PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

12/14/2019

Kereta di Atas Awan

Apero Fublic.- Hari belum terlalu siangTapi terik sinar matahari begitu tajam seakan menembus kulit. Mentari seolah-olah begitu bisu hari itu. Sehingga panasnya tak mengedip sedikit pun. Agenda mata kulia jurnalistik menjadi alasan untuk berburu informasi. Sehingga mengurai rasa malas menjadi semangat. Perjalananku dan teman-teman diawali mencoba transportasi baru di Kota Palembang. Iseng-iseng kami menyebutnya dengan kereta di atas awan. Sebab  jalur jalannya berada tinggi diatas permukaan tanah.

Berjalan di rel-rel diatas tiang-tiang beton yang tinggi. Apabila sedang duduk di dalam seakan-akan kita sedang berada diatas awan. Transportasi baru yang dibangun bersamaan menyambut acara ASIA GAME Palembang-Jakarta. Dinamakan dengan LRT atau Light Rail Transit. Rupanya menyenangakan menjadi mahasiswa jurnalistik. Sebab tugas kuliah dapat berpergian untuk mencari data, membuat foto menarik dengan angel yang bagus. Salah satu tempat yang menjadi spot kami, adalah Taman Makam Pahlawan, bertempat di jalan Jendral Sudirman. Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatera Selatan (30162).

Tempat bersejarah, saat datang kami seakan masuk dalam suasana masa perjuangan kemerdekaan dahulu. Sebelum masuk area makam terlebih dahulu kami melapor ke petugas jaga. Karena disini keamanan sangat di prioritaskan. Hati kami berkata, terima kasih pahlawan jasa kalian begitu besar pada bangsa ini. Aku dan keempat sahabatku berdiskusi bagaimana cara membuat dan mendokumentasikan foto yang bagus, unik, menarik serta angel foto yang luar biasa. Sembari memilih tempat spot foto. Kami menyusuri sekitaran Taman Makam Pahwan yang tampak bersih.

Setiap makam kesuma bangsa itu, selalu dilengkapi dengan topi baja perang mereka. Bentuk barisan makam, vertikal dan horizontal. Beberapa saat kemudian, dengan usaha bersama. Kami sudah mendapatkan foto-foto yang sesuai dengan dengan keinginan kami. Setelah dirasa cukup, kami pamit pada petugas jaga. Karena tidak ada agenda lagi di sana. Kami memutuskan untuk kembali berpetualang. Aku, Mirtha, Intan dan Lily naik Angkutan Kota atau angkot istila populernya menuju stasiun LRT Cinde. Sementara Riki pergi dengan mengendarai sepeda motor.

Saat masuk kedalam angkot. Entah siapa yang paling terakhir masuk. Lupa menutup pintu angkot. Sehingga pintu angkot terbuka beberapa saat angkot melaju. Seperti kipas besar yang bergerak. Untung tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Saat aku melirik kesamping ternyata pintu tidak tertutup. Kami semua tertawa ringan sebab kecerobohan itu. Dalam perjalanan itu, Paman sopir angkot kurang disiplin lalu lintas menurutku. Seakan dia adalah raja jalanan saja. Berbelok dan menyalip sesuka hatinya. Mungkin dia memang sudah biasa bisik kami. Kami hanya berdoa agar tidak menabrak saja.

Matahari yang tadinya begitu terik. Sekarang beransur-ansur ditutupi awan hitam. Memang kata orang-orang kalau panas berlebih dimusim penghujan. Tandanya hari akan turun hujan. Rencana petualangan kami berjalan. Sekarang sudah mendekat Pasar Cinde. Karena disana ada stasiun LRT, Stasiun Cinde. Terletak di 17 Ilir Timur I, Kota Palembang. Dinamakan Stasiun Cinde karena tidak jauh dari stasiun terdapat Pasar Cinde. Stasiun Cinde merupakan salah satu stasiun dari enam stasiun LRT yang dibuka pada awal pengoperasian perdana LRT Palembang, 1 Agustus 2018.

Hal pertama, Naik menggunakan eskalator atau tangga listrik menuju keatas stasiun. Kemudian memesan tiket perjalanan. Setelah pemesanan tiket, kami menunggu. Saat menunggu, kami memperhatikan sekeliling ruangan yang nampak bersih dan tertata rapi. Tanpa ada coretan di dinding ruangan. Para stap yang ramah dan berpenampilan rapi. Kami merasa nyaman dengan suasana stasiun yang sejuk dan aman.

Kurang lebih 20 menit berlalu. Barulah lokomotif LRT berlabu di Stasiun Cinde. Lalu kami masuk ke dalam gerbong kereta. Kursi berbaris memanjang, ternyata sudah terisi penuh. Terpaksa kami berdiri dan berpegang pada pegangan di dalam gerbong khusu untuk orang yang berdiri.

Awan hitam sedari tadi sudah beransur-ansur menutupi langit. Kini dilanjtkan dengan hujan deras. Beberapa saat kemudian kami sampai di stasiun LRT DJKA. Stasiun LRT DJKA merupakan stasiun LRT Palembang yang terletak di Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Terletak di perbatasan antara wilayah timur Kota Pelembang dan Kabupaten Banyuasin.

Stasiun ini menghubungkan OPI Mall dengan wilayah Kota Palembang lainnya. Tanpa sengaja kami berjumpa dengan rekan-rekan kuliah, Jurusan Jurnalistik Kelas A dan B, Anyana, Niken dan Akbar. Perjalanan yang menyenangakan, dapat memandangi kawasan yang dilalui kereta. Tentu juga dengan suasana nyaman gerbong kereta. Sesampai di stasiun DJKA kami turun. Sebab kami akan berbelanja di OPI Mall terlebih dahulu sebelum pulang.

Seorang temanku, kehilangan tiket kereta. Sehingga dia terpaksa membayar denda pinalti. Jangan sampai hilang tiketnya ya, kalau lagi naik LRT. Hari telah siang, keluar dari sana kami mencari tempat makan sebab perut sudah keroncongan, gitu. Bukan tanpa alasan, kami juga mencari spot foto, bentuk latihan. Mirtha menyempatkan membeli sebuah novel berkisah tentang Muhasabah dan sebuah gamis di OPI Mall.

Pulangnya kami terpaksa berpisah. Sebab rumah kami berbeda arah dan berbeda alamat. Mirtha, Intan, pulang kembali menggunakan LRT. Sedangkan aku dan Lili menunggu jemputan dari teman yang akan mengantar pulang. Hari yang menyenangkan melakukan banyak hal. Dari tugas kulia, belajar dan praktek latihan fotografi, belajar menulis, shoping, menjajal transportasi baru LRT, dan menikmati pemandangan kota dari atas kereta LRT. Itulah, kisah kecil kami. Kuliah, Jurnalistik saja ya, kalau kamu suka berpetualang.

Oleh. Erna Nurdianti
Palembang, 15 Desember 2019.
Editor. Desti. S. Sos.

Sy. Apero Fublic

Pra-Pagelaran Seni Budaya Kabupaten OKU Selatan di Pedestrian Sudirman Kota Palembang Oleh POSELA

Apero Fublic.- Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi terluas di Pulau Sumatera. Memiliki 17 wilayah Daerah Tingkat kabupaten-kota (2019). Setiap kabupaten memiliki kebudayaan dan potensi alam masing-masing. Salah satu kabupaten yang memiliki banyak potensi alam, terutama dibidang kepariwisataan dan kuliner khas adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan). Masyarakat OKU Selatan dalam upaya memperkenalkan dan mempopulerkan potensi daerah.

Mereka gencar melakukan eksplorasi dan publikasi. Seperti kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi kepemudaan (OKP), Pemuda OKU Selatan, Atau POSELA. Suatu Organisasi Pemuda daerah yang mewadahi aspirasi seluruh lapisan masyarakat OKU Selatan. Seperti dari kalangan pemuda, mahasiswa, pelajar, dan tokoh masyarakat.

POSELA sekaligus mempersatukan  mahasiswa OKU Selatan yang sedang melakukan studi di Kota Palembang. Dalam agenda  Pengurus Cabang (PC) POSELA di Kota Palembang. Mereka memiliki tiga titik fokus perjuangan. Pertama, pendidikan dan pengembangan SDM. Kedua, bidang pembangunan dan kemajuan daerah. Ketiga,  promosi pariwisata, budaya dan kuliner OKU Selatan.

Dalam upaya mengembangkan dan mempopulerkan potensi pariwisata dan budaya OKU Selatan. Maka pada tanggal 21 Desember 2019 yang akan datang. Pengurus cabang POSELA  Kota Palembang akan mengadakan kegiatan pagelaran seni budaya dan makanan khas Kabupaten OKU Selatan. Pelaksanaan kegiatan bertempat di Pedestrian Sudirman di Kota Palembang. Dengan tema “Pesona OKU Selatan “Mulang Tiuh” Explore Your South OKU” agenda ini diharapkan dapat mengenalkan potensi potensi wisata, kuliner khas, budaya yang ada di Kabupaten Oku Selatan.

Ketua Umum sekaligus Pengurus Besar POSELA, Batransyah, S.E. MM. Mengapresiasi adanya inisiatif dari PC POSELA Kota Palembang dengan menyelenggaraan pagelaran seni budaya dan kuliner khas dari Kabupaten OKU Selatan. Dengan demikian seni budaya OKU Selatan akan dikenal publik secara luas. Menurutnya, "melalui agenda-agenda seperti ini diharapkan mampu menumbuh kembangkan semangat dikalangan para pemuda untuk terus aktif dan kreatif dalam membangun kemajuan Kabupaten OKU Selatan kedepan. Khususnya dalam bidang Pariwisata dan Budaya yang memang menjadi icon kabupaten OKU Selatan selama ini."

Kalau kita simpulkan dunia pariwisata yang berkembang akan memberikan sumbangan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Misalnya, perdagangan sovenir dari kerajinan. Berkembanganya dunia jasa angkutan dan kosumsi. Adalah hal yang nyata memberikan sumbangan untuk kemajuan suatu daerah.

Begitupun saat berbincang-bincang dengan M. Imam Nopriansyah selaku Pimpinan Cabang POSELA Kota Palembang. Menjelaskan bahwa kegiatan pagelaran seni dan budaya tersebut, merupakan agenda tahunan yang wajib dilakukan oleh POSELA. 

Sebagaimana ungkapnya berikut. “Pagelaran Seni Budaya dan Makanan Khas Kabupaten OKU Selatan ini merupakan suatu kewajiban bagi kami untuk terus dilakukan setiap tahunnya, hal ini dilakukan dalam rangka memberikan kontribusi nyata dalam memperkenalkan potensi yang ada di daerah Kabupaten OKU Selatan. Kami sebagai pemuda yang hari ini berhimpun dalam kepengurusan PC POSELA KOTA PALEMBANG tidak ingin hanya berdiam diri. Sebagai putra daerah jiwa kami terpanggil untuk terus terlibat mempersembahkan yang terbaik dalam menyongsong peradaban Kabupaten OKU Selatan kedepannya.”

Di sisi lain, Ketua Divisi Pagelaran Seni dan Budaya POSELA. Agri Aditya bersama Ketua Pelaksana Elvarizal menyampaikan. Melalui kegiatan yang diadakan oleh PC POSELA Kota Palembang. Berharap kedepannya nanti dapat memberikan sumbangan untuk kemajuan Kabupaten OKU Selatan. Terutama dalam bidang seni-budaya dan tentunya perkembangan di dunia kepariwisataan. Meningkatkan SDM dan mencerdaskan masyarakat OKU Selatan.

Sebagaimana kami kutif pernyataan mereka berikut. “Agenda ini merupakan pelaksanaan program kerja PC POSELA Kota Palembang. Melalui Divisi Pagelaran Seni dan Budaya. Saya, selaku Ketua Divisi berterima kasih pada rekan-rekan POSELA atas kerja kerasnya. Dalam persiapan untuk menyelenggarakan event pagelaran seni budaya OKU Selatan."

Agri Aditya juga menambahkan: Untuk ORDA-ORAD yang ada di Provinsi Sumatera Selatan mari kita bersama-sama memperkenalkan pariwisata dan budaya di daerah masing-masing. Saya dan seluru rekan-rekan POSELA mengundang seluruh masyarakat di manapun, untuk datang menyaksikan pagelaran seni budaya OKU Selatan yang akan datang (21/12).

Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai gerbang ke 17 Indonesia. Akan benar-benar terwujud apabila masyarakat dan para pemudanya aktif mengangkat budaya daera masing-masing. Suatu kegiatan positif yang patut ditiru dan dihargai. Semangat dan sukses untuk POSELA dalam agenda pagelaran seni-budayanya. Mari kunjungi Pagelaran Seni Budaya Kabupaten OKU Selatan di Pedestrian Sudirman-21 Desember 2019.

Oleh. Julya Anggraini
Palembang, 15 Desember 2019.
Editor. Selita. S.Pd.
Sumber foto. POSELA OKU Selatan
Pedestrian Sudirman adalah tempat wisata yang diadakan setiap Sabtu malam (malam minggu) di Kota Palembang. Disini diadakan kegiatan pagelaran seni budaya dari bermacam-macam latar belakang budaya (kotemporer dan tradisional).

Catatan dan Informasi Untuk Semua:
Bagi teman-teman yang ingin mempublikasikan informasi atau mendokumentasikan hasil karya tulis atau belajar menulis. Seperti karya puisi, cerpen, pantun daerah, dongeng, mantra, tentang wisata daerah tempat tinggal, kegiatan organisasi, sejarah, sudut pandang, surat kita, opini, berbagai jenis artikel, Jurnalisme Kita atau laporan masyarakat tentang suatu peristiwa di daerah misalnya bencana alam dan sebagainya.

Kirimkan lewat e-mail. joni_apero@yahoo.com. Facebook Apero Fublic, Idline Apero Fublic. Mesenger. Aperofublic. LinkedIn. Apero Fublic. Instagram. @Apero Fublic. Twitter. Apero Fublic. Jangan hoax, jangan melanggar hak cipta. Karena setiap karya dan data yang dikirim tanggung jawab pengirim secara pribadi dan hukum IT.


Sy. Apero Fublic

12/13/2019

Mengenal Kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape. Sekayu. Sumatera Selatan.

Apero Fublic.- Dataran Negeri Bukit Pendape adalah nama suatu kawasan tradisional di Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA). Terletak di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin di seberang. Dipisahkan oleh aliran Sungai Musi. Kawasan ini berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten PALI. Penduduknya disebut "uwang berang" oleh warga MUBA lainnya.

Uwang berang berarti orang yang tinggal di seberang. Istilah itu merujuk diseberang pemukiman, atau wilayah yang diseberang. Istilah uwang berang sudah lama ada. Karena pada dasarnya penduduk MUBA awalnya tinggal di tepian tebing Sungai Musi. Sedangkan penduduk di kawasan seberang, menyebut penduduk ditepian Sungai Musi dengan Uwang Musi. Istilah Uwang Musi ini merujuk seluruh kawasan Kabupaten Musi Banyuasin pada umumnya.

Kawasan wilayah MUBA seberang, dinamakan dengan Dataran Negeri Bukit Pendape. Karena di bagian pertengah kawasan ini terdapat, Bukit Pendape. Kawasan kaki Bukit Pendape membentang menuruni tiga kawasan kecamatan. Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi, dan sebagian wilayah dari kecamatan lain. Lalu alur tanah terus menurun sampai ke tebing Sungai Musi.

Bukit Pendape menjadi arus tertinggi kawasan. Misalnya arus hulu sungai, arus air hujan. Serta ukuran tinggi tanah kawasan. Dataran atau permukaan tanah di kawasan ini menginduk ke Bukit Pendape. Bukit Pendape juga menjadi sumber air kawasan. Istilah Dataran Negeri Bukit Pendape adalah pembakuan dari istilah-istilah sebutan dari orang tua-tua (Puyang), pada zaman dahulu.

Pada zaman dahulu, sistem ekonomi masyarakat berbeda dari masa sekarang. Masyarakat masih menggantungkan hidup dari hasil berladang (baume), beternak, dan berburu. Seiring dengan berkembanganya penduduk. Kebutuhan lahan pertanian juga bertambah. Sedangkan di kawasan tinggal sudah ada pemiliknya semua. Maka, menyebarlah orang-orang di kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape. Berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Musi Banyuasin.

Pesebaran itu tentu berlatar belakang untuk mencari penghidupan. Karena jauh, dibutuhkan tempat tinggal sementara. Lalu terciptalah talang-talang di Dataran Negeri Bukit Pendape. Talang-talang di kemudian hari menjadi desa-desa. Istilah yang dipakai zaman itu bume jauh.

Bume artinya berladang, dan kata jauh bermakna; menjelaskan tempat yang sudah tidak lagi di daerah tempat tinggal tetap. Pembahasan bume jauh ini hanya akan dibahas satu titik saja. Untuk memudahkan pembahasan, yaitu dari titik Kecamatan Sungai Keruh. Karena di sini induk kebudayaan dan asal penduduknya.

Bume jauh memberikan sumbangan kemajuan daerah dan persebaran penduduk. Jejak peninggalan dari kebiasaan bume jauh adalah dengan adanya pemukiman-pemukiman Talang. Dari daerah Sekayu atau uwang Musi juga banyak membuat petalangan. Misalnya Talang Bendar, Talang Piase dan lainnya. Sedangkan talang masyarakat Marga Sungai Keruh mengarah ke pedalaman arah Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten PALI.

Talang paling ujung peninggalan jejak bume jauh adalah Talang Sungai Menang. Talang Sungai Menang terletak di sisi jalan proyek minyak Pertamina, dan di pinggir Sungai Menang. Sehingga talang dinamakan Talang Sungai Menang. Di talang ini tinggal masyarakat dari berbagai desa di Kecamatan Sungai Keruh. Dari Desa Kertayu, Pagarkaya, Gajah Mati, dan daerah Sekayu lainnya.

Daerah yang dijangkau masyarakat dalam berladang dahulu sampai ke Bukit Kulim. Puluhan kilometer lebih jauh dari Talang Sungai Menang. Sekarang Daerah itu sudah menjadi wilayah Kabupaten Musi Rawas. Padahal kawasan itu wilayah tradisional milik masyarakat MUBA.

Selain itu, talang yang lebih dekat seperti Talang Simpang, Talang Damuasam dan petalangan lain di pedalaman. Sesungguhnya, hampir semua masyarakat Sungai Keruh sering bume jauh. Namun yang tinggal menetap dan membangun petalangan hanya sedikit. Selain itu, masyarakat dari daerah Panukal juga datang bume jauh.

Lalu bersama-sama membentuk petalangan dengan masyarakat dari Sungai Keruh. Seperti Talang Sungai Rambutan, Talang Kuning Air. Sedangkan Talang Lokasi pada awalnya dibangun beberapa warga dari Desa Gajah Mati, Pagar Kaya dan lainnya. Sekarang petalangan tersebut sudah menjadi Desa Talang Simpang. Bentuk talang memanjang jalan. Terletak di jalan lintas dari Jirak ke wilayah Kabupaten Musi Rawas. 

Sedangkan di sisi lainnya mengarah Kecamatan Pelakat Tinggi. Juga banyak masyarakat yang bume jauh. Mereka membuka hutan disekitar kaki Bukit Pendape. Masyarakat yang bume jauh di sekitar kaki bukit pendape juga meninggalkan jejak berupa petalangan.

Seperti Talang Meranti, Talang Jebang, dan Talang Bilik Panjang, dan talang lainnya. Pada umumnya masyarakat yang datang juga dari sebelah hilir. yaitu dari Desa Pagarkaya, Desa Kertayu, Desa Kertajaya, Desa Gajah Mati, Desa Tebing Bulang dan lainnya. Pertanyaanya, mengapa hanya sedikit yang bertahan dikawasan tersebut.

Karena sewaktu pemerintah menanan penghijauan atau Hutan Tanam Industri (HTI). Kalau masyarakat menyebutnya hutan sengon. Begitupun jauh sebelumnya di kawasan Bukit Pendape juga sudah dijadikan hutan lindung. Pemerintah juga melarang aktivitas ladang berpindah atau bume jauh. Dengan demikian, terhentilah kebiasaan bume jauh. Penduduk kembali ke daerah asal dan menanam hutan industri produksi, terutama karet.

Pernah aku mendengar kakek bercerita bersama-sama rekannya. Semasa konflik PERMESTA di daerah-daerah hutan tersebut dijadikan markas tentara PERMESTA (Perjuangan Rakyat Semesta). Kalau maysarakat menyebutnya tentra hutan (tentara hutan). Pada masa kolonial Belanda menurut cerita kakek.

Perhubungan daerah ini lancar karena terdapat industri minyak bumi. Kakek pernah ikut puyang mengambil upahan menarik pipa minyak dengan kerbau. Jalan tersebutlah yang dijadikan masyarakat akses menuju daerah bume jauh.

Seluruh kawasan ini dahulunya diistilahkan oleh orang tua-tua dengan, "Pematang bomi Bukit Pendape. Istilah penyebutan kawasan luas wilayah di bagian seberang Sekayu (MUBA). Seperti ungkapan berikut, “bomi boket pendape libokkalu nak baume asak tan, tebentang melintang dari sikak, sampai boket pendape laju ke bukit KolemNgilo, ngulu, ngidau-nganan utan galek. Itu tanah warisan puyang kitekSape nak bume, bume.”

Terjemahannya: "Daerah kawasan Bukit Pendape luas, kalau mau berladang, berladanglah. Terbentang luas melintang, dari sini (tempat tinggal), ke Bukit Pendape sampai ke Bukit Kulim. Kehilir, kehulu, kekiri dan kekanan, hutan semua. Semua wilayah itu warisan nenek moyang kita. Siapa yang mau berladang, berladang saja."

Selain istilah bomi (bumi) ada juga yang menyebutnya dengan pematang. Kata pematang bermakna suatu kawasan tanah yang tidak terendam banjir, atau tanah yang berbukit-bukit. “Pematang kitek kak libok. Mulak dari sikak, terus jauh laju ke Bukit Pendape sampai Bukit KolemKidau kanan utan galek. Kalu ngilo lah bukak uwang Musi, kitek ngulu. Terjemahan; "daerah kita ini luas. Mulai dari sini (tempat dia berkata), sampai ke Bukit Pendape, lalu ke Bukit Kulim. Kekiri dan kekanan hutan semua. Kalau di daerah hilir sudah dikelolah oleh masyarakat dari seberang. Maka kita ke sebelah hulu saja." Istilah kehulu merujuk ke arah perbatasan Musi Rawas, dan Kabupaten PALI.

Sedangkan menghilir ke daerah pinggiran Sungai Musi. Kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape, ada sebagian juga yang menjadi kawasan transmigrasi, seperti di Kecamatan Plakat Tinggi. Dari istilah bahasa tradisional dan gambaran sebutan orang-orang tua-tua (Puyang) terdahulu. Maka, dapat diterjemahkan ke bahasa sekarang. Dengan nama, kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape.

Bukit Pendape
Menyepakati atau membakukan nama Bukit Pendape. Sehingga seragam dalam menyebut dan menulis nama Bukit Pendape. Kita akan menyelidiki dari pola bahasa Melayu. Karena bahasa adalah kebudayaan yang terkembang menyatu dengan kehidupan masyarakat. Bahasa Melayu sudah mencul dan tumbuh berkembang sejak nenek moyang kita.

Dari masa-masa belum berkebudayaan atau zaman suku-suku (purba). Masyarakat Melayu di Sumatera Selatan sama dengan masyarakat Melayu di kawasan lainnya, baik di Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Thailand Selatan, Mindanau di Pilifina dan lainnya. Sebagai uraian kita mulai dari menjelaskan melalui ilmu bahasa.

Masyarakat Musi Banyuasin dalam penamaan Bukit Pendape banyak perbedaan. Tersebar di tengah masyarakat. Hal tersebut wajar karena memang belum ada pembakuan nama Bukit Pendape. Nama yang sering disebut masyarakat, Seperti Bukit Bendape, Bandape, Pandape, Pendape dan juga Pendopo.

Kalau kita telusuri asal bahasa yang menjelaskan tempat, dalam bahasa Melayu, yaitu awalan kata yang berbunyi, Pa,Pe, dan Pu. Dicontohkan nama tempat, seperti Pa-nukal, Pa-lembang, Pa-garalam, Pa-dang, Pa-ngomobok, Pa-rabumuli, Pa-taling, Pa-sira, Pa-kalanpam, Pa-ngage, Pa-laju dan lainnya. Dari uraian awalan pa tersebut menjelaskan tempat. Tapi awalan pa menjelaskan tempat dalam artian sempit. Misalnya di dalam kota, di talang, di desa, di ladang, di kebun.

Sedangkan awalan kata pe menjelaskan kawasan yang lebih luas (umum). Melingkupi seluruh daerah tersebut. Meliputi, tempat tinggal, desa, talang, kota, hutan, kebun, sungai, bukit. Kata pe menjelaskan keseluruhan daerah dari tepi ke tepi. Kalau secara umum awalan kata pe sama dengan kita menyebut daerah bahasa kita sekarang.

Coba kita cermati ketika kita menyebut kata Pa-nukal. Kadang orang-orang tua-tua juga menyebut dengan kata pe-nukal. Karena dalam kata awalan pe menjelaskan tempat secara keseluruhan daerah Panukal (umum) tanpa terkecuali, dari tepi ke tepi (daerah Panukal).

Sedangkan maksud awalan kata pa (Pa-nukal), hanya menjelaskan satu tempat saja. Misalnya, dia seorang penduduk Desa Air Hitam di Panukal. Lalu dia berkata, "aku nak balek ke Pa-nukal. Itu berarti menjelaskan dia mau pulang kedesanya di Desa Air Hitam di daerah Panukal (artian sempit). Kata awalan pa tidak menjelaskan Panukal secara keseluruhan daerah Panukal (umum).

Generasi sekarang tidak tahu perbedaan dalam penyebutan tersebut. Antara pa dan pe tidak mengerti. Asal sebut saja dan dianggap sama. Padahal ada perbedaan makna antara sebutan awalan pe dan pa. Yaitu makna luas (pe), dan makna sempit (pa). Begitupun dengan penyebutan daerah lain. Misalnya pe-ngage dan pa-ngage. Pe-rabumuli dengan Pa-rabumuli, dan sebagainya.

Untuk awalan kata pu menjelaskan tempat atau wilayah yang dipimpin seseorang. Bisa juga wilayah yang dikuasai seseorang. Sehingga muncul kosa kata dan gelar, pu-yangPuyang dalam artian adalah pemimpin setempat. Puyang juga diartikan nenek moyang dari masyarakat setempat.

Puyang, dapat berarti orang tua setempat. Dalam adat pernikahan muncul kata Pu-njung. Awalan kata Pu di dalam kata punjung. Menjelaskan bahwah mereka memberikan penghormatan pada pemimpin setempat. Yaitu, kepala keluarga mempelai perempuan yang menjadi pemimpin setempat, besan.

Dengan ilustrasi penjelasan bahasa Melayu tersebut. Tentu awalan kata pa tidak cocok untuk penamaan Bukit Pendape. Awalan kata pu juga tidak sesuai, karena berbeda makna menjelaskan tempat. Menurut hemat saya, nama bukit yang terletak di Desa Keramat Jaya, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin tersebut. Kita sepakati dengan nama BUKIT PENDAPE.

Karena awalan kata Pe menjelaskan seluruh kawasan di bagian seberang Kabupaten Musi Banyuasin. Meliputi Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi, Sebagian daerah dari kecamatan lain, di Kabupaten Musi Banyuasin di bagian seberang.


Sedangkan istilah penyebutan tradisonal oleh orang-orang tua. Pematang Bomi Bukit Pendape di bakukan dengan bahasa kita sekarang, "Dataran Negeri Bukit Pendape." Untuk semboyan kawasan kita angkat dari bahasa asli; Uwang kitek basanakbadulur galek. Sedangkan moto yang sesuai: Hidup beradat dan becarek, baagama pulek. Sebagai orang Melayu Islam kita patut memperkokoh agama Islam di daerah kita. Sebab Melayu selalu identik dengan keislaman.
Pada peta Kabupaten Musi Banyuasin disamping. Dimana terdapat garis kuning melingkari. Itulah peta kawasan daerah Dataran Negeri Bukit Pendape. Yang Meliputi, Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi. Juga terdiri dari beberapa bagian dari kecamatan lain di Kabupaten Musi Banyuasin. Pada garis kuning tengah peta, adalah aliran Sungai Musi. Dimana terdapat Kota Sekayu dan daerah-daerah kecamatan lainnya.

Catatan:
Kalau nama Bukit Pendopo adalah nama yang menyimpang. Karena itu nama kawasan pengolahan minyak di Kabupaten PALI, Kota Pendopo. Pendopo baru ada sejak awal abad ke 19. Kalau penduduk di Dataran Negeri Bukit Pendape sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam, bahkan jauh sebelum itu sudah ada. Maka masyarakatlah yang memberi nama sesuai dengan pemahaman mereka di masa lalu. Karena pembuat nama bukit bukan orang asli daerah jadi dia sesuka hatinya saja. Maka saya sebagai wakil masyarakat asli meminta nama Bukit Pendopo agar dirubah menjadi Bukit Pendape.

Oleh. Joni Apero.
Palembang, 13 Desember 2019.
Sumber peta internet. Badan penanggulangan banjir di Kabupaten Musi Banyuasin. Salam dari Dataran Negeri Bukit Pendape. Kelak akan menjadi suatu kawasan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi Sumatera Selatan.
Sy. Apero Fublic

12/12/2019

Pengaruh Kesusastraan Pada Kehidupan Masyarakat Pendukungnya.

Apero Fublic.- Kesusastraan adalah semua hasil dari ide dan gagasan manusia yang didokumentasikan secara tertulis, dihafal, tercetak atau terekam (video), audio. Sehingga ide dan gagasan tersebut dapat tersampaikan pada masyarakat luas. Kesusastraan adalah gambaran dari masyarakat pendukungnya.

Sebagai contoh; masyarakat Indonesia yang berpikiran tahayul. Maka akan muncul cerita-cerita yang bersifat tahayul, novel tahayul, atau film tahayul (film kuntilanak). Apabila kesusastraan pada masyarakat liar seperti kebudayaan barat. Maka kesusastraan liar juga akan muncul dan berkembang. Kesusastraan yang dihasilkan cerminan dari masyarakatnya. Dalam kesusastraan memiliki dampak-dampak besar pada kehidupan masyarakat yang mendukungnya.

Misalnya dampak sastra-sastra di Indonesia. Di Indonesia kesusastraan lebih banyak diproduksi oleh non muslim yang menganut atau merujuk kebudayaan barat. Sehingga sastra yang mereka buat dan mereka ususng adalah kesusastraan yang tidak memperhatikan norma-norma susilah di Indonesia. Yang banyak dipengaruhi Islam. Perhatikan saja hasil produksi sastra mereka.

A. Dampak Positif
I. Pengendalian Sosial dan Pembentukan Opini
Sastra banyak juga di gunakan sebagai pengendalian sosial. Berupa pembentukan opini dan pandangan pembenaran pada suatu kejadian atau pemberitahuan sebuah kejadian. Pertama, seperti film G30 September PKI. Di sini pembentukan opini dan gambaran bagaimana peristiwa kelam tersebut. Namun dengan hadirnya film tersebut telah memberikan pemahaman kalau peristiwa itu seperti itu. Entah itu isinya original atau bercampur-campur, tidak tahu. Namun itulah yang masyarakat tahu.

Kedua, seperti film Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti semasa Orde Baru. Film Si Pahit Lidah semasa Orde Baru yang dibintangi oleh Adven Bangun. Salah satu film yang memberikan opini dan kerangka berfikir paham sukuisme pemimpin Orde Baru. Hal ini, diambil dari adegan dalam film Si Serunting Sakti yang mendapat kesaktian dapat menyumpahi seseorang menjadi batu.

Di film tersebut Serunting Sakti mendapatkan kesaktian itu dari seorang ratu di Tanah Jawa. Gambaran ini memberikan opini kesentralan Jawa sebagai pusat. Sehingga dukungan masyarakat ke Jawa menjadi pembenaran, rujukan dan  opini. Sehingga orang Sumatera Bagian Timur meliputi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung akan mendukung kesentralan tersebut. Begitupun wilayah-wilayah lain di Indonesia. Karena film tersebut diproduksi oleh kelompok sukuisme jawaisme.

Padahal dalam cerita rakyat Pulau Sumatera Bagian Timur. Cerita si Pahit Lidah memiliki kesaktian itu secara alami dan tidak diberikan oleh siapa pun. Legenda si Pahit Lidah milik masyarakat Sumatera pedalaman. Masa-masa hadirnya legenda masyarakat tidak memiliki hubungan apa-apa dengan wilayah lain. Tidak ada hubungan kebudayaan tertentu, baik Hindu dan Budha atau Islam.

Selain itu, pengaburan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang menguasai Pulau Jawa pada masanya. Serta menyembunyikan bahasa-bahasa Melayu kuno dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan. Candi-candi peninggalan Sriwijaya dan Dinasti Dapunta Sailendra berkuasa di Jawa. Akademisi yang menyembunyikan dan berusaha merendahkan suatu warisan sejarah adalah akademisi atau penulis berpaham sukuisme.

Film baru-baru ini yang melakukan pembentukan opini oleh kelompok Islam yang meminta di cap toleran, tidak mau dicap radikal yaitu film The Santri. Film ini kental sekali dengan pembentukan opini. Menurut mereka itu adalah untuk mengajarkan toleransi. Tapi, bagi para pembentuk opini ada hal yang perlu di ingat. Pembentukan opini tersebut tidak akan bertahan lama.

Karena mansuia berpikir terus dan opini hanya dibuat segelintir orang. Tentu tidak akan dapat mengimbangi pemikiran yang berdatangan dari waktu ke waktu. Kita lihata saja, runtuhnya arsitektur masjid rekayasa dari Yayasan Masji Pancasilah yang dididirikan semasa Orde Baru. Dimana-mana semua masjid arsitektur rekayasa atap tingkat tiga sudah dihancurkan masyarakat menyeluruh di seluruh Indonesia. Mengapa, karena manusia memilih sendiri kebenaran itu. Dan manusia juga memiliki akal sama seperti pembuat opini.

Sesungguhnya tidak perlu diajarkan masalah itu. Sebab orang sudah mengerti dan terlalu berlebihan. Mereka yang membuat film The Santri memiliki misi untuk memerangi paham radikalisme menurut mereka. Tulisan ini bukan kontra tapi bentuk penggambaran dari pemahaman kesusastraan yang memberikan cerminan dari masyarakat Indonesia. Di film ini terlihat jelas sekali kalau ada perang pemikiran dan usaha-usaha tertentu. Justru, dengan hadirnya film ini akan meresahkan kelompok islamis. Mereka merasa terancam dan berusaha melakukan perlawanan.

II. Hiburan dan Pengembangan Kebudayaan
Salah satu fungsi sastra adalah hiburan. Manusia memiliki rasa jenu dan bosan. Sehingga manusia memerlukan hiburan. Hiburan memiliki kemampuan besar dalam memberikan efek kejiwaan yang menenangkan.

III. Pendidikan
Di dalam sastra banyak manfaat untuk pendidikan. Karena melalui sastra masyarakat akan belajar dengan menyenangkan dan tidak tegang. Pengajaran melalui sastra ini sangat melekat dibanding dengan saat kajian-kajian, ceramah, seminar. Sehingga sastra sangat berpengaruh pada masyarakat. Sastra adalah cerminan masyarakat tersebut.

IV. Bisnis
Bisnis adalah hal yang tidak tertinggal dari dunia sastra. Kita lihat sekarang dunia sastra sudah sangat luas. Dari media cetak dan terknologi eletronika. Kita lihat seperti film, media sosial, media elektronik selalu mengkaitkan dengan bisnis dan keuangan.

B. Dampak Negatif
I. Merusak norma-norma
Dalam perkembangan dunia kesusatraan banyak jenis kesusastraan yang dapat merusak norma-norma sosial masyarakat. Seperti norma adat istiadat, norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Kesusastraan mampu menerobos dan menghantam norma-norma tersebut. Sehingga norma-norma hancur lebur dan hampir tidak tersisa.

Manusia yang malas belajar dan malas mempraktikkan kebudayaannya. Membuat semua norma-norma yang dimiliki bangsanya terlupakan. Sehingga masyarakat mulai kehilangan pegangaan hidup. Lalu mereka menjadi masyarakat yang kacau. Kemudian mengikuti kebudayaan yang mendominasi pada masanya. Bahkan terkadang orang-orang tersebut merendahkan kebudayaannya sendiri. Lalu merasa hebat dengan meniru kebudayaan orang lain. Yang paling celaka yang ditiru bukan hal yang baik.

Tapi orang Indonesia dalam meniru berbeda dengan orang Cina. Orang Cina meniru yang baik, seperti teknologi. Kalau orang Indonesia meniru hal yang buruk. Meniru ke-gayaan, ikut mengkonsumsi minuman keras, ikut kumpul kebo, ikut pakaian mini, ikut seks bebas, ingin melegalkan LGBT, ikut tatoan, pacaran peluk-pelukan ditempat ramai.

Merasa moderen dan keren dengan tato. Padahal tato itu milik kebudayaan suku-suku primitif untuk tanda anggota sukunya. Tato dibilang seni, padahal seni adalah sesuatu yang bermanfaat, indah, tidak merusak. Tato menyakiti kulit, dan diri sendiri. Sedikitpun tidak ada manfaatnya. Apakah ada orang keren dengan tatoan seluruh tubuh atau di bagian manapun di badanya, TIDAK.

Hal seperti ini muncul adalah bentuk peniruan pada masyarakat Barat yang liar, bukan bebas. Bebas adalah hal yang tidak terikat, tapi punya aturan. Dari mana inspirasi mereka-mereka, ya dari film-film geng-geng  dunia Barat. Kadang pemeran film tersebut hanya tato cap atau tato lukis yang dapat dihapus kalau syuting film sudah selesai. Di Indonesia diikuti dan dicontoh oleh masyarakat secara nyata.

II. Senjata Ideologi dan Politik
Kesusastraan juga dapat menjadi senjata sebuah ideologi dan politik. Salah satu ideologi yang berkembang dari kesusastraan yang menggunakan media teater dan novel. Adalah ideologi sosialisme yang nantinya berkembang menjadi leninisme dan menghancurkan kekaisaran Rusia.

Kesusastraan yang menceritakan tentang pertentangan sosial kaum bangsawan dan rakyat petani (proletar). Memberi pengaruh terhadap pemikiran masyarakat sehingga penuntutan penghapusan kelas bangsawan dan kesetaraan manusia muncul. Revolusi komunisme meletus dan runtuhlah Kekaisaran Rusia.

III. Mempengaruhi Prilaku Sosial
Dalam prilaku sosial kesusastraan juga sangat berpengaruh. Perilaku sosial akan terpapar ke masyarakat yang dihadirkan oleh kesusastraan. Banyak sastrawan berkata kalau sastra suatu bangsa adalah cerminan bangsa tersebut. Pengaruh prilaku sangat kontras di tengah masyarakat. Kita dapat melihat dimana prilaku keras, baik, jahat, dapat dipengaruhi oleh sastra (film dan novel, dll).

Kita tentu tahu saat dunia film memperagakan busana. Mode pakaian, acara-acara pertemuan di hotel, nongkrong di kafe atau ditemat tertentu. Keberhasilan disimbolkan dengan memiliki harta-harta benda. Kita menonton adegan dimana dalam cerita novel atau film. Menceritakan tentang orang miskin yang hina dina.

Kemudian merantau ke kota dan menjadi kaya raya. Lalu pulang membawa mobil dan banyak uang. Hal ini kemudian menjadi pemikiran masyarakat pengkonsumsi sastra tersebut berpikir kalau orang sukses itu punya mobil. Sehingga kesuksesan tidak di nilai dengan prestasi. Sehingga manusia kemudian berlombah-lombah mendapatkan mobil untuk simbol kesuksesan. Disisi lain, sastra yang bertema orang merantau ke kota dan berhasil menjadi kaya. Juga faktor yang mempengaruhi urbanisasi ke kota-kota.

Dalam berpakaian, misalnya wanita cantik dan moderen itu di nilai dari make over, lipstik, dan pakaian-pakaian mini dan seksi. Sehingga para wanita berlombah-lombah mengikuti cara film atau novel tersebut. Sehingga kaum wanita pengkonsumsi sastra ikut-ikutan dengan gaya-gaya seperti itu. Membeli tas-tas yang berisi bedak dan lainnya. Baik itu dilihat dari film atau iklan. Telah membentuk pemikiran bahwa tas bagian dari mode. Agar wanita dinilai sebagai wanita cantik.

Sehingga kecantikan wanita tidak di nilai lagi dari, akhlaknya. Tidak di ukur dengan kejujurannya, tidak diukur dengan kesalehannya, tidak diukur dengan prestasinya, tidak diukur dengan kehormatannya, tidak diukur dari tertutupnya tubunya. Kemudian saat pacaran dimana dia mengikuti cara pacaran di dalam film dan novel. Kesuciannya diserahkan pada sang pacar atas nama cinta.

Kemudian dia ditinggalkan sang pacar. Lalu terluka dan kecewa, putus asa. Kemudian ada seorang laki-laki tampan dan baik hatinya. Dia ceritakan kalau dia tidak suci lagi. Karena kebaikan laki-laki itu dia menerima kekurangaannya. Kemudian seorang gadis membawa cerita film itu. Dia masukkan kedalam kehidupannya yang nyata. Kalau cinta tidak mempersoalkan kesucian. Alasannya untuk membenarkan kebodohannya.

Padahal di dunia nyata tidak akan ada laki-laki terhormat yang mau dengan wanita pezinah. Kecuali laki-laki yang memang sering berzinah. Di dunia barat kumpul kebo adalah harus. Karena mereka memang manusia yang tidak memiliki adab dan norma-norma susilah. Mereka memandang wanita sama dengan laki-laki. Tidak memiliki kehormatan diri. Saat menonton film atau membaca novel tentang bagaimana perilaku dan budaya mereka seperti itu. Di ikuti juga karena berpikir seperti itu kiranya orang negara maju pacaran.

Penjelasnya, katakanlah saat berpacaran di dalam dunia film. Kemudian ditiru oleh anak-anak muda di Indonesia yang sudah menonton. Selanjutnya para penulis Indonesia juga meniru cara-cara tulis yang sedemikan (inspirasi). Begitupun dengan pembuat film-film juga mengikuti juga.

Dengan demikian, Inilah yang dimaksud mempengaruhi prilaku sosial masyarakat secara luas. Kita saksikan saja sekarang, gaya-gaya rambut, mesum disana sini seperti adegan video-video forno. Berhubungan intim dua perempuan satu laki-laki. Satu perempuan tiga laki-laki.

Semua itu, meniru film-film forno yang diprooduksi masyarakat non muslim dimana pun di dunia ini. Orang-orang tersebut bertanggung jawab atas meningkatnya tarap mesum dan pelecehan terhadap wanita dan anak-anak. Banyaknya perselingkuhan dan maraknya perzinahan.

IV. Membawa Ke Dunia Daya Hayal
Di maksud dengan memperkuat daya hayal adalah dimana individu yang mengkonsumsi film atau literasi sastra muncul sifat peniruan. Sehingga adanya sikap atau sifat yang menghayal atau terjebak dalam dunia hayalan (imajinasi). Misalnya, eksen yang berlebih seakan mempersamai kehidupan nyata dia, dengan jalan cerita sastra yang dia konsumsi (film, novel, video).

Seperti dalam soal cinta dimana kecintaan dibuat-buat eksen romantis. Contoh, memberi bunga dengan berlutut pada gadis, seakan itu adalah tanda cinta yang sesungguhnya dan romantis. Berjalan bergandengan tangan sebagai tanda kemesraan dan kasi sayang. Merayakan ulang tahun pacar di hotel. Lalu tidur di hotel layaknya suami istri. Saat berpisah dengan sang pacar. Berciuman, pipi kiri dan pipi kanan. Ada yang berciuman di bibir.

Dalam hal ciuman di bibir, sesungguhnya mulut laki-laki dan mulut perempuan. Walau sudah gosok gigi tetap memberikan bauh. Karena hawa atau gas tubuh seseorang berbeda-beda. Walau sudah gosok gigi tetap mulutnya bauh. Saat tertelan air liur seseorang anda dapat sakit perut. Berarti, nikmatnya ciuman di bibir dalam adegan film hanyalah di buat-buat, atau ekting film. Orang bisa mengulang kalau kurang pas atau tidak pas.

Mereka seolah-olah menjalankan metode pacaran yang sesungguh. Padahal hal tersebut adalah bentuk seremonial kepura-puraan. Bentuk tiruan sandiwara novel dan film yang mereka sendiri sebagai pemerannya. Mereka ingin masuk kedalam dunia sastra (film dan novel), yang romantisme. Mereka tidak sadar kalau mereka berusaha masuk kedalam dunia kartunis atau fiksinis.

Padahal pada kenyataan sesungguhnya kalau dunia pecaran hanyalah sebatas saling mengenal saja. Saling mengenal atau kalau di dalam Islam melakukan taaruf. Taaruf proses saling mengenal dalam jangka waktu yang di tentukan. Sehingga pikiran sehat dan kesungguhan tersebut hadir.

Mereka merasa dimiliki dan memiliki di dalam alam semu dan khayalan. Bermain asmara dan drama-drama yang mereka buat sendiri. Marahan, ributan, dan romantisme-romatisme yang dikarang. Kadang ada yang bunuh diri, membunuh, hanya karena persoalan perasaan yang dimainkan. Film dan novel telah mensugesti manusia secara luas. Zaman dahulu sebelum pengaruh sastra hitam muncul. Pemuda-pemudi Indonesia biasa saja dalam hal perasaan. Walau pun mereka berpacaran.

Bukan hanya dalam urusan cinta, dunia hayal dan imaginer manusia yang di bawak ke alam anyata. Film perang dan film geng-geng nakal yang suka perang. Kemudian muncul kelompok-kelompok tauran. Film dan novel yang memperagakan bulian, tindak kekerasan senior terhadap adik kelas. Juga diperankan ke alam nyata. Banyak dimana pemukulan dan penyiksaan dilakukan oleh senior pada junior. Dia memerankan begitulah kalau menjadi senior.

Itulah yang di sebut membawa dunia sandiwara ke dalam dunia nyata. Yang seharus kesusastraan hanya sebatas hiburan tapi akhirnya dijadikan tuntunan. Pembuat film dan penulis sastra bertanggung jawab atas rusaknya sosial masyarakat. Maka mereka akan dihisab dihari akhir nanti. Dosa perbuatan orang-orang sebab pengaruh dari yang dia produksi (tulisan atau video) sama dengan para pelaku. Misalnya orang itu berzinah maka dosanya sama dengan pezinah tersebut.

Catatan: Orang-orang yang memproduksi kesusastraan hitam adalah pembunuh masyarakat dan pembunuh moral. Jangan meremehkan kesusastraan sebab itu adalah cermin masa depan bangsa kita. Masa depan anak cucu kita.  Dalam berprilaku kamu harus dapat membedakan antara dunia kenyataan dan dunia fiksi yang diciptakan manusia.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 3 November 2019.

Sy. Apero Fublic

12/10/2019

Filosofi PUNJUNG dalam Syarat Adat Pernikahan Masyarakat Melayu Sumatera Selatan

Apero Fublic.- Masyarakat Indonesia pada zaman dahulu kemungkinan tidak pernah menumbalkan manusia dalam ritual kepercayaan mereka. Sebagai bangsa penganut animisme dan dinamisme mereka memberikan persembahan pada arwah leluhur dan bangsa jin. Persembahan mereka dari hewan dan buah-buahan. Bentuk ritual persembahan yang paling tua di kawasan Austronesia.

Kepercayaan pada hal tersebut bahkan bertahan sampai sekarang. Walaupun sudah tidak begitu kental dan mulai ditinggalkan. Masuk dan berkembangnya Islam perlahan mengikis kepercayaan Animisme dan dinamisme. Saat ini, kepercayaan dan ritual kuno masih bertahan di beberapa daerah dan desa-desa. Persembahan berupa ayam dan pelengkapnya, ditempatkan didalam wadah melebar lalu diletakkan di tempat yang dianggap ada roh atau jin. Cara memasak ayam sama dengan cara memasak untuk makanan manusia.

Ayam dibersihkan, dimasak utuh tidak dipotong-potong, dibumbuhi, dan diiukuti makanan pelengkap lainnya. Layaknya untuk makanan manusia. Karena mereka percaya kalau roh-roh, arwah, bangsa jin. Makan seperti manusia pada umumnya. Dimasak dengan baik agar sedekah  (persembahan) mereka diterimah. Apa yang mereka minta akan dikabulkan.


Persembahan diberikan pada arwah-arwah, roh gentayangan, bangsa jin. Semua makhluk tersebut biasanya menempati suatu tempat, misanya tempat keramat atau angker. Dahulu sewaktu aku berumur delapan tahun.

Banyak orang-orang tua memberikan sedekah (persembahan) di suatu tempat. Saat ada keluarga mereka sakit. Misalnya si sakit pernah duduk di bawah sebatang pohon besar. Kemudian diperkirakan kalau dia diganggu penunggu pohon itu. Maka sedekah di antar ke bawah pohon tersebut.


Pada masa peradaban Megalitikum tempat persembahan dibuat semacam altar. Sedangkan tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti situs-situs, muara sungai, pohon besar, gunung, batu besar, gua, lobang dan sebagainya. Setelah meletakkan persembahan mereka meminta pertolongan dan keberkahan pada tempat tersebut.

Meminta kesembuhan, dan perlindungan dari gangguan jin yang jahat. Yang membedakan jenis sedekah hanyalah jenis ayam. Seperti ayam kumbang, ayam biring kuning, ayam putih, dan jenis lainnya. Tergantung dari saran    orang yang dianggap mengerti (Datu). Masuknya Hindhu dan Budha ke Asia Tenggara menjadikan ritual persembahan berasimilasi dengan kebudayaan Hindhu atau Budha. Hal demikian masih bertahan dibeberapa kawasan di Indonesia.


Masuk pengaruh Islam pola ritual kuno tersebut sedikit bergeser. Mantra bacaan ritual dimulai dari basmallah dan diakhiri Haq kata Allah. Kemudian persembahan tidak lagi diantara ke situs atau tempat-tempat tertentu. Tapi dimakan bersama dirumah orang yang menyelenggarakan sedekah (ritual kuno).

Mantra yang sudah dipengaruhi Islam tetap dibaca. Kemenyan tetap dibakar. Lalu tetua memimpin membaca surah yasin, zikir, tahlil, doa selamat, doa tolak bala. Ayam tetap dimasak utuh dan diwadahi berbeda dengan hidangan. Kalau orang Melayu menamakannya Makanan Puyang. Tapi itu juga dimakan oleh orang-orang juga.

Kata sedekah kosa kata baru dalam menyebut istilah persembahan kuno. Kata sedekah diserap dari kosa kata bahasa Arab, sodaqoh. Kata asli penamaan dari persembahan kuno tersebut tidak diketahui lagi. Tapi menurut perkiraan saya nama ritual kuno tersebut adalah punjung.

Mankna sedekah yang dilaksanakan semasa Islam. Juga masih meminta kesembuhan dari penyakit, belum dapat keturunan, pengusir siluman dan lainnya. Apabila diperhatikan dalam proses masuknya Islam, ada perang kebudayaan untuk menghapus kebudayaan pagan Austronesia. Namun pergeseran berjalan sangat lambat. Masyarakat masih sering melakukan ritual kuno walau sebagian besar tidak melakukannya.


Dalam hal ritual sedekah ini. Apabila terdapat keramat yang diyakini masyarakat pendukungnya. Maka sedekah dilaksanakan dikaitkan dengan keramat tersebut. Keramat biasanya berupa situs atau makam  orang sakti, tokoh masyarakat, ulama, nenek moyang (puyang). Masyarakat menakannya sedekah nyambat puyang.

Nyambat puyang bagian dari kebudayaan kuno orang Melayu yang dipengaruhi Islam. Puyang atau nenek moyang mereka dianggap memiliki kekuatan sakti yang dapat membantu permasalahan mereka. Dari pokok ini, maka yang masih tersisa dari kepercayaan kuno adalah kepercayaan pada roh-roh yang dapat membantu permasalahan mereka. Biasanya yang dikeramatkan adalah tokoh agama atau leluhur masyarakat setempat.


Begitupun saat membuka lahan baru. Untuk membangun rumah atau bertani. Istilah ini disebut dengan sedekah tanah. Persembahan atau sedekah diberikan. Orang tua-tua yang dianggap mengerti. Dia akan melaksanakan prosesi sedekah. Dari memilih tempat peletakan, membakar kemenyan, dan membaca mantra, doa dan harapan.

Mantra yang pernah aku dengar. "Puyang tugggu tanah tani. kami anak adam numpang membangun rumah. jangan ganggu anak cucu kami. Kami datang membawa makanan untuk puyang. Kami anak cucu Putri Kembang Dadar. Kami dalam lindungan Puyang Segentar Alam. Haq kata Allah, bukan aku yang berkuasa. Tapi Allah yang berkuasa." Mantra ini sudah dipengaruhi Islam.


Persembahan biasanya dimakan manusia yang ikut ritual itu. Kadang dimakan hewan-hewan ternak, ayam atau anjing. Pada zaman sekarang dimana tahayul mulai hilang. Orang akan berebut ingin menyantap persembahan tersebut. Kalau zaman dahulu tidak ada manusia yang berani menyentuh persembahan tersebut.

Karena akan menyebabkan celaka, memakan makanan roh atau jin. Dari uraian kecil ini. Dapat dipahami kalau ayam begitu kental dengan budaya asli masyarakat Melayu Austronesia. Alasannya sederhana, karena ayam hewan ternak yang mudah dikembang biakkan. Juga dimiliki oleh semua lapisan masyarakat pada masa lampau.


Pada masyarakat Melayu Sumatera Selatan ayam yang paling berharga adalah ayam biring kuning. Dinamakan biring kuning karena dari kaki, buluh-buluhnya, berwarna kuning atau kekuningan (jantan). Ayama jenis ini selalu digunakan untuk nazar dan sedekah-sedekah (ritual) apa saja.

Bahkan hampir sama dengan kambing. Nazar menyembelih ayam biring kuning harus ditepati bagi masyarakat. Kalau tidak akan menyebabkan mudarat-mudarat besar bagi si penazar. Nazar dalam sedekah menyembelih ayam biring kuning sama dengan sumpah.

*****

Dari uraian diatas kita mengetahui bagaimana jalan kebudayaan orang Melayu dari masa lampau sampai masa sekarang. Dari ritual kepercayaan animisme dan dinamisme. Kemudian masuk kedalam kebudayaan dan berkembang. Yaitu, penggunaan ayam menjadi syarat adat pernikahan. Masyarakat  Melayu mengistilahkannya dengan punjung.

Kata punjung terdiri dari dua kata, pu dan njung. Kata pu disini menjeslakan tempat. Karena setiap awalan kata pu-pe-pa selalu menjelaskan tempat dalam bahasa Melayu. Di tempat dalam artian yang dijelaskan kata pu. Menerangkan kalau di tempat tersebut ada sesuatu yang dihormati, didekati, dimuliakan dan dihargai. Kalau dalam adat pernikahan berarti menghormati, menghargai, mendekati dan dimuliakan. Yaitu keluarga dan mempelai perempuan.

Tempat yang dimaksud adalah rumah kediaman mempelai perempuan. Sedangkan kata njung berasal dari kata anjungAnjung bermakna mengangkat sesuatu tinggi-tinggi  dengan tangan di atas kepala. Dalam kata njung ini menerangkan menghargai atau memuliakan. Menjelaskan kalau ada kedudukan yang dihormati. Untuk mengecek pola bahasa Melayu ini. Dapat dilacak dari penggunaan aksara lama, KAGANGA atau Aksara Ulu.


Maka kata punjung dapat didefinisikan sebagai berikut. Punjung suatu syarat adat pernikahan yang memberikan tanda penghormatan yang tinggi pada keluarga mempelai wanita dan memuliakan wanita yang akan menikah. Selain tanda penghormatan pada keluarga mempelai wanita.

Punjung juga bermakna kalau seorang wanita derajadnya tinggi. Harus diperlakukan dengan baik dan dihargai. Dengan memberikan punjung berarti calon suami meminta restu untuk menikahi anak mereka atau saudara mereka. Punjung kalau kita kembalikan pada sistem kepercayaan kuno sebagaimana diterangkan di atas. Sama dengan persembahan dalam ritual kuno orang Melayu.

Nenek moyang orang Melayu telah mewariskan bermacam-macam bentuk kebudayaan. Seperti warisan kebudayaan dalam wujud material, gagasan, dan aktvitas. Kebudayaan yang berbentuk aktivitas bukan hanya sebatas ritual dan kesenian saja. Tapi dalam konsep pelaksanaan kebudayaan juga terkandung ada makna-makna. Yang kadang oleh generasi sekarang tidak terbaca atau tidak diketahui. Bahkan cenderung diabaikan dan diremehkan.

Sebagai bentuk uraian dari kearifan lokal punjung dalam pembinaan keluarga. Dapat kita telusuri dari makna pemberian punjungPunjung sebagai pemberian penghormatan dan tanda bersambungnya dua keluarga. Punjung menghormati wali perempuan dan keluarga mempelai perempuan. Punjung adalah ikatan keluarga yang kuat bagi orang tua terdahulu. Bahkan Punjung Wali sama pentingnya dengan mahar.

Punjung dibuat dari seekor ayam yang dimasak atau diberikan oleh mempelai laki-laki yang menjadi syarat adat pernikahan. Ukuran ayam disesuaikan untuk dikonsumsi. Punjung terdiri dua jenis, yaitu punjung wali dan punjung sanak. Punjung wali berupa ayam yang dimasak secara utuh oleh keluarga mempelai laki-laki.

Dalam proses pernikahan punjung wali dan punjung sanak diberikan bersamaan dengan syarat-syarat lainnya. Punjung wali dilengkapi pengiringnya, seperti nasi, gulai dan lainnya. Punjung wali akan disantap oleh wali mempelai perempuan dan keluarga intinya (ayah, ibu, kakak, paman, dll). Sedangkan punjung sanak, diberikan pada keluarga-keluarga mempelai perempuan.

Kata sanak berarti keluarga besar, atau sanak saudara. Banyaknya tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Punjung sanak, berupa ayam hidup beserta perlengkapan masak (bumbu), beras, kelapa. Banyak bumbu dan beras juga menyesuaikan. Syarat punjung sanak ayam sehat, tidak cacat, dan sesui untuk dimasak.

Nanti keluarga yang diberikan punjung sanak mengundang kedua mempelai perempuan kerumah mereka. Punjung sanak dimasak bersama-sama, mempelai perempuan membantu memasak hari itu. Kemudian mereka makan bersama keluarga yang diberikan punjung sanak.

Sebagai contoh; Misalnya punjung sanak diberikan pada paman dari mempelai perempuan. Si paman dan keluarganya nanti menyembeli ayam punjung tersebut. Tentu waktu pelaksanaan  juga diatur. Itulah mengapa punjung sanak harus ayam hidup. Agar dapat mengatur waktu dalam proses acaranya.

Sesuai dengan aktivitas masing-masing. Baru mengundang pengantin baru tersebut kerumah mereka untuk makan bersama. Kadang mereka menginap ada juga yang seharian saja (pagi pulang sore). Si mempelai wanita memasak bersama sang bibi. Mempelai laki-laki berbincang-bincang dengan sang paman.

Setelah memasak selesai, lalu makan bersama-sama. Saat itulah, terjalinlah ikatan keluarga yang baik. Rasa hormat, penghargaan dan perkenalan keluarga. Si paman akan berwibawa bagi pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Sang suami sebagai orang baru akan menjadi akrab dengan keluarga paman sang istri.

Kemudian sang paman, istri paman, bercerita, bercengkrama, memberikan nasihat yang baik tentang bagaimana berkeluarga. Mereka menceritakan suka-duka  mereka selama ini. Jangan muda terhasut dengan kata-kata orang.

Jangan egois dan saling pengertian antara suami istri. Memberikan motivasi dan bimbingan yang baik berdasarkan pengalaman keduanya. Agar keluarga baru tersebut tetap berjuang membangun keluarga dengan baik. Perbincangan yang bersifat pribadi tapi tidak kaku. Mengalir biasa tanpa rekayasa. Tentu akan berkesan yang mendalam pada pengantin baru itu.

Sang paman selaku keluarga pengantin perempuan juga menitip pada mempelai laki-laki agar menjaga keponakannya dengan baik. Didik dengan ahlak Islam yang benar. Saat pulang Paman dan Istri Paman memberikan hadiah pernikahan sesuai kemampuannya.

Inilah yang disebut dengan diplomasi keluarga. Yang menjalin kekeluargaan dan menciptakan rasa segan atau saling menghargai dan menghormati. Apabila suatu saat nanti dalam perjalanan rumah tangga pengantin baru tersebut ada permasalahan.

Teguran dan saran dari keluarga akan berwibawa. Keluarga mempelai perempuan akan disegani keduananya. Mereka ada rasa malu pada keluarga kalau sampai berbuat tidak baik. Begitu juga saat mereka diundang keluarga penerima punjung yang lain. Mereka kembali mendapatkan nasihat-nasihat dan kebersamaan keluarga.

Perkenalan sebagai keluarga baru berlangsung terus. Sehingga wibawa keluarga akan menjadi landasan keduanya dalam mengambil keputusan hidup. Zaman dahulu sangat jarang orang bercerai apa lagi bercerai muda. Itulah makna dari pemberian Punjung dalam adat pernikahan masyarakat Melayu Sumatera Selatan.

Masyarakat Melayu Sumatera Selatan tidak tahu tentang filoshofi dari Punjung. Nasihat pernikahan diganti dengan pidato atau ceramah. Sesungguhnya ceramah atau pidato saat akad nikah atau resepsi tidak akan berpengaruh sedikit pun bagi kedua mempelai.

Berbeda dengan nasihat dan perbincangan secara pribadi. Kemudian, punjung di sebagian daerah Sumatera Selatan diganti dengan barang. Misalnya, satu punjung sanak diganti satu kotak indomie, satu kaleng roti, dan sebagainya.

Kemudian yang mendapat indomie atau roti kaleng memberikan hadiah pernikahan. Baik berupa barang layaknya pemberian kado biasa. Ada juga ayam punjung sanak diternakkan oleh keluarga yang menerima. Tapi tetap memberikan hadiah pernikahan. Kekurangan dalam hal ini, adalah saat momen bersama-sama.

Dimana diplomasi keluarga yang dituju tidak terpenuhi. Dimana seharusnya yang mendapat punjung sanak bertugas memberi nasihat dan pengajaran hidup pada kedua pengantin baru tersebut. Mereka ditugaskan mengambil wibawa dan simpati dari keluarga baru tersebut.

Kekacauan budaya ini membuat kondisi sosial masyarakat Melayu Sumatera Selatan limbung atau goyang. Tingkat perceraian dan biayah pernikahan meningkat. Arisan pernikahan yang berlebihan, dan sebagainya. Saya rasa memang perlu dilakukan penggalian-penggalian kearifan lokal sekarang.

Untuk membantu masyarakat mengatasi problematika kehidupan sosial dan memantapkan kebudayaan. Dalam hal budaya pemberian punjung ini, sebagian besar masyarakat Melayu terutama di Sumatera Selatan sudah tidak mengenali lagi. Boleh dikatakan tradisi adat istiadat syarat pernikahan pemberian punjung sanak mulai punah ditelan zaman.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 8 Desember 2019.

Arti kata:
Biring: warna yang menempel tapi tidak merata sehingga diselang-selang oleh warna lain. Tapi warna utama tetap satu. Misalnya bulu ayam yang dominan itu warna kuning. maka dinamakan biring kuning.
Sedekah: dalam tulisan ini bermakna ritual atau memberikan persembahan berupa makanan baik pada manusia atau pada makhluk halus.

Sy. Apero Fublic.