues dari penyelesaian konflik Palestina dan Israel (isu pengungsi, pemukiman ilegal Israel, perbatasan, keamanan, dan air).

Atas permintaan Presiden Palestina, menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa (LB) OKI ke-5 tentang Palestina dan Al-Quds Al-Sharif pada tanggal 6-7 Maret 206. Pertemuan dilatarbelakangi proses perdamaian Palestina dan Israel yang tidak mengalami kemajuan berarti, serta siklus baru kekerasan di Jerusalem, termasuk pembatasan akses beribadah ke Masjid Al-Aqsa pada akhir tahun 2015.

KTT LB OKI menghasilkan 2 outcome documents, yaitu sebuah resolusi yang menegaskan posisi prinsip dan komitmen OKI untuk mendukung Palestina dan Al-Quds Al-Sharif, dan Jakarta Declaration gagasan Indonesia yang memuat langkah-langkah konkrit untuk dilakukan oleh para pemimpin dunia Islam guna memajukan penyelesaian masalah Palestina dan Al-Quds Al-Sharif. Selain dukungan di tingkat multilateral, Indonesia juga membantu Palestina, antara lain:

1.Bantuan “in kind” berupa pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi 1.257 warga Palestina.

2.Komitmen pemberian pelatihan di bidang infrastruktur, teknologi, informasi, pariwisata, light         manufacturing, dan pertanian senilai USD 1,5 juta bagi warga Palestina dibawah kerangka the Conference on Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD).

3.Bantuan sebesar Rp 20 miliar untuk pembangunan Indonesian Cardiac Center di RS As-Shifa di Gaza.

4.Kontribusi kepada UNRWA sejak tahun 2009-2014 sebesar USD 360.000.

Saat ini tengah dijajaki kemungkinan menghidupkan kembali kontribusi rutin Indonesia kepada UNRWA yang telah dinon-aktifkan sejak 2014, yakni diharapkan sebesar USD 200.000 per tahunnya. Ke depannya seiring dengan masuknya Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB mulai tanggal 1 Januari 2019, Indonesia akan memanfaatkan keanggotaan di DK PBB tersebut untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan upaya konkrit bagi terwujudnya perdamaian antara Palestina-Israel. Hal itu akan menjadi salah satu isu utama yang akan diusung Indonesia selama di DK PBB. Masa keanggotaan Indonesia di DK PBB berlangsung hingga 31 Desember 2020.

Posisi Indonesia: Secara mendasar, posisi umum Indonesia terkait isu Palestina, sebagai berikut:

1.Mendukung langkah-langkah Palestina dalam mewujudkan kemerdekaan.

2.Mengembalikan sentralitas isu Palestina di dunia internasional di tengah konflik yang terjadi di negara Timur Tengah saat ini.

3.Mendorong pengakuan kedaulatan Palestina oleh negara anggota PBB dan organisasi internasional.

4.Mendukung inisiatif negara-negara dan PBB guna menghidupkan kembali perundingan damai Palestina-Israel berdasarkan “solusi dua negara” (two state solutions).

5.Menggalang negara-negara OKI menemukan solusi damai penyelesaian masalah Palestina – Israel.

6.Terus mengupayakan agar Palestina, terutama kompleks Al Aqsa, ditempatkan dalam Perlindungan Internasional (International Protection).

Uang jutaan dollar tersebut akan disalur dalam beberapa program salah satunya UNRWA dan untuk pengungsi salah satu bentuknya adalah Klinik mata (ophthalmology clinic) dan Klinik telinga hidung dan tenggorokan (ENT clinic). Klinik ini diserah terimakan pada 21 april 2019 kepada MAP yordania (medical aid for Palestinian clinic).

Klinik bertujuan untuk bantuan pada pengungsi palestina di yordania. Selain itu, BAZNAS juga menyerahkan bantuan dana 150.000 USD yang diserahkan kepada Dubes RI Amman pada tanggal 7 januari 2019. Ini adalah tahap awal hasil kerja sama BAZNAS dengan JHCO selain dari sisi kebijakan secara finansial Indonesia juga membantu dengan penyerahan bantuan sebesar 845.000 USD khususnya di daerah Gaza. Bu RETNO juga menambahkan Indonesia akan meningkatkan kontribusi pada unrwa menjadi usd 2 juta pada tahun 2019-2020 yang sebelumnya sebesar usd 200 ribu.

Selain itu, disisi kemanusiaan Indonesia membantu dengan melatih 90 aparat dan sipil warga palestina dibidang pemberdayaan perempuan, good goverrance, dan budidaya buah-buah tropis, pelatihan penerbangan yg disertai sertifikat commercial pilot license serta bidang pengawsan obat, pada tahun 2019.

Selain disisi kemanusiaan Indonesia juga membantu dibidang Pendidikan; menandatangani MoU antara BAZNAS dan UNRWA, mengenai nota kesepahaman beasiswa bagi warga palestina yang mau melanjutkan Pendidikan di PTN indonesia

Indonesia juga membantu Palestina melalui kebijakan kebijakan pemerintah Indonesia diantaranya adalah pembebasan tarif bea masuk produk asal Palestina yakni minyak zaitun dan kurma hal ini ditujukan untuk membantu perekonomian palestina dikutip dari Menteri enggar megatakan “Yang Namanya teman, yang Namanya bersaudara tidak ada untumg rugi.

Oleh. Resti Juliani.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 24 Juli 2021.

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Politik Islam.

Sy. Apero Fublic.

7/23/2021

Dodi Reza Siap Dukung Program Ketum KADIN Secara Inklusif dan Kolaboratif.

APERO FUBLIC.- JAKARTA. Usai resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Periode 2021-2026, Arsjad Rasjid melaksanakan Rapat Koordinasi Perdana, antara KADIN Indonesia dengan Forum Para Ketua Umum KADIN Indonesia Provinsi Se-Indonesia secara virtual, Jum'at (23/7/2021).

Bupati Musi Banyuasin (Muba) yang juga Ketua Umum KADIN Sumatera Selatan (Sumsel), Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA turut hadir pada rakor  secara virtual ini. Pada rakor  tersebut, Dodi menyampaikan  KADIN Sumsel siap mendukung program-program Ketum KADIN Pusat secara inklusif dan kolaboratif.

"Sesuai arahan dari KADIN Pusat, kami KADIN Sumsel sudah memfasilitasi vaksinasi gratis kepada seluruh pelaku UMKM di Sumsel kurang lebih satu bulan yang lalu. Pemulihan perekonomian juga dimulai dari pelaku UMKM, oleh sebab itu bersama KADIN di seluruh Sumatera Selatan kita fasilitasi vaksin gratis untuk semua pelaku UMKM di Sumsel," paparnya.

Kepala Daerah Inovatif ini juga menyebutkan, terkait pentingnya pemberian pemahaman kepada pemerintah daerah tentang keberadaan KADIN, dirinya siap  mengagendakan pertemuan antar KADIN dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).

"Kebetulan saya sebagai Ketua Bidang Energi Dan Sumber Daya Mineral (SDM) di kepengurusan APKASI, maka saya akan hadir langsung untuk mempertemukan KADIN dengan para kepala daerah guna memberikan pemahaman kepada pemerintah hadirnya KADIN yang inklusif dan kolaboratif untuk bersama membangun daerah," pungkas Dodi. Dodi juga mengatakan, dirinya mendukung rencana kegiatan roadshow untuk menemui para duta besar guna mencari sponsorship.

"Tentunya perlu mencari endorsement dan gaet investasi, apalagi mengenai hilirisasi, penting sekali karena negara luar sekarang ini sedang sangat tertarik sekali mengenai perkebunan yang berkelanjutan, tentu kami di daerah juga ikut bersemangat kegiatan roadshow ini,"ucapnya.

Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengapresiasi  kegiatan vaksin gratis bagi pelaku UMKM yang telah dilakukan oleh KADIN Sumsel di bawah komando Dr H Dodi Reza Alex Noerdin.

"Bagus sekali kegiatan yang telah dilakukan KADIN Sumsel, kami ucapkan terimakasih kepada Pak Dodi untuk dukungannya ikut serta dalam rencana roadshow mendatang, kami juga menunggu nanti agenda dari pak Dodi kapan pertemuannya KADIN dengan APKASI," sebutnya. (HS).

Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 23 Juli 2021.

Sy. Apero Fublic

7/22/2021

Ajang Pemilihan Koyong Kopek Musi Banyuasin 2021.

APERO FUBLIC.- SEKAYU. Kabar gembira untuk semua masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin. Telah dibuka ajang pemilihan Koyong-Kopek Musi Banyuasin. Nantinya yang terpilih akan menjadi Duta Pariwisata dan Budaya dari Kabupaten Musi Banyuasin.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda Olaraga dan Pariwisata Kabupaten Musi Banyuasin dilaksakan untuk mencari perwakilan sebagai Duta Pariwisata dan Budaya Kabupaten Musi Banyuasin. Tentu, ivent tersebut sangat kreatif, karena mengajak semua putra-putri Muba beraksi secara nyata dalam memajukan Kabupaten Musi Banyuasin. Tunggu apa lagi, jangan menyerah sebelum berjuang dan ikhlaslah dalam berusaha.

Pendaftaran telah di buka pada 1 Juli sampai dengan 13 September 2021. Kelengkapan administrasi dikirim melalui online ke email. www.officialKKM2021@gmail.com. Apabila ada kendala dalam pendaftaran dapat menghubungi Dovi Rustam: 0813 6506 6326, Iwan: 0822 8203 0072 dan  Nefri: 0813 6718 6292.

Persyaratan umum yang dipenuhi oleh para peserta pemilihan koyong-kopek Muba adalah; pertama, berusia 17 sampai dengan 26 tahun dan belum menikah. Kedua, berpenampilan menarik. Ketiga, pendidikan minimal SMA-sederajat. Keempat, mampu berkomunikasi dengan baik diutamakan menggunakan bahasa asing. Kelima, memiliki bakat tertentu dibidangnya. Keenam, belum pernah menjadi tiga besar pada Pemilihan Kuyung Kupek Muba sebelumnya. Ketujuh, tinggi badan minimal: Putra: 170 cm, dan Putri: 165 cm.

Sedangkan untuk perlengkapan administrasi yang dipenuhi para peserta; yang pertama, Mengisi Formulir Secara Online (bisa diunduh pada bio IG @OfficialKuyungKupekMuba). Kedua, fotocopi KTP/Kartu Mahasiswa/Kartu pelajar. Ketiga, fotocopi Kartu Keluarga. Keempat, surat Izin Orang Tua/Wali.

Kelima, Foto Close UP dan Full Body ukuran 4R dengan ketentuan, Putera: Baju Kaos Hitam Press Body, celana Jeans Warna Hitam, Sepatu Kerja. Puteri: Baju Kaos Hitam Press Body, celana jeans gelap, high hells. (Peserta yang menggunakan Hijab, menyesuaikan).

Jadilah bagian dari Duta Wisata Kabupaten Musi Banyuasin. Harumkan nama kabupaten yang tercinta dan buktikan kalau kamu bisa. Jangan sampai ketinggalan dan yuk bergabung bersama koyong-kopek Muba lainnya dalam pemilihan Koyong-Kopek Musi Banyuasin 2021.

Oleh. Herdoni Syafriansa
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Sekayu, 22 Juli 2021.

Sy. Apero Fublic

7/21/2021

Panitia Kurban Datangi Rumah Warga Isoman

APERO FUBLIC.- BAYUNG LENCIR-MUBA. Sesuai arahan Bupati Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA yang mengatakan bahwa daging kurban mesti diperioritaskaan bagi masyarakat kurang mampu dan warga yang sedang melakukan isolasi mandiri (Isoman).

Kali ini Panitia Kurban Kecamatan Bayung Lencir membagikan daging kurban secara door to door, kepada masyarakat kurang mampu dan warga Isoman, hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya kerumunan.

"Pemotongan hewan kurban kita lakukan mulai pukul 09.00 WIb, sebanyak 4 ekor sapi dan 3 ekor kambing dipotong tahun ini. " jelas Camat Bayung Lencir Muhammad Imron Didampingi ketua panitia kurban Drs Sailan Ikhsan ketika dibincangi Selasa (20/07/21).

Dirinya menjelaskan bahwa ratusan lebih daging kurban yang disebar kepada masyarakat menggunakan kontainer pelepah daun pinang.  "Alhamdulillah sesuai dengan yang kita harapkan pelaksanaan pemotongan hewan kurban ini tepat waktu dan tidak ada warga yang datang untuk berkerumun, sebab sebelumnya panitia juga telah menghimbau kepada masyarakat agar tidak hadir cukup menunggu dirumah, " ungkapanya.

Imron juga telah menjelaskan bahwa penggunaan pelepah pinang untuk membungkus daging kurban selain karena instruksi Bupati, sekaligus untuk memasyarakatkan kerajinan pelepah pinang asli dari Bayung Lencir, asal Desa Mendis.

"Kita juga berkeinginan agar masyarakat lainya bisa menjadikan penggunaan hasil kerajinan pelepah pinang ini untuk membungkus makanan, secara tidak langsing mengurangi plastik, bukan hanya bungkus tali yang kita gunakan untuk mengikat juga non plastik." terangnya.

Sementara Abdul Kadir warga Desa Mendis yang sedang melaksanakan Isoman mengucapkan banyak Terimakasih dan syukur karena panitia kurban kecamatan Bayung Lencir sudah mau jauh-jauh datang kerumahnya untuk mengantarkan daging kurban."Terimakasih banyak saya beserta keluarga ucapkan, semoga kita semua bisa merasakan berkahnya Idul Adha 1442 hijriah, dan semoga juga pandemi covid-19 ini cepat berlalu. " tutupnya. (HS).

Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 21 Juli 2021.

Sy. Apero Fublic.

Tak biasa, panitia bagikan daging kurban door to door dengan Besek Bambu.

APERO FUBLIC.- MUSI BANYUASIN. Pelaksanan penyembelihan hewan kurban di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) saat masa pandemi covid-19 dilakukan tak seperti biasanya. Sesuai Instruksi Bupati Musi Banyuasin, panitia pemotongan hewan kurban di Masjid Al Muhajirin Kecamatan Babat Supat mendistribusikan daging kurban langsung kerumah warga, dengan menggunakan kemasan “besek bambu”.

Guna memastikan terealisasinya intruksi Bupati Muba, Camat Babat Supat Rio Aditya SIP MSi ikut memantau pemotongan dan pendistribusian di beberapa desa yang ada di Kecamatan Babat Supat.

“Sesuai Intruksi pak Bupati H Dodi Reza Alex, maka pihak panitia kurban membagikan daging kurban langsung ke rumah-rumah warga yang dikemas dengan menggunakan besek bambu,” Jelas Camat Babat Supat Rio Aditya SIP MSi, (21/7/2021). Hal ini bertujuan guna menghindari adanya kerumunan sekaligus mengurangi limbah sampah plastik.

“Alhamdulillah, meski dilakukan tak biasa seperti tahun sebelumnya, kegiatan ini berjalan dengan lancar,” Pungkasnya.

Salah satu panitia kurban wilayah setempat menerangkan, sesuai dengan arahan yang disampaikan pemerintah, bahwa pelaksanaan pemotongan kurban harus tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) dan pendistribusian dilakukan secara door to door.

“Karena harus prokes, kita bagikan dagingnya dari rumah ke rumah, jadi tidak ada kerumunan,” ungkapnya. Selain pembagian secara langsung diantar ke rumah warga, dirinya juga mengatakan panitia kurban diwajibkan menggunakan masker saat melakukan pemotongan. (HS).

Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 21 Juli 2021.

Sy. Apero Fublic

7/20/2021

Teori Rekonstruksi Nama Sungai Komering dan Suku Komering.

APERO FUBLIC.- Nama-nama tempat atau sesuatu kawasan pada masyarakat zaman dulu terbentuk tanpa disadari oleh masyarakat setempat. Sangat jarang sekali masyarakat menamakan nama tempat tinggal atau nama sesuatu di sekitar mereka secara langsung, kecuali benda alat kehidupan dan nama anak-anak mereka. Nama-nama yang bersifat bukan milik pribadi terbentuk tanpa sengaja dan berlangsung dalam kurun waktu cukup lama. Selain itu, nama tempat atau nama kawasan alam sekitar mereka diambil dari nama-nama hal-hal yang dominan atau hal yang banyak dan terkenal.

Sebagai contoh misalnya nama Desa Gajah Mati di Musi Banyuasin yang awalnya hanyalah sebuah pemukiman biasa tanpa nama, diistilahkan dengan talang. Suatu ketika penduduk setempat menemukan bangkai gajah di dalam sebuah sungai kecil disekitar pemukiman (talang) mereka. Lalu berceritalah mereka pada warga lain kalau menemukan seekor gaja mati di dalam sungai kecil di tepi talang mereka. Sehingga semuanya tahu kalau ada gajah yang mati di sungai tersebut.

Sungai kecil belum ada namanya, selain itu banyak juga sungai-sungai lainnya. Maka saat berkomunikasi satu sama lain yang merujuk ke sungai yang di temukan adanya gajah mati. Maka penjelasan mereka selalu menyebut gajah mati. Misalnya dalam percakapan mereka seorang ibu-ibu yang mandi di sungai tersebut. “Ayo mandi di sungai,?” Kemudian yang satunya menjawab. “Sungai mana?.” Sebab memang banyak sungai-sungai di sekitar pemukiman mereka. “Mandi di sungai yang ada gajah mati dulu.” Jawab dan jelas ibu itu. Dengan disebut sungai yang ada gajah mati tersebut, yang lain jadi mengerti.

Begitulah selanjutnya dalam percakapan sehari-hari penduduk. Dalam hal mandi, memancing, memasang bubu, tempat berladang, menandai tempat adanya sesuatu yang berharga, selalu mengidentitaskan sungai tersebut dengan adanya gajah mati. Lama kelamaan penjelasan dan identitas adanya gajah mati menjadikan nama sungai kecil tersebut dengan nama Sungai Gajah Mati.

Manusia makhluk sosial, tentu mereka menjalin interaksi sosial dengan masyarakat lain. Masyarakat tersebut pun keluar dari pemukiman mereka, berinteraksi dengan masyarakat lain. Semisalnya belajar, tukar informasi, berdagang atau membeli sesuatu ke daerah lain. Mereka menjelaskan kalau pemukiman mereka terletak di dekat Sungai Gajah Mati. “Kalian dari mana?.” Lalu menjawab, “Kami dari Talang yang terletak di dekat Sungai Gajah Mati.” Lama kelamaan Talang atau pemukiman mereka dikenal dengan nama Talang Gajah Mati, orang Gajah Mati, talang mereka di dekat Sungai Gajah Mati. Nama Gajah Mati terbentuk dengan sendirinya seiring waktu, dan sampai sekarang nama sungai dan nama pemukiman tetap Gajah Mati.

Rekonstruksi nama tradisional tersebut adalah gambaran dari nama-nama tempat tradisional dari zaman dahulu. Sebab itulah, salah satu nama asli suatu kawasan tradisional tidak bisa dijadikan istilah suku bangsa. Sebab nama tempat tradisional terbentuk secara lepas yang dipengaruh kehidupan sosial masyarakat setempat, alam, budaya dan bahasa. Identitas suku bangsa dapat diberikan kalau sudah memiliki ciri-ciri khas dari sisi kebudayaan tidak bersambung dan ras yang berbeda.

Berikut ini kita merekonstruksi nama Sungai Komering dan nama Suku Komering. Nama Sungai Komering diambil dari nama seorang saudagar buah pinang dari India. Saudagar buah pinang ini kemungkinan datang ke Minanga untuk membeli buah pinang. Namanya dikenal dengan, Komering Sing. Kemudian saudagar pinang ini meninggal dunia dan dimakamkan di hulu sebuah sungai yang belum bernama (Muara Dua). Kata Komering berasal dari bahasa India yang berarti Pinang. Komering Sing bisa jadi memiliki makna, Juragan Pinang. Perlu juga di ketahui kalau penyebutan sungai zaman dahulu kita orang-orang Melayu dengan istilah Bantanghari.

Van Royen menamakan masyarakat yang mendiami sepanjang aliran Sungai Komering tersebut dengan, Jelma Daya. Namun mengapa orang-orang menyebut mereka dengan orang komering atau suku Komering. Sebagaimana rekonstruksi nama tempat di atas, nama sungai Gajah Mati dan nama desa Gajah Mati. Masyarakat mengambil istilah penjelas dengan menyebut sesuatu yang dominan atau sesuatu yang dikenal luas oleh masyarakat setempat. Maka penjelas sungai besar di kawasan mereka sekaligus membedakan dari sungai-sungai lain dengan menyebut Makam Komering.

Sebagai contoh, “memancing ikan di mana?. “ Lalu menjawab, “Di sungai, tempatnya tidak jauh dari makan Komering.” Atau, “mandi di mana?. “Di sungai.” Sungai mana?.” Di sungai yang ada makam Komering?. “ Percakapan demikian terus berlanjut dari waktu ke waku. Masyarakat terus mengidentifikasi dan penjelas tentang sungai yang disisinya ada kuburan Komering Sing. Lama kelamaan, beranak pinak, menyebar dan terus demikian dalam hal percakapan mengenai sungai mereka yang tidak bernama itu. Maka terbentuklah nama sungai tersebut dengan nama Sungai Komering.

Lalu mereka juga meyebar ke wilayah lain dan berinteraksi dengan kelompok masyarakat Melayu lainnya di Sumatera Selatan atau sekitarnya. Mereka menjelaskan kalau tempat tinggal mereka di dekat sungai Komering atau Sungai yang disisinya ada kuburan orang terkenal dan kaya, yaitu Komering Sing (Saudagar Pinang). Maka orang mengerti dan tahu letaknya. Oleh sebab itu, mereka kemudian menamakan mereka dengan orang yang tinggal di dekat Sungai Komering. Agar mudah maka disebutlah orang  Komering saja. Lalu para penulis yang tidak tahu menahu tentang ilmu budaya, sejarah, dan bahasa menulis dengan istilah suku.

Maka terbentuklah nama suku, yaitu Suku Komering. Semasa Kesultanan dan Hindia Belanda masyarakat juga mengidentifikasi mereka dengan Orang Uluan. Karena mereka tinggal di hulu. Lalu merasa berbeda satu sama lain. Padahal mereka adalah satu kelompok masyarakat, yaitu Melayu. Perlu kita ketahui kalau istilah suku adalah istilah tradisional untuk menamakan suatu kawasan dimana sebuah kelompok masyarakat tinggal atau nama daerah secara tradisional.

Nama sungai, nama gunung, nama orang, tidak sesuai dan tidak benar dijadikan nama sebuah suku bangsa. Sepertinya kita perlu menafsirkan kembali arti dari suku tersebut?. Kita juga perlu kritisi kapan kata suku kita kenal dan siapa yang mengenalkannya?. Apakah ada motif politik atau motif pecah belah pada Bangsa Melayu Nusantara perlu dipertanyakan. Suku????.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 21 Juli 2021.
Sumber: Arlan Ismail. Periodisasi Sejarah Sriwijaya: Bermula di Minanga Komering Ulu Sumatera Selatan, Berjaya di Palembang, Berakhir di Jambi. Palembang: Unanti Press, 2002. Sumber nama Gajah Mati: Berdasarkan rekonstruksi dari cerita-cerita tetua masyarakat di Desa Gajah Mati.

Sy. Apero Fublic.

Mengenal Minanga: Wilayah Asal Dapunta Hyang Jaya Naga Maha Datu Kedatuan Sriwijaya.

APERO FUBLIC.- Minanga dalam pembahasan ini adalah suatu kawasan wilayah yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Namun sekarang dalam administrasi ditulis dengan Menanga. Di tahun 2002 wilayah Minanga terdiri dari dua desa, Menanga Tengah dan Menanga Besar. Desa Menanga Tengah atau Minanga Tengah terletak di daerah rawa-rawa dataran rendah.

Selain pada prasasti Kedukan Bukit di Seguntang, nama Minanga sebagai nama wilayah juga tercatat secara resmi semasa Kesultanan Palembang Darussalam. Minanga mengadakan perjanjian dengan Ratu Sinuhun yang dibuktikan piagam lempengan tembaga tentang batas-batas wilayah Marga Minanga dengan aksara Arab Melayu. Piagam tersebut tersimpan sebagai dokumen Marga Semendaway Suku III. Minanga kemudian setelah terbentuk Negara Indonesia ditulis dalam administrasi dengan Menanga. Sementara masyarakat disana sampai sekarang masih menyebutnya dengan, Minanga.

Ada hal-hal menarik dalam nama-nama tradisional yang masih digunakan atau dikenal masyarakat di sana. Seperti adanya suatu tempat yang sekarang sudah menjadi ladang pertanian yang bernama “Talang Pasar Melaka.” Seperti Kampung Datu (Kampung Ratu) kemungkinan menggambarkan suatu pemukiman bangsawan di Minanga. Kampung Balak, dimana kata Balak berasal dari kata Bala yang berarti prajurit atau laskar. Kampung Taman Sari yang berarti tempat pemandian putri Datu. Kampung Kinawor, kata kinawor berasal dari kata Kawor dengan sisipan in yang bermakna tempat yang menarik (taman). Di duga tempat dimana putra-putri datu beristirahat dan bersantai.

Dalam perjalanan sejarah tersisa sebuah perkampungan yang bernama Minanga. Minanga berkembang menjadi dua desa, yaitu Menanga Besar dan Menanga Tengah. Masuk administrasi Kecamatan Semendawai Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Nama Minanga atau yang ditulis sekarang Menanga bukan berarti tempat tersebut sebagai Kota Sriwijaya pertama. Tapi secara budaya dan bahasa dengan penggunaan nama Minanga (Menanga) memberikan gambaran jejak-jejak Minanga dimana Dapunta Hyiang Jaya Naga berangkat dan menuju Muka Upang (Bukit Seguntang) lalu membuat wanua sebagaimana terpahat pada prasasti kedukan bukit. Mengingat kawasan sekitar tersebut terletak di tepi laut semasa ribuan tahun lalu. Mungkin Minanga tersebut ada kaitannya dengan Minanga di prasasti Kedukaan Bukit. Perkembangan pemakaian nama Minanga sekarang seperti pada nama-nama perusahaan diantaranya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Minanga Ogan.

Bagaimana lokasi Minanga yang dahulu di tepi pantai timur Sumatera Selatan hilang. Proses alam jawabnya, mulai dari pengikisan tanah dan lumpur yang di bawa oleh air hujan dan arus sungai dan arus banjir. Waktu demi waktu pengikisan tanah dari Bukit Barisan terus mengalir dan mengendap ke arah selat Bangka. Kemudian tercipta rawa-rawa dan hutan bakau. Kalau kita perhatikan hampir sebagian besar wilayah pantai timur Sumatera Selatan adalah dataran renda. Kawasan itu, terdiri dari paya-paya yang memanjang, rawa-rawa, hutan bakau, lebung, sungai-sungai dengan tanah berpasir putih dan hitam. Ciri demikian sampai ke pesisir pantai selat Bangka.

Menurut penelitian paleogeografi, teluk dimana Minanga terletak di dekat Sungai Komering bermuara, terus menjauh dari pesisir laut purba Sumatera Selatan. Tanah dan lumpur yang dibawa oleh arus Sungai Komering, dan tanah pengikisan bukit Barisan membuat pendangkalan dan tercipta dataran rendah yang berlumpur subur. Perlahan ditumbuhi pepohonan dan tercipta lahan gambut dan rawa-rawa.

Menurut analisis paleogeografi pantai timur Sumatera Selatan diperkirakan bergeser 125 meter dalam setahun. Tentu tidak semua bergeser demikian, tergantung pada arus sungai dan banyaknya bukit. Kalau pesisir pantai tidak begitu dekat dengan perbukitan tentu pergeseran juga tidak terlalu cepat. Pada laut dangkal pembentukan daratan baru oleh pengikisan tanah adalah biasa. Bukan hanya di pesisir pantai timur  Sumatera Selatan, tapi juga pada pesisir pantai laut dangkal lainnya di dunia. Berbeda dengan pesisir lautan aktif dimana ombak besar selalu bergerak. Justru sebaliknya akan terjadi abrasi dan tenggelam secara perlahan.

Sebagai eksperimen Anda dapat memperhatikan sebuah lembah bukit. Lalu dibawahnya ada sebuah penampungan air. Perhatikan saja, dimana waktu demi waktu penampungan air terus mendangkal tertimbun lumpur. Atau kamu perhatikan kanal-kanal di perkotaan, dimana selalu penuh oleh lumpur dalam kurun waktu beberapa tahun. Atau kamu memperhatikan sebuah muara sungai di sebuah sungai. Kamu akan menemukan adanya endapan tanah lumpur yang terbawa arus sungai. Sepertinya, penelitian arkeologis dan studi bahasa dan budaya yang mendalam perlu dilakukan di kawasan yang diduga adan pemukiman awal Kedatuan Sriwijaya perlu dilakukan secara serius.

Dikutif dari Kompas (9/10/2019) dimana masyarakat Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, melakukan perburuan harta karun yang diduga peninggalan masyarakat masa Kedatuan Sriwijaya. Hal-hal yang mereka temukan di lahan gambut tersebut, seperti keramik, guci, kendi dan butiran emas. Selain itu, kebakaran lahan gambut yang dulunya adalah laut purba juga tidak mustahil menghancurkan material arkeologis peninggalan kedatuan Sriwijaya. Dalam hal ini, Minanga di Sumatera Selatan belum diperhatikan oleh peneliti sebagai tempat asal Kedatuan Sriwijaya dan sebagai tanah kelahiran Maha Datu Kedatuan Sriwijaya, Dapunta Hyang Jaya Naga.

Alasan Pendukung Teori Minanga Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan.

1.Kabar I-Tsing.

Menurut kesaksian I-tsing Kota Sriwijaya yang dia singgahi dalam pelayaran pertama berada di muara sungai dan di tepi pantai. Hal demikian sesuai dengan posisi Minanga yang berada di muara Sungai Komering dan pantai. I-tsing menyebut nama tempat singgah dengan nama Fo-shih.  Kalau kita sebut Minanga di Jambi di sekitar candi Muara Takus. Maka hal tersebut bertentangan dengan prasasti kedukan bukit tahun 683 M. Dimana Dapunta Hyang baru datang dan membuat wanua.

Bertentangan juga dengan penjelaskan I-tsing dimana dia terlebih dahulu singga di Fo-shih, lalu barlayar menuju Moloyu di Jambi. Kemudian dia pergi ke India, saat pulang dia mendapati Melayu sudah menjadi bagian dari Shi-li-fo-shih. Itu menunjukkan kalau Melayu adalah wilayah lain dari Sriwijaya. Fo-shih sebutan singkatan I-tsing untuk Shi-li-fo-shih atau Sriwijaya.

2. Rekonstruksi Tahun dan Prasasti Kedukan Bukit.

Palembang pada awalnya sebuah tanjung berbukit yang dikenal dengan Bukit Seguntang. Dapunta Hyang dari Minanga datang ke Bukit Seguntang (Muka Upang) membawa 20 ribu orang, 200 peti, dan sebanyak 1312 prajurinya berjalan kaki dari darat. Lalu dia mendirikan wanua atau tempat kediaman baru dan lengkap dengan barak-barak prajuritnya di Muka Upang.

Sebagaimana dikabarkan I-tsing kalau Melayu (Jambi) telah bersatu dengan Sriwijaya saat dia pulang dari India. Maka tidak mungkin kalau Minanga asal Dapunta Hyang di Jambi (sekitar candi muara takus) pergi bersama pasukannya ke Seguntang (Palembang) kemudian pulang ke Melayu lagi lalu menaklukkan Melayu (Jambi). Dengan Demikian Minanga di Jambi tertolak sebagai tempat asal Datu Dapunta Hyang bertolak membawa 20 ribu pasukannya.

Palembang bukan kota pertama Kedatuan Sriwijaya, sebab pada tahun 671 M Fo-Shih (singkatan dari Shih-li-fo-shih) sudah dikunjungi I-Tsing. Tahun 683 M (605 Saka) Dapunta Hyang baru melakukan ekspedisi ke Bukit Seguntang dan membuat wanua sebagamana tertulis pada prasasti Kedukan Bukit. I-tsing tinggal di India selama 10 tahun (675-685). Saat pulang dia singga di Melayu (Jambi) lagi dan mendapati Melayu sudah menjad bagian dari Shih-li-fo-shih (fo-shih). Berarti antara satu sampai tiga tahun Melayu diatklukkan oleh Dapunta Hyang setelah mereka tiba di Bukit Seguntang.

3.Bahasa Melayu Kuno Sumatera Selatan (Seminung).

Selain itu, pendukung teori Minanga di Sumatera Selatan adalah bahasa-bahasa yang digunakan oleh prasasti-prasasti peninggalan Sriwijaya yang berbahasa Melayu Kuno. Masih memiliki kemiripan dengan kosa kata yang digunakan masyarakat Sumatera Selatan, terutama masyarakat Melayu Seminung. Seperti kata Wanua yang berarti tempat tinggal, daerah atau sejenisnya. Kata Wanua masih digunakan masyarakat Seminung (Komering, Daya, ranau, Lampung) dengan istilah tempat tinggal, “Nua.” Tambahan awalan Wa dalam prasasti berarti sedang melakukan, atau sama dengan beb ing dalam bahasa Inggris, menjadi wanua.

Selain itu, gelang Hyang atau Pu-Hiyang masih digunakan oleh masyarakat di Sumaetra Selatan. Pu bermakna orang yang dihormati disuatu tempat, sedangkan hyiang bermakna terhormat, tinggi dan mulia (Dewa, pemimpin). Di Sumatera Selatan banyak tempat-tempat keramat dengan gelar Puyang (pu-hyang) dalam penyebutan awam. Tempat keramat atau legenda-legenda orang sakti dan dihormati selalu di gelari Pu-hyang atau puyang. Diantarnya legenda Puyang Burung Jauh, Puyang Dulu, Puyang Tengah Lama, Puyang Depati, dan lainnya.

Kosa kata yang terdapat pada Prasasti Sriwijaya yang menggunaka bahasa Melayu kuno Sumatera Selatan rumpun Seminung diantaranya, "Talu" bermakna kalah atau tunduk. Mulam-Mulang berarti kembali. Dalam bahasa Sekayu disebut Ngulang juga berarti kembali. Awai, dalam bahasa Indonesia berarti memanggil. Dalam bahasa Sekayu Ngawai juga cara memanggil. Hal demikian menandakan kosa kata bahasa sangat mendukung asal usul dari masyarakat Sriwijaya. Masih banyak kosa-kata yang sama namun tidak dimuat dalam artikel ini.

Selain itu, banyak juga nama-nama orang pada makam tua di Minanga yang memberikan isyarakat sebagai cikal bakal gelar Melayu. Seperti makan yang bernama dengan gelar Tan. Seperti, Tan Junjungan, Tan Adi, Tan Mandiga, Tan Salela, Tan Robkum, Tan Hyang Agung, Tan Aji, Tan Minak Batara, Tan Mahadum. Kita juga menemukan nama bergelar Tan pada prasasti telaga batu, Tan Drun Luwah.

Gelar tersebut berkembang dan meluas di Kawasan Jazira Melayu. Tan masih dipakai di Malaysia, seperti Tan Sri. Kemudian ada Tun, lalu berkembang menjadi Tuan, Tengku, danTeuku. Gelar Datu sepajang masa hegemoni Kedatuan Sriwijaya semua raja-raja di Nusantara bergelar Datu. Hal demikian dapat ditelusuri dari naskah-naskah kelasik dan cerita-cerita hikayat lama. Namun sayangnya para penerjemah mengganti kata Datu dengan Raja. Sehingga gelar Datu tidak dikenal oleh generasi muda Nusantara (Melayu). Datu juga berkembang menjadi gelar kehormatan, Datuk. Kata Datun termuat dalam hikayat masyarakat Lombok, yang berarti Ratu. Datu dan Datun gelar raja dan ratu asli Nusantara.

Bahasa-bahasa tersebut cukuplah sebagai penguat pengaruh bahasa Melayu dari Sumatera Selatan sebagai Induk kebudayaan dan Bahasa Melayu (Indonesia) di Nusantara. Menjelaskan kawasan asal muasal kelahiran Kedatuan Sriwijaya.

4. Geografis.

Alasan keemapat adalah alasan geografis, sesuai keterangan prasasti kedukan bukit sebanyak 1312 prajurit berjalan kaki. Maka dari Minanga harus dapat ditempu dengan berjalan kaki dari daratan. Perjalanan juga harus tidak lebih lama dari 28 hari sebab mereka bersama membuat wanua di Muka Upang (Bukit Seguntang) pada bulan Asada tahun 605 Saka.

I-tsing mengabarkan kalau Fo-shih terletak di muara sungai dan di dekat pantai. Dalam peta purba pesisir pantai timur Pulau Sumatera tampak sungai-sungai tersebut bermuara di tempat yang berbeda dengan lokasi-lokasi wilayah sekarang (2021), seperti Palembang dan Jambi.

Peta Purba Pantai Timur Jambi dan Palembang (Obdeyen 1942). Di gambar oleh Akmaluddin, SE. (Pra Seminar Sriwijaya 1978:62).

Jambi terletak di suatu tanjung atau teluk dan dikelilingi laut. Sungai Batanghari masih bermuara di sekitar Muara Tembesi. Palembang di tanjung Bukit Seguntang dikelilingi laut. Sungai Musi masih bermuara di terusan di pertemuan Sungai Rawas dan Sungai Lakitan. Sungai Ogan masih bermuarah di Muara Kuang. Sungai Lematang masih bermuara di sekitar Prabumuli atau Pendopo. Sungai Komering bermuara di Minanga di dalam sebuah teluk.

Dari semua keterangan tersebut menjelaskan hanya Minanga di Sumatera Selatan yang sesua dengan Minanga di Prasasti Kedukan Bukit dan kabar dari I-tsing. Menurut keterangan paleogeografi dari penelitian Dinas Purbakala 1954. Untuk Minanga yang di daerah lain kemungkinan pengaruh dari taklukan oleh Sriwijaya. Sebagaimana kebiasaan manusia saat pindah ke suatu tempat membawa nama tempat asalnya, lalu dinamakan pada daerah yang baru mereka diami. Misalnya Kampung Melayu dimana dikampung tersebut dihuni oleh orang-orang Melayu.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 19 Juli 2021.
Sumber: Arian Ismail. Periodisasi Sejarah Sriwijaya: Bermula di Minanga Komering Ulu Sumatera Selatan, Berjaya di Palembang, Berakhir di Jambi. Palembang: Unanti Press, 2002. Sumber Peta: Peta Pantai Timur Sumatera Selatan Purba. Hasil Penelitian Dinas Purbakala 1954 dan Lampiran Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional I-1958. Digambar Ulang Oleh Akmaluddin, SE.

Sy. Apero Fublic

7/19/2021

Legenda Minanga: Kabar Sejarah Tentang Kota Sriwijaya Pertama.

APERO FUBLIC.- Pada prasasti Kedukan Bukit menerangkan Dapunta Hyang Jaya Naga berangkat dari suatu wilayah bernama Minanga dan tiba di Bukit Seguntan (Palembang) dengan membawa 20.000 orang prajurit dan 200 peti.  Yang bejalan kaki sebanyak 1312 orang.

Tempat bernama Minanga tersebut terletak di muara Sungai Komering Purba. Dimana keadaan geografis alam wilayah pesisir Sumatera Selatan dan Jambi sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang. Terjadinya pengikisan tanah dari hulu dan daratan saat hujan dan banjir atau terbawa arus sungai selama ribuan tahun telah membentuk suatu kawasan dataran renda baru dan hutan rawa-rawa dan lahan gambut yang luas. Sehingga letak Minanga menjadi jauh dari pantai Sumatera Selatan.

Hal demikian dapat dibuktikan dengan keadaan geografis setempat yang dataran rendah dan banyak ditemukannya lokasi terdapat peninggalan bersejarah. Minanga masih ada sampai sekarang, namun dalam penulisan administrasi daerah di tulis menanga. Tapi masyarakat tetap menyebutnya dengan Minanga.

Legenda berikut akan memberikan kabar tentang hilangnya bekas kota Sriwijaya pertama dimana Dapunta Hyang tinggal sebelum membangun ibu kota Sriwijaya di Palembang. Legenda yang berkaitan dengan sejarah pada masa lalu menyimpan kabar yang tersembunyi. Tentu bukan tentang kisah yang tidak logis yang di ambil. Tapi adanya kabar yang tersirat dari kisah legenda tersebut yang dapat diolah menjadi keterangan sejarah.

*****

Pada masa lalu, Kota Minanga adalah kota yang besar di zamannya. Kota dilindungi dengan benteng yang kokoh dan kuat. Suatu masa, Datu Minanga pergi berperang untuk meluaskan wilayah negaranya. Maka berangkatlah Datu bersama para panglima, hulubalang dan laskarnya. Datu merasa khawatir akan keamanan Minanga. Sebab keluarga dan rakyatnya ditinggal, kemungkinan diserang musuh sangat besar.

Oleh karena itu, dipasanglah alat pengaman untuk melindungi Minanga. Alat tersebut memiliki kekuatan ghaib, berupa minyak yang dimasukkan kedalam botol kecil (buli-buli). Minyak tersebut adalah minyak “panglimunan” yang memiliki kekuatan menghilangkan sesuatu dari pandangan mata manusia. Untuk itulah di gerbang depan kota Minanga di pasang dua botol minyak panglimunan tersebut.

Kerbau adalah peliharaan masyarakat Melayu sejak zaman dahulu. Tidak heran kalau banyak kerbau berkeliaran disekitar pemukiman penduduk. Pada suatu hari, ada dua ekor kerbau berkelahi di depan gerbang kota Minanga. Sulit menghentikan dua hewan besar dan bertanduk panjang itu. Dalam perkelahian dua kerbau itu menabrak pintu gerbang dimana tersimpan minyak buli-buli (panglimunan) tersebut.

Minyak buli-buli atau minyak panglimunan tertumpa dan menimpa kepala dua kerbau itu. Setelah itu, ada seekor kerbau yang kewalahan menghadapi lawannya. Sehingga kerbau lari menyusuri jalan luas yang mengeliling benteng Kota Minanga. Minyak buli-buli yang memiliki kekuatan menghilangkan suatu tempat dari pandangan mata manusia, tercecer sepanjang jalan yang mengelilingi benteng Minanga.

Setelah itu, Kota Minanga hilang dan lenyap secara misterius. Beberapa waktu kemudian Datu Minanga pulang, dan tidak menemukan lagi Kota Minanga. Datu merasa bersalah dan malu pada pasukannya. Datu merasa semuanya sia-sia, dan dia memutuskan untuk pergi menjadi pertapa. Maka dia naik ke Gunung Seminung dan membubarkan pasukannya.

Pasukan Datu Minanga kemudian memutuskan untuk mencari jalan sendiri-sendiri. Ada kelompok yang memutuskan membuat Minanga baru. Ada juga kelompok yang pergi ke Pulau Jawa. Mulai saat itu juga, tempat dimana Minanga hilang dinamakan mereka dengan sigonong-gonong.

Sigonong-gonong merupakan tempat yang angker atau tempat yang mengandung mistis. Tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang. Barang siapa masuk ke tempat Sigonong-gonong (Minanga) tanpa seizin arwah orang-orang yang hilang dahulu. Orang tersebut akan hilang juga sebagaimana Kota Minanga dahulunya.

******

Kisah legenda Sigonong-Gonong hanya sebatas mitos yang tersebar di masyarakat secara turun temurun. Masyarakat zaman dahulu selalu mengembalikan sesuatu yang terjadi dan belum dapat dicerna dengan akal mereka dihubungkan dengan hal mistis dan ghaib.

Namun dalam rekonstruksi sejarah dalam meneliti dan mencari Minanga Purba dapat dikembalikan pada ilmu arkeologis, geografis, paleografi dan ekologis. Mungkin hilangnya kota Minanga sebab bencana alam, misalnya tanah longsor (banjir bandang) atau letusan Gunung Seminung. Minanga sekarang masuk dalam administrasi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Nama Minanga juga ditulis dalam administratif dengan Menanga. Namung masyarakat setempat tetap menyebut daerah mereka dengan Minanga. Tidak tahu mengapa mereka menulis administratif Minanga dengan Menanga.

Mungkinkah memang perubah tidak tahu atau mungkin juga adanya paham sukuisme dan ingin mengaburkan sejarah Kedatuan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Sukuisme suatu paham dimana suatu suku bangsa berusaha untuk mendominasi suku lain di wilayah tertentu serta merasa iri dan sakit hati apa bilah suku lain melebihi sukunya.

Sehingga dia berusaha untuk menenggelamkan sejarah kejayaan suku lain dan berusaha mengalahkan budayanya. Pola pikir kuno ini tidak pantas hidup dizaman sekarang. Sebab sama saja dengan paham fasis. Padahal istilah suku adalah nama tempat (nama daerah) tradisional dimana kelompok masyarakat tinggal pada zaman dahulu. Kalau kita cermati penghuni asli Nusantara satu bangsa.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 19 Juli 2021.
Sumber: Arian Ismail. Periodisasi Sejarah Sriwijaya: Bermula di Minanga Komering Ulu Sumatera Selatan, Berjaya di Palembang, Berakhir di Jambi. Palembang: Unanti Press, 2002. Sumber peta: Peta Pantai Timur Provinsi Sumatera Selatan Purba. Hasil penelitian Dinas Purbakala 1954 dan Lampiran Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional I-1958. Di gambar ulang oleh Akmaluddin, SE. (H. 80).

Sy. Apero Fublic

Prioritaskan Daging Kurban Untuk Warga Isoman dan Warga kurang Mampu.

Bupati Dodi Reza Sebar Puluhan Hewan Kurban untuk Warga Muba Termasuk Warga Musi Banyuasin yang Isoman di Sumatera Selatan.

APERO FUBLIC.- MUSI BANYUASIN. Ditengah lonjakan kasus COVID-19 di Kabupaten Muba, perhatian Bupati Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA kepada masyarakat Bumi Serasan Sekate makin menarik simpatik banyak pihak.

Misalnya saja menjelang perayaan Idul Adha 1442 H, sedikitnya 55 ekor hewan kurban yakni Sapi disebar Kepala Daerah Inovatif Indonesia ini untuk dibagikan ke warga Muba kurang mampu yang lagi isolasi mandiri (isoman).

"Meski masih COVID-19 saya bersama jajaran OPD Pemkab Muba terus berusaha semaksimal mungkin memberikan perhatian ke warga Muba, hari ini kami bagikan 55 ekor hewan kurban yakni Sapi untuk disebar ke seluruh Kecamatan di Muba," ungkap Dodi Reza saat penyerahan hewan kurban di Masjid Raya, Senin (19/7/2021).

Bapak Santri Sumsel ini mengaku, pembagian daging kurban nantinya juga di prioritaskan untuk warga Muba yang sedang melaksanakan isolasi mandiri (isoman) yang kurang mampu baik di Muba maupun di Sumsel yang akan disalurkan melalui organisasi masyarakat Ikatan Keluarga Muba (IKAMUBA), dan lainnya serta untuk kaum dhuafa dan fakir miskin.

"Jadi berdasarkan data yang kami peroleh ada sekitar 70 warga kurang mampu di Muba penyintas COVID-19 yang saat ini sedang melaksanakan isoman. Jadi selain vitamin dan obat-obatan juga kita salurkan protein hewani dari hewan kurban. Nah, daging kurban nanti akan diantar ke rumah mereka masing-masing dengan tetap mengedepankan prokes," ulasnya.

Mustasyar PWNU Sumsel ini melanjutkan, dirinya telah menghimbau kepada seluruh panitia pemotongan hewan kurban di Muba untuk membagikan daging kurban nantinya door to door ke rumah warga yang berhak mendapatkan.

"Jadi warga tidak disuruh ngumpul, daging kurban nantinya akan diantar langsung oleh panitia kurban, selain itu untuk wadah daging kurban juga akan menggunakan pelepah pinang, daun jati, dan daun pisang untuk upaya menekan penggunaan sampah plastik," bebernya.

Kepala Bagian Kesra Setda Muba H Opi Palopi  mengajak untuk seluruh warga Muba yang melaksanakan Shalat Idul Adha rumah masing-masing.

"Sebagaimana edaran yang telah dikeluarkan pak Bupati agar melaksanakan shalat Idul Adha di kediaman masing-masing meminimalisir peningkatan jumlah penularan wabah COVID-19," tandasnya.

Selain itu, Opi menambahkan hewan kurban yang telah disiapkan ada 55 sapi hewan kurban Pemkab Muba yang 40 berasal dari hewan kurban Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah serta OPD Pemkab Muba, dan 15 ekor sapi dari Perusahaan yang kita sebarkan diseluruh kecamatan-kecamatan. Selain itu juga diberikan ke organisasi, panti asuhan, pondok pesantren dan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Muba, Lapas Kelas II B Sekayu, dan pasien isoman.

"Semoga apa yang dilakukan pak Bupati bersama seluruh jajaran OPD Pemkab Muba ini bisa sedikit meringankan beban dan kebutuhan warga Muba ditengah wabah COVID-19 saat ini," pungkasnya.

Kepala Lapas Kelas II B Sekayu Jhony H Gultom yang hadir langsung pada penyerahan hewan kurban tersebut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bentuk kepedulian Pemkab Muba kepada Lapas Sekayu.

"Hewan ini akan kami sembelih setelah pelaksanaan Salat Idul Adha. Kemudian dagingnya akan kami serahkan ke dapur Lapas untuk diolah dan dibagikan kepada seluruh warga binaan kami," ucapnya.

Senada Sudarman penyandang disabilitas  penerima hewan kurban, mengucapkan terima kasih Pemerintah Kabupaten Muba untuk penyerahan hewan kurbannya.

"Ini sangatlah berarti bagi kami semua, kami percaya ini sebagai bentuk besarnya rasa kepedulian Pemkab Muba kepada masyarakatnya," pungkasnya.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Kepala Dinkominfo Muba Herryandi Sinulingga AP, Kepala Dinas TPHP Muba Ir Thamrin, dan Organisasi Perangkat Daerah terkait. (HS).

Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 19 Juli 2021.

Sy. Apero Fublic