6/29/2019

Syair Cerita. Sebuah Kebanggaan.

Apero Fublic.- Syarce. Pernah kalian mendengar orang tua dari teman-teman kita, orang tua dari saudara kita, orang tua dari tetangga kita, yang menceritakan kelebihan anaknya. Mereka menumpuhkan harapan pada anaknya. Mereka membanggakan anaknya.

Semisal kuliah di perguruan tinggi ternama, atau barangkali anaknya sudah bekerja di suatu tempat yang terhormat. Dimana orang-orang tua itu selalu memuji-memuji anaknya. Apabila sang anak memenuhi harapannya, maka selalu bercerita mereka pada orang-orang, bangga sekali. Terkadang hal yang sepeleh saja mereka banggakan.

Kadang kita begitu prihatin apabila kita tahu kelakuan, kenakalan anak-anak mereka di luar. Seandainya mereka tahu, alangkah kecewanya mereka. Begitulah orang tua, yang selalu percaya dengan ucapan anak-anaknya walaupun hati mereka berkata lain.


Selalu bangga dan berharap banyak. Bagi kita yang belum menjadi orang tua tentulah aneh saat ada orang tua yang tidak henti-hentinya bercerita tentang kelebihan anak mereka. Lalu setelah tahu akan hal ini, masihkah kita tega membohongi mereka dengan kenakalan kita, sedangkan dibalik itu ada harapan si tua dan kebanggaan si tua. Lihatlah kulitnya mulai keriput dan matanya mulai rabun.

Betapa bahagia mereka melihat anaknya hidup terhormat. Mereka tidak meminta itu dari kita, mereka cukup dengan gubuk mereka dan melihat anaknya sukses, membanggakan, dipuji semua orang, terpandang. Lalu mereka membawa kebahagiaan itu sampai mereka menghembuskan napas terakhir mereka. Sebuah kebanggaan, harta tak ternilai dari si tua-tua renta.

Sebuah kebanggaan

Emas atau berlian, sangat bernilai.
Namun laut tetap berdebur, kata malam.
Walau sepanjang hari di hempas ke pantai.
Tidak dan tidak, membanggakan mereka.
Aku tak mengerti kebanggaanmu.
Hanya merekalah yang tau.
Kau jua harapan, Kata Langit.
Merekalah orang tua, yang berbangga.
Berbangga di balik kenakalanku.

Tak usah membalas jasa Nak, Kata bulan.
Mereka impikan sebuah prestasi.
Untuk kalian yang merah mudah.
Bangga, bahagia, menjadi keberhasilan mereka.
Keringat, darah, dan dahaga itu kebahagiaan, mereka.
Semua terbayar oleh tepuk tangan orang-orang.

Ayah, ibu, maafkan anakmu.
Di antara jantung kalian, berhembus nafasku.
Maaf kan kesalahan dan kenakalanku.
Maafkan aku tak bisa membanggakan-mu.
Bukan salah kalian dalam mendidikku.
Sungguh, tak kan terbalas jasa kalian padaku.
Ayah,  ibu, bapak-ibu guru ku, inilah anakmu.
Nakal dan selalu nakal.
Bukan salah kalian dalam mendidik aku.
Kata mentari, akulah yang nakal.
Akulah yang tidak mampu mempersembahkan sesuatu.
Maafkan aku, anakmu.

Oleh: Joni Apero.
Palembang, 2013.
Kategori. Syarce Fiksi.

Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.

Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment