12/13/2019

Mengenal Kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape. Sekayu. Sumatera Selatan.

Apero Fublic.- Dataran Negeri Bukit Pendape adalah nama suatu kawasan tradisional di Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA). Terletak di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin di seberang. Dipisahkan oleh aliran Sungai Musi. Kawasan ini berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten PALI. Penduduknya disebut "uwang berang" oleh warga MUBA lainnya.

Uwang berang berarti orang yang tinggal di seberang. Istilah itu merujuk diseberang pemukiman, atau wilayah yang diseberang. Istilah uwang berang sudah lama ada. Karena pada dasarnya penduduk MUBA awalnya tinggal di tepian tebing Sungai Musi. Sedangkan penduduk di kawasan seberang, menyebut penduduk ditepian Sungai Musi dengan Uwang Musi. Istilah Uwang Musi ini merujuk seluruh kawasan Kabupaten Musi Banyuasin pada umumnya.

Kawasan wilayah MUBA seberang, dinamakan dengan Dataran Negeri Bukit Pendape. Karena di bagian pertengah kawasan ini terdapat, Bukit Pendape. Kawasan kaki Bukit Pendape membentang menuruni tiga kawasan kecamatan. Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi, dan sebagian wilayah dari kecamatan lain. Lalu alur tanah terus menurun sampai ke tebing Sungai Musi.

Bukit Pendape menjadi arus tertinggi kawasan. Misalnya arus hulu sungai, arus air hujan. Serta ukuran tinggi tanah kawasan. Dataran atau permukaan tanah di kawasan ini menginduk ke Bukit Pendape. Bukit Pendape juga menjadi sumber air kawasan. Istilah Dataran Negeri Bukit Pendape adalah pembakuan dari istilah-istilah sebutan dari orang tua-tua (Puyang), pada zaman dahulu.

Pada zaman dahulu, sistem ekonomi masyarakat berbeda dari masa sekarang. Masyarakat masih menggantungkan hidup dari hasil berladang (baume), beternak, dan berburu. Seiring dengan berkembanganya penduduk. Kebutuhan lahan pertanian juga bertambah. Sedangkan di kawasan tinggal sudah ada pemiliknya semua. Maka, menyebarlah orang-orang di kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape. Berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Musi Banyuasin.

Pesebaran itu tentu berlatar belakang untuk mencari penghidupan. Karena jauh, dibutuhkan tempat tinggal sementara. Lalu terciptalah talang-talang di Dataran Negeri Bukit Pendape. Talang-talang di kemudian hari menjadi desa-desa. Istilah yang dipakai zaman itu bume jauh.

Bume artinya berladang, dan kata jauh bermakna; menjelaskan tempat yang sudah tidak lagi di daerah tempat tinggal tetap. Pembahasan bume jauh ini hanya akan dibahas satu titik saja. Untuk memudahkan pembahasan, yaitu dari titik Kecamatan Sungai Keruh. Karena di sini induk kebudayaan dan asal penduduknya.

Bume jauh memberikan sumbangan kemajuan daerah dan persebaran penduduk. Jejak peninggalan dari kebiasaan bume jauh adalah dengan adanya pemukiman-pemukiman Talang. Dari daerah Sekayu atau uwang Musi juga banyak membuat petalangan. Misalnya Talang Bendar, Talang Piase dan lainnya. Sedangkan talang masyarakat Marga Sungai Keruh mengarah ke pedalaman arah Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten PALI.

Talang paling ujung peninggalan jejak bume jauh adalah Talang Sungai Menang. Talang Sungai Menang terletak di sisi jalan proyek minyak Pertamina, dan di pinggir Sungai Menang. Sehingga talang dinamakan Talang Sungai Menang. Di talang ini tinggal masyarakat dari berbagai desa di Kecamatan Sungai Keruh. Dari Desa Kertayu, Pagarkaya, Gajah Mati, dan daerah Sekayu lainnya.

Daerah yang dijangkau masyarakat dalam berladang dahulu sampai ke Bukit Kulim. Puluhan kilometer lebih jauh dari Talang Sungai Menang. Sekarang Daerah itu sudah menjadi wilayah Kabupaten Musi Rawas. Padahal kawasan itu wilayah tradisional milik masyarakat MUBA.

Selain itu, talang yang lebih dekat seperti Talang Simpang, Talang Damuasam dan petalangan lain di pedalaman. Sesungguhnya, hampir semua masyarakat Sungai Keruh sering bume jauh. Namun yang tinggal menetap dan membangun petalangan hanya sedikit. Selain itu, masyarakat dari daerah Panukal juga datang bume jauh.

Lalu bersama-sama membentuk petalangan dengan masyarakat dari Sungai Keruh. Seperti Talang Sungai Rambutan, Talang Kuning Air. Sedangkan Talang Lokasi pada awalnya dibangun beberapa warga dari Desa Gajah Mati, Pagar Kaya dan lainnya. Sekarang petalangan tersebut sudah menjadi Desa Talang Simpang. Bentuk talang memanjang jalan. Terletak di jalan lintas dari Jirak ke wilayah Kabupaten Musi Rawas. 

Sedangkan di sisi lainnya mengarah Kecamatan Pelakat Tinggi. Juga banyak masyarakat yang bume jauh. Mereka membuka hutan disekitar kaki Bukit Pendape. Masyarakat yang bume jauh di sekitar kaki bukit pendape juga meninggalkan jejak berupa petalangan.

Seperti Talang Meranti, Talang Jebang, dan Talang Bilik Panjang, dan talang lainnya. Pada umumnya masyarakat yang datang juga dari sebelah hilir. yaitu dari Desa Pagarkaya, Desa Kertayu, Desa Kertajaya, Desa Gajah Mati, Desa Tebing Bulang dan lainnya. Pertanyaanya, mengapa hanya sedikit yang bertahan dikawasan tersebut.

Karena sewaktu pemerintah menanan penghijauan atau Hutan Tanam Industri (HTI). Kalau masyarakat menyebutnya hutan sengon. Begitupun jauh sebelumnya di kawasan Bukit Pendape juga sudah dijadikan hutan lindung. Pemerintah juga melarang aktivitas ladang berpindah atau bume jauh. Dengan demikian, terhentilah kebiasaan bume jauh. Penduduk kembali ke daerah asal dan menanam hutan industri produksi, terutama karet.

Pernah aku mendengar kakek bercerita bersama-sama rekannya. Semasa konflik PERMESTA di daerah-daerah hutan tersebut dijadikan markas tentara PERMESTA (Perjuangan Rakyat Semesta). Kalau maysarakat menyebutnya tentra hutan (tentara hutan). Pada masa kolonial Belanda menurut cerita kakek.

Perhubungan daerah ini lancar karena terdapat industri minyak bumi. Kakek pernah ikut puyang mengambil upahan menarik pipa minyak dengan kerbau. Jalan tersebutlah yang dijadikan masyarakat akses menuju daerah bume jauh.

Seluruh kawasan ini dahulunya diistilahkan oleh orang tua-tua dengan, "Pematang bomi Bukit Pendape. Istilah penyebutan kawasan luas wilayah di bagian seberang Sekayu (MUBA). Seperti ungkapan berikut, “bomi boket pendape libokkalu nak baume asak tan, tebentang melintang dari sikak, sampai boket pendape laju ke bukit KolemNgilo, ngulu, ngidau-nganan utan galek. Itu tanah warisan puyang kitekSape nak bume, bume.”

Terjemahannya: "Daerah kawasan Bukit Pendape luas, kalau mau berladang, berladanglah. Terbentang luas melintang, dari sini (tempat tinggal), ke Bukit Pendape sampai ke Bukit Kulim. Kehilir, kehulu, kekiri dan kekanan, hutan semua. Semua wilayah itu warisan nenek moyang kita. Siapa yang mau berladang, berladang saja."

Selain istilah bomi (bumi) ada juga yang menyebutnya dengan pematang. Kata pematang bermakna suatu kawasan tanah yang tidak terendam banjir, atau tanah yang berbukit-bukit. “Pematang kitek kak libok. Mulak dari sikak, terus jauh laju ke Bukit Pendape sampai Bukit KolemKidau kanan utan galek. Kalu ngilo lah bukak uwang Musi, kitek ngulu. Terjemahan; "daerah kita ini luas. Mulai dari sini (tempat dia berkata), sampai ke Bukit Pendape, lalu ke Bukit Kulim. Kekiri dan kekanan hutan semua. Kalau di daerah hilir sudah dikelolah oleh masyarakat dari seberang. Maka kita ke sebelah hulu saja." Istilah kehulu merujuk ke arah perbatasan Musi Rawas, dan Kabupaten PALI.

Sedangkan menghilir ke daerah pinggiran Sungai Musi. Kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape, ada sebagian juga yang menjadi kawasan transmigrasi, seperti di Kecamatan Plakat Tinggi. Dari istilah bahasa tradisional dan gambaran sebutan orang-orang tua-tua (Puyang) terdahulu. Maka, dapat diterjemahkan ke bahasa sekarang. Dengan nama, kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape.

Bukit Pendape
Menyepakati atau membakukan nama Bukit Pendape. Sehingga seragam dalam menyebut dan menulis nama Bukit Pendape. Kita akan menyelidiki dari pola bahasa Melayu. Karena bahasa adalah kebudayaan yang terkembang menyatu dengan kehidupan masyarakat. Bahasa Melayu sudah mencul dan tumbuh berkembang sejak nenek moyang kita.

Dari masa-masa belum berkebudayaan atau zaman suku-suku (purba). Masyarakat Melayu di Sumatera Selatan sama dengan masyarakat Melayu di kawasan lainnya, baik di Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Thailand Selatan, Mindanau di Pilifina dan lainnya. Sebagai uraian kita mulai dari menjelaskan melalui ilmu bahasa.

Masyarakat Musi Banyuasin dalam penamaan Bukit Pendape banyak perbedaan. Tersebar di tengah masyarakat. Hal tersebut wajar karena memang belum ada pembakuan nama Bukit Pendape. Nama yang sering disebut masyarakat, Seperti Bukit Bendape, Bandape, Pandape, Pendape dan juga Pendopo.

Kalau kita telusuri asal bahasa yang menjelaskan tempat, dalam bahasa Melayu, yaitu awalan kata yang berbunyi, Pa,Pe, dan Pu. Dicontohkan nama tempat, seperti Pa-nukal, Pa-lembang, Pa-garalam, Pa-dang, Pa-ngomobok, Pa-rabumuli, Pa-taling, Pa-sira, Pa-kalanpam, Pa-ngage, Pa-laju dan lainnya. Dari uraian awalan pa tersebut menjelaskan tempat. Tapi awalan pa menjelaskan tempat dalam artian sempit. Misalnya di dalam kota, di talang, di desa, di ladang, di kebun.

Sedangkan awalan kata pe menjelaskan kawasan yang lebih luas (umum). Melingkupi seluruh daerah tersebut. Meliputi, tempat tinggal, desa, talang, kota, hutan, kebun, sungai, bukit. Kata pe menjelaskan keseluruhan daerah dari tepi ke tepi. Kalau secara umum awalan kata pe sama dengan kita menyebut daerah bahasa kita sekarang.

Coba kita cermati ketika kita menyebut kata Pa-nukal. Kadang orang-orang tua-tua juga menyebut dengan kata pe-nukal. Karena dalam kata awalan pe menjelaskan tempat secara keseluruhan daerah Panukal (umum) tanpa terkecuali, dari tepi ke tepi (daerah Panukal).

Sedangkan maksud awalan kata pa (Pa-nukal), hanya menjelaskan satu tempat saja. Misalnya, dia seorang penduduk Desa Air Hitam di Panukal. Lalu dia berkata, "aku nak balek ke Pa-nukal. Itu berarti menjelaskan dia mau pulang kedesanya di Desa Air Hitam di daerah Panukal (artian sempit). Kata awalan pa tidak menjelaskan Panukal secara keseluruhan daerah Panukal (umum).

Generasi sekarang tidak tahu perbedaan dalam penyebutan tersebut. Antara pa dan pe tidak mengerti. Asal sebut saja dan dianggap sama. Padahal ada perbedaan makna antara sebutan awalan pe dan pa. Yaitu makna luas (pe), dan makna sempit (pa). Begitupun dengan penyebutan daerah lain. Misalnya pe-ngage dan pa-ngage. Pe-rabumuli dengan Pa-rabumuli, dan sebagainya.

Untuk awalan kata pu menjelaskan tempat atau wilayah yang dipimpin seseorang. Bisa juga wilayah yang dikuasai seseorang. Sehingga muncul kosa kata dan gelar, pu-yangPuyang dalam artian adalah pemimpin setempat. Puyang juga diartikan nenek moyang dari masyarakat setempat.

Puyang, dapat berarti orang tua setempat. Dalam adat pernikahan muncul kata Pu-njung. Awalan kata Pu di dalam kata punjung. Menjelaskan bahwah mereka memberikan penghormatan pada pemimpin setempat. Yaitu, kepala keluarga mempelai perempuan yang menjadi pemimpin setempat, besan.

Dengan ilustrasi penjelasan bahasa Melayu tersebut. Tentu awalan kata pa tidak cocok untuk penamaan Bukit Pendape. Awalan kata pu juga tidak sesuai, karena berbeda makna menjelaskan tempat. Menurut hemat saya, nama bukit yang terletak di Desa Keramat Jaya, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin tersebut. Kita sepakati dengan nama BUKIT PENDAPE.

Karena awalan kata Pe menjelaskan seluruh kawasan di bagian seberang Kabupaten Musi Banyuasin. Meliputi Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi, Sebagian daerah dari kecamatan lain, di Kabupaten Musi Banyuasin di bagian seberang.


Sedangkan istilah penyebutan tradisonal oleh orang-orang tua. Pematang Bomi Bukit Pendape di bakukan dengan bahasa kita sekarang, "Dataran Negeri Bukit Pendape." Untuk semboyan kawasan kita angkat dari bahasa asli; Uwang kitek basanakbadulur galek. Sedangkan moto yang sesuai: Hidup beradat dan becarek, baagama pulek. Sebagai orang Melayu Islam kita patut memperkokoh agama Islam di daerah kita. Sebab Melayu selalu identik dengan keislaman.
Pada peta Kabupaten Musi Banyuasin disamping. Dimana terdapat garis kuning melingkari. Itulah peta kawasan daerah Dataran Negeri Bukit Pendape. Yang Meliputi, Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi. Juga terdiri dari beberapa bagian dari kecamatan lain di Kabupaten Musi Banyuasin. Pada garis kuning tengah peta, adalah aliran Sungai Musi. Dimana terdapat Kota Sekayu dan daerah-daerah kecamatan lainnya.

Catatan:
Kalau nama Bukit Pendopo adalah nama yang menyimpang. Karena itu nama kawasan pengolahan minyak di Kabupaten PALI, Kota Pendopo. Pendopo baru ada sejak awal abad ke 19. Kalau penduduk di Dataran Negeri Bukit Pendape sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam, bahkan jauh sebelum itu sudah ada. Maka masyarakatlah yang memberi nama sesuai dengan pemahaman mereka di masa lalu. Karena pembuat nama bukit bukan orang asli daerah jadi dia sesuka hatinya saja. Maka saya sebagai wakil masyarakat asli meminta nama Bukit Pendopo agar dirubah menjadi Bukit Pendape.

Oleh. Joni Apero.
Palembang, 13 Desember 2019.
Sumber peta internet. Badan penanggulangan banjir di Kabupaten Musi Banyuasin. Salam dari Dataran Negeri Bukit Pendape. Kelak akan menjadi suatu kawasan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi Sumatera Selatan.
Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment