12/10/2019

Filosofi PUNJUNG dalam Syarat Adat Pernikahan Masyarakat Melayu Sumatera Selatan

Apero Fublic.- Masyarakat Indonesia pada zaman dahulu kemungkinan tidak pernah menumbalkan manusia dalam ritual kepercayaan mereka. Sebagai bangsa penganut animisme dan dinamisme mereka memberikan persembahan pada arwah leluhur dan bangsa jin. Persembahan mereka dari hewan dan buah-buahan. Bentuk ritual persembahan yang paling tua di kawasan Austronesia.

Kepercayaan pada hal tersebut bahkan bertahan sampai sekarang. Walaupun sudah tidak begitu kental dan mulai ditinggalkan. Masuk dan berkembangnya Islam perlahan mengikis kepercayaan Animisme dan dinamisme. Saat ini, kepercayaan dan ritual kuno masih bertahan di beberapa daerah dan desa-desa. Persembahan berupa ayam dan pelengkapnya, ditempatkan didalam wadah melebar lalu diletakkan di tempat yang dianggap ada roh atau jin. Cara memasak ayam sama dengan cara memasak untuk makanan manusia.

Ayam dibersihkan, dimasak utuh tidak dipotong-potong, dibumbuhi, dan diiukuti makanan pelengkap lainnya. Layaknya untuk makanan manusia. Karena mereka percaya kalau roh-roh, arwah, bangsa jin. Makan seperti manusia pada umumnya. Dimasak dengan baik agar sedekah  (persembahan) mereka diterimah. Apa yang mereka minta akan dikabulkan.


Persembahan diberikan pada arwah-arwah, roh gentayangan, bangsa jin. Semua makhluk tersebut biasanya menempati suatu tempat, misanya tempat keramat atau angker. Dahulu sewaktu aku berumur delapan tahun.

Banyak orang-orang tua memberikan sedekah (persembahan) di suatu tempat. Saat ada keluarga mereka sakit. Misalnya si sakit pernah duduk di bawah sebatang pohon besar. Kemudian diperkirakan kalau dia diganggu penunggu pohon itu. Maka sedekah di antar ke bawah pohon tersebut.


Pada masa peradaban Megalitikum tempat persembahan dibuat semacam altar. Sedangkan tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti situs-situs, muara sungai, pohon besar, gunung, batu besar, gua, lobang dan sebagainya. Setelah meletakkan persembahan mereka meminta pertolongan dan keberkahan pada tempat tersebut.

Meminta kesembuhan, dan perlindungan dari gangguan jin yang jahat. Yang membedakan jenis sedekah hanyalah jenis ayam. Seperti ayam kumbang, ayam biring kuning, ayam putih, dan jenis lainnya. Tergantung dari saran    orang yang dianggap mengerti (Datu). Masuknya Hindhu dan Budha ke Asia Tenggara menjadikan ritual persembahan berasimilasi dengan kebudayaan Hindhu atau Budha. Hal demikian masih bertahan dibeberapa kawasan di Indonesia.


Masuk pengaruh Islam pola ritual kuno tersebut sedikit bergeser. Mantra bacaan ritual dimulai dari basmallah dan diakhiri Haq kata Allah. Kemudian persembahan tidak lagi diantara ke situs atau tempat-tempat tertentu. Tapi dimakan bersama dirumah orang yang menyelenggarakan sedekah (ritual kuno).

Mantra yang sudah dipengaruhi Islam tetap dibaca. Kemenyan tetap dibakar. Lalu tetua memimpin membaca surah yasin, zikir, tahlil, doa selamat, doa tolak bala. Ayam tetap dimasak utuh dan diwadahi berbeda dengan hidangan. Kalau orang Melayu menamakannya Makanan Puyang. Tapi itu juga dimakan oleh orang-orang juga.

Kata sedekah kosa kata baru dalam menyebut istilah persembahan kuno. Kata sedekah diserap dari kosa kata bahasa Arab, sodaqoh. Kata asli penamaan dari persembahan kuno tersebut tidak diketahui lagi. Tapi menurut perkiraan saya nama ritual kuno tersebut adalah punjung.

Mankna sedekah yang dilaksanakan semasa Islam. Juga masih meminta kesembuhan dari penyakit, belum dapat keturunan, pengusir siluman dan lainnya. Apabila diperhatikan dalam proses masuknya Islam, ada perang kebudayaan untuk menghapus kebudayaan pagan Austronesia. Namun pergeseran berjalan sangat lambat. Masyarakat masih sering melakukan ritual kuno walau sebagian besar tidak melakukannya.


Dalam hal ritual sedekah ini. Apabila terdapat keramat yang diyakini masyarakat pendukungnya. Maka sedekah dilaksanakan dikaitkan dengan keramat tersebut. Keramat biasanya berupa situs atau makam  orang sakti, tokoh masyarakat, ulama, nenek moyang (puyang). Masyarakat menakannya sedekah nyambat puyang.

Nyambat puyang bagian dari kebudayaan kuno orang Melayu yang dipengaruhi Islam. Puyang atau nenek moyang mereka dianggap memiliki kekuatan sakti yang dapat membantu permasalahan mereka. Dari pokok ini, maka yang masih tersisa dari kepercayaan kuno adalah kepercayaan pada roh-roh yang dapat membantu permasalahan mereka. Biasanya yang dikeramatkan adalah tokoh agama atau leluhur masyarakat setempat.


Begitupun saat membuka lahan baru. Untuk membangun rumah atau bertani. Istilah ini disebut dengan sedekah tanah. Persembahan atau sedekah diberikan. Orang tua-tua yang dianggap mengerti. Dia akan melaksanakan prosesi sedekah. Dari memilih tempat peletakan, membakar kemenyan, dan membaca mantra, doa dan harapan.

Mantra yang pernah aku dengar. "Puyang tugggu tanah tani. kami anak adam numpang membangun rumah. jangan ganggu anak cucu kami. Kami datang membawa makanan untuk puyang. Kami anak cucu Putri Kembang Dadar. Kami dalam lindungan Puyang Segentar Alam. Haq kata Allah, bukan aku yang berkuasa. Tapi Allah yang berkuasa." Mantra ini sudah dipengaruhi Islam.


Persembahan biasanya dimakan manusia yang ikut ritual itu. Kadang dimakan hewan-hewan ternak, ayam atau anjing. Pada zaman sekarang dimana tahayul mulai hilang. Orang akan berebut ingin menyantap persembahan tersebut. Kalau zaman dahulu tidak ada manusia yang berani menyentuh persembahan tersebut.

Karena akan menyebabkan celaka, memakan makanan roh atau jin. Dari uraian kecil ini. Dapat dipahami kalau ayam begitu kental dengan budaya asli masyarakat Melayu Austronesia. Alasannya sederhana, karena ayam hewan ternak yang mudah dikembang biakkan. Juga dimiliki oleh semua lapisan masyarakat pada masa lampau.


Pada masyarakat Melayu Sumatera Selatan ayam yang paling berharga adalah ayam biring kuning. Dinamakan biring kuning karena dari kaki, buluh-buluhnya, berwarna kuning atau kekuningan (jantan). Ayama jenis ini selalu digunakan untuk nazar dan sedekah-sedekah (ritual) apa saja.

Bahkan hampir sama dengan kambing. Nazar menyembelih ayam biring kuning harus ditepati bagi masyarakat. Kalau tidak akan menyebabkan mudarat-mudarat besar bagi si penazar. Nazar dalam sedekah menyembelih ayam biring kuning sama dengan sumpah.

*****

Dari uraian diatas kita mengetahui bagaimana jalan kebudayaan orang Melayu dari masa lampau sampai masa sekarang. Dari ritual kepercayaan animisme dan dinamisme. Kemudian masuk kedalam kebudayaan dan berkembang. Yaitu, penggunaan ayam menjadi syarat adat pernikahan. Masyarakat  Melayu mengistilahkannya dengan punjung.

Kata punjung terdiri dari dua kata, pu dan njung. Kata pu disini menjeslakan tempat. Karena setiap awalan kata pu-pe-pa selalu menjelaskan tempat dalam bahasa Melayu. Di tempat dalam artian yang dijelaskan kata pu. Menerangkan kalau di tempat tersebut ada sesuatu yang dihormati, didekati, dimuliakan dan dihargai. Kalau dalam adat pernikahan berarti menghormati, menghargai, mendekati dan dimuliakan. Yaitu keluarga dan mempelai perempuan.

Tempat yang dimaksud adalah rumah kediaman mempelai perempuan. Sedangkan kata njung berasal dari kata anjungAnjung bermakna mengangkat sesuatu tinggi-tinggi  dengan tangan di atas kepala. Dalam kata njung ini menerangkan menghargai atau memuliakan. Menjelaskan kalau ada kedudukan yang dihormati. Untuk mengecek pola bahasa Melayu ini. Dapat dilacak dari penggunaan aksara lama, KAGANGA atau Aksara Ulu.


Maka kata punjung dapat didefinisikan sebagai berikut. Punjung suatu syarat adat pernikahan yang memberikan tanda penghormatan yang tinggi pada keluarga mempelai wanita dan memuliakan wanita yang akan menikah. Selain tanda penghormatan pada keluarga mempelai wanita.

Punjung juga bermakna kalau seorang wanita derajadnya tinggi. Harus diperlakukan dengan baik dan dihargai. Dengan memberikan punjung berarti calon suami meminta restu untuk menikahi anak mereka atau saudara mereka. Punjung kalau kita kembalikan pada sistem kepercayaan kuno sebagaimana diterangkan di atas. Sama dengan persembahan dalam ritual kuno orang Melayu.

Nenek moyang orang Melayu telah mewariskan bermacam-macam bentuk kebudayaan. Seperti warisan kebudayaan dalam wujud material, gagasan, dan aktvitas. Kebudayaan yang berbentuk aktivitas bukan hanya sebatas ritual dan kesenian saja. Tapi dalam konsep pelaksanaan kebudayaan juga terkandung ada makna-makna. Yang kadang oleh generasi sekarang tidak terbaca atau tidak diketahui. Bahkan cenderung diabaikan dan diremehkan.

Sebagai bentuk uraian dari kearifan lokal punjung dalam pembinaan keluarga. Dapat kita telusuri dari makna pemberian punjungPunjung sebagai pemberian penghormatan dan tanda bersambungnya dua keluarga. Punjung menghormati wali perempuan dan keluarga mempelai perempuan. Punjung adalah ikatan keluarga yang kuat bagi orang tua terdahulu. Bahkan Punjung Wali sama pentingnya dengan mahar.

Punjung dibuat dari seekor ayam yang dimasak atau diberikan oleh mempelai laki-laki yang menjadi syarat adat pernikahan. Ukuran ayam disesuaikan untuk dikonsumsi. Punjung terdiri dua jenis, yaitu punjung wali dan punjung sanak. Punjung wali berupa ayam yang dimasak secara utuh oleh keluarga mempelai laki-laki.

Dalam proses pernikahan punjung wali dan punjung sanak diberikan bersamaan dengan syarat-syarat lainnya. Punjung wali dilengkapi pengiringnya, seperti nasi, gulai dan lainnya. Punjung wali akan disantap oleh wali mempelai perempuan dan keluarga intinya (ayah, ibu, kakak, paman, dll). Sedangkan punjung sanak, diberikan pada keluarga-keluarga mempelai perempuan.

Kata sanak berarti keluarga besar, atau sanak saudara. Banyaknya tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Punjung sanak, berupa ayam hidup beserta perlengkapan masak (bumbu), beras, kelapa. Banyak bumbu dan beras juga menyesuaikan. Syarat punjung sanak ayam sehat, tidak cacat, dan sesui untuk dimasak.

Nanti keluarga yang diberikan punjung sanak mengundang kedua mempelai perempuan kerumah mereka. Punjung sanak dimasak bersama-sama, mempelai perempuan membantu memasak hari itu. Kemudian mereka makan bersama keluarga yang diberikan punjung sanak.

Sebagai contoh; Misalnya punjung sanak diberikan pada paman dari mempelai perempuan. Si paman dan keluarganya nanti menyembeli ayam punjung tersebut. Tentu waktu pelaksanaan  juga diatur. Itulah mengapa punjung sanak harus ayam hidup. Agar dapat mengatur waktu dalam proses acaranya.

Sesuai dengan aktivitas masing-masing. Baru mengundang pengantin baru tersebut kerumah mereka untuk makan bersama. Kadang mereka menginap ada juga yang seharian saja (pagi pulang sore). Si mempelai wanita memasak bersama sang bibi. Mempelai laki-laki berbincang-bincang dengan sang paman.

Setelah memasak selesai, lalu makan bersama-sama. Saat itulah, terjalinlah ikatan keluarga yang baik. Rasa hormat, penghargaan dan perkenalan keluarga. Si paman akan berwibawa bagi pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Sang suami sebagai orang baru akan menjadi akrab dengan keluarga paman sang istri.

Kemudian sang paman, istri paman, bercerita, bercengkrama, memberikan nasihat yang baik tentang bagaimana berkeluarga. Mereka menceritakan suka-duka  mereka selama ini. Jangan muda terhasut dengan kata-kata orang.

Jangan egois dan saling pengertian antara suami istri. Memberikan motivasi dan bimbingan yang baik berdasarkan pengalaman keduanya. Agar keluarga baru tersebut tetap berjuang membangun keluarga dengan baik. Perbincangan yang bersifat pribadi tapi tidak kaku. Mengalir biasa tanpa rekayasa. Tentu akan berkesan yang mendalam pada pengantin baru itu.

Sang paman selaku keluarga pengantin perempuan juga menitip pada mempelai laki-laki agar menjaga keponakannya dengan baik. Didik dengan ahlak Islam yang benar. Saat pulang Paman dan Istri Paman memberikan hadiah pernikahan sesuai kemampuannya.

Inilah yang disebut dengan diplomasi keluarga. Yang menjalin kekeluargaan dan menciptakan rasa segan atau saling menghargai dan menghormati. Apabila suatu saat nanti dalam perjalanan rumah tangga pengantin baru tersebut ada permasalahan.

Teguran dan saran dari keluarga akan berwibawa. Keluarga mempelai perempuan akan disegani keduananya. Mereka ada rasa malu pada keluarga kalau sampai berbuat tidak baik. Begitu juga saat mereka diundang keluarga penerima punjung yang lain. Mereka kembali mendapatkan nasihat-nasihat dan kebersamaan keluarga.

Perkenalan sebagai keluarga baru berlangsung terus. Sehingga wibawa keluarga akan menjadi landasan keduanya dalam mengambil keputusan hidup. Zaman dahulu sangat jarang orang bercerai apa lagi bercerai muda. Itulah makna dari pemberian Punjung dalam adat pernikahan masyarakat Melayu Sumatera Selatan.

Masyarakat Melayu Sumatera Selatan tidak tahu tentang filoshofi dari Punjung. Nasihat pernikahan diganti dengan pidato atau ceramah. Sesungguhnya ceramah atau pidato saat akad nikah atau resepsi tidak akan berpengaruh sedikit pun bagi kedua mempelai.

Berbeda dengan nasihat dan perbincangan secara pribadi. Kemudian, punjung di sebagian daerah Sumatera Selatan diganti dengan barang. Misalnya, satu punjung sanak diganti satu kotak indomie, satu kaleng roti, dan sebagainya.

Kemudian yang mendapat indomie atau roti kaleng memberikan hadiah pernikahan. Baik berupa barang layaknya pemberian kado biasa. Ada juga ayam punjung sanak diternakkan oleh keluarga yang menerima. Tapi tetap memberikan hadiah pernikahan. Kekurangan dalam hal ini, adalah saat momen bersama-sama.

Dimana diplomasi keluarga yang dituju tidak terpenuhi. Dimana seharusnya yang mendapat punjung sanak bertugas memberi nasihat dan pengajaran hidup pada kedua pengantin baru tersebut. Mereka ditugaskan mengambil wibawa dan simpati dari keluarga baru tersebut.

Kekacauan budaya ini membuat kondisi sosial masyarakat Melayu Sumatera Selatan limbung atau goyang. Tingkat perceraian dan biayah pernikahan meningkat. Arisan pernikahan yang berlebihan, dan sebagainya. Saya rasa memang perlu dilakukan penggalian-penggalian kearifan lokal sekarang.

Untuk membantu masyarakat mengatasi problematika kehidupan sosial dan memantapkan kebudayaan. Dalam hal budaya pemberian punjung ini, sebagian besar masyarakat Melayu terutama di Sumatera Selatan sudah tidak mengenali lagi. Boleh dikatakan tradisi adat istiadat syarat pernikahan pemberian punjung sanak mulai punah ditelan zaman.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 8 Desember 2019.

Arti kata:
Biring: warna yang menempel tapi tidak merata sehingga diselang-selang oleh warna lain. Tapi warna utama tetap satu. Misalnya bulu ayam yang dominan itu warna kuning. maka dinamakan biring kuning.
Sedekah: dalam tulisan ini bermakna ritual atau memberikan persembahan berupa makanan baik pada manusia atau pada makhluk halus.

Sy. Apero Fublic.

0 komentar:

Post a Comment