-->
Search
24 C
en
  • Penerbit MAF
  • Apero Book
  • JAF
  • LinkedIn
APERO FUBLIC
Terbitkan Artikel Anda
  • Apero Fublic
  • Popular
    • Politik
    • Ekonomi
    • Fotografi
    • Dunia Anak
    • Sosial & Masyarakat
  • Apero Fublic
  • Women
    • Women
    • Tokoh Wanita
    • Skil Wanita
    • Ibu dan Anak
    • Pendidikan & Kesehatan Wanita
  • Gatget
    • Video
  • World
  • Video
  • Featured
    • Penyakit Masyarakat
    • About
    • e-Galeri
    • Post Search
    • Daftar Kata
    • Peribahasa
    • Antologi Puisi INew
    • Antologi Puisi IINew
  • Find
    • Download Artikel
    • Download Feature
    • Andai-Andai
    • Post All
    • Flora Pangan
    • Fauna
    • Picture IndonesiaNew
    • Kamus Bahasa MusiNew
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Brand
    • Sport
    • Fashion
    • Fitness
    • Sunset-Sunrise
    • HijrahNew
    • NasihatNew
APERO FUBLIC
Search

Ruang Sponsor Apero Fublic

Ruang Sponsor Apero Fublic
Home Dongeng Ladang Ajaib Lamkaka: Cerita Rakyat Sungai Keruh
Dongeng

Ladang Ajaib Lamkaka: Cerita Rakyat Sungai Keruh

PT. Media Apero Fublic
PT. Media Apero Fublic
21 Jun, 2019 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

APERO FUBLIC.- Pada zaman dahuluh hiduplah dua keluarga di Talang Belimbing. Karena di talang itu, banyak ditanami berbagai jenis pohon belimbing. Dua keluarga tersebut berteman baik,  bernama Bidang dan Balu. Bidang lebih tua beberapa tahun dari Balu. Balu seorang peternak kambing dan sapi. Sedangkan Bidang, seorang petani padi ladang berpindah (ume). Bidang memiliki lahan luas yang subur di lembah kaki Bukit Pendape. Ada sungai kecil yang dia bendung untuk mengairi ladangnya.

Hari-hari Balu dihabiskan mengurusi dan menggembala ternaknya. Karena banyak padang rumput dan tumbuhan hijau membuat ternak Balu gemuk dan sehat. Penghasilan menjual kambing meningkat saat menjelang hari-hari tertentu. Seperti adanya hajatan para bangsawan atau puyang. Pada masa itu, lereng Bukit Pandape masih di liputi padang rumput yang luas dan subur. Belum banyak pepohonan sehingga sangat menguntungkan apabilah beternak. Pemandangan yang indah dan udara yang segar. Sedangkan Bidang berada di ladangnya yang luas ditanami padi dan berbagai macam tanaman.

Balu dan Bidang memiliki takdir yang sama. Yaitu, ditinggal mati oleh istri mereka. Istri Bidang meninggal saat melahirkan anak mereka yang kedua. Anak baru lahir juga ikut meninggal sesaat setelah proses melahirkan. Begitu pun Balu, dia juga ditinggal mati istrinya saat melahirkan anak pertama mereka. Tapi untung anak mereka hidup sampai sekarang. Hari-hari kedua sahabat itu dilalui dengan kesedihan yang berkepanjangan.

Hanya anak mereka yang menjadi semangat, dan harapan hidup mereka. Anak Bidang seorang gadis cantik dan baik ahlaknya, namanya Rumani, yang selalu nyaman di rumah. Dia membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengerjakan semua pekerjaan rumah. Sedangkan anak si Balu seorang laki-laki, bernama Lamkaka. Lamkaka juga anak yang baik dan berbakti pada orang tuanya. Dia selalu membantu sang ayah menggembala ternak di lereng Bukit Pandape.

*****

Di daerah beriklim tropis melalui dua musim dalam setahun. Musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau antara bulan Juni dan September. Namun untuk tahun ini kemarau berbeda, kemarau panjang. Sudah lebih setahun, tidak turun hujan. Membuat sumber air kering dan rerumptan mati. Terpaksa masyarakat menggali sumur di dasar-dasar sungai. Sekedar untuk air bersih untuk minum.

Bidang dan Balu selalu bertandang satusama lain. Malam itu, Balu dan anaknya Lamkaka bertandang ke rumah Bidang. Mereka duduk di bangku bambu, di depan rumah Bidang. Bercerita mengenang masa lalu keduanya. Tentang saat-saat gembira ketika mereka masih muda dahuluh.

“Apakah kau masih ingat, saat musim kemarau ketika kita masih bujangan dulu Balu. Kita menghabiskan waktu menangkap ikan di Sungai Keruh. Menjerat kancil dan berburu ayam hutan." Ujar Bidang sambil menatap cahayah bulan terang malam itu.

Balu mengangguk sambil menarik nafas dalam. Sementara Lamkaka diam mendengarkan dua sahabat itu bercerita. Balu dan Bidang ingat hari-hari bahagia masa muda mereka. Kadang mereka berdua berharap waktu kembali berputar. Yang berkesan, saat mereka bertemu dengan dua orang gadis dan menikahi mereka. Apabilah keduanya mengingat istri mereka. Selalu keduanya meneteskan air mata. Mereka sangat mencintai istrinya masing-masing.

Itulah mengapa keduanya tidak menikah lagi sampai sekarang. Padahal sewaktu istri keduanya meninggal, mereka masih muda. Rumani datang membawa napan berisi air tebu panas, dan dua piring keladi rebus. Sambil tersenyum ramah dia mempersilahkan Balu dan Lamkaka untuk mencicipi hidangan kecil itu. Dada Lamkaka berdebar saat melihat Rumani yang cantik jelita. Matanya agak membesar dan menjadi gugup. Kemudian Rumani kembali masuk kedalam rumah. Dari balik celah dinding dia mengintip Lamkaka. Tampan dan perkasa pikir Rumani, dan dia merasa ada rasa suka.

“Bidang, menurutmu apakah musim kemarau akan terus berkepanjangan seperti ini. Betapa buruk kemarau tahun ini. Hewan ternakku, selain kurus juga akan segerah mati semua. Karena tidak ada lagi rumput yang tumbuh untuk dimakan. Selain itu, selalu diterkam oleh harimau lapar.” Kata Balu, lalu dia berkta lagi.

"Bidang, apa bila keadaan ini tidak berubah dalam waktu tiga sampai empat bulan lagi. Aku dan Lamkaka akan mati kelaparan. Aku benar-benar khawatir, akan hal ini. Semoga hujan segerah datang." Keluh Balu seraya menarik nafas dalam-dalam. Menjelang tengah malam Balu dan Lamkaka pulang. Bidang hatinya menjadi sedih dan prihatin akan sahabatnya itu.

*****

Waktu berlalu, dalam waktu tiga bulan berikutnya musim kemarau tidak juga berlalu. Seharusnya di bulan januai sampai Juni musim hujan. Tapi nyatanya masih kemarau. Bukan hujan tapi semakin panas. Sekarang, jangankan rerumputan, pohon-pohonpun sudah tidak ada daunnya lagi. Maka satu demi satu ternak Balu mati kelaparan. Selain itu, harimau yang kelaparan terus memburu dan merampas kambing dan sapi Balu. Keadaan ini membuat Balu tidak berdaya sedikit pun.

Pedatuan Bukit Pandape diliputi kering-kerontang. Telah banyak penduduk yang sakit dan pergi mengungsi kenegeri jauh. Balu menyelamatkan sisa ternaknya ke dalam kandang. Agar tidak diterkam harimau. Tetapi itu tidak dapat menyelamatkan ternaknya. Karena percuma, tidak ada makanan. Balu pasrah, kembali dia dan anaknya pergi mengunjungi sahabat karibnya lagi. Balu ingin meminta maaf apabilah ada salah, dan mengucap salam perpisahan. Matinya ternaknya tentu diikuti kematian dia dan anaknya.

"Apa, yang harus saya lakukan, Bidang?.” Tanya Balu dengan nada sedih. "Sekarang hewan ternakku hanya tinggal satu. Mungkin sebentar lagi juga segerah mati. Kemudian Aku dan Lamkaka juga menyusul mati.” Ujar Balu terdengar piluh.

“Kami tidak tahu lagi, apa yang harus diusahakan lagi Paman.” Ujar Lamkaka dengan nada tidak kalah sedih.

"Aku pikir, ada baiknya, Aku dan Lamkaka meminta maaf atas kesalahan, dan khilaf, yang tidak kami sadari. Kami juga mengucapkan selamat tinggal, padamu dan anakmu, Dang. Musim kemarau panjang ini adalah hari-hari terakhir kita bertemu. Aku juga senang seandainya kami segerah mati. Berarti Aku cepat bertemu dengan istriku. Lamkaka akan bertemu dengan ibunya." Kata Balu sambil berurai air mata.

Bidang adalah orang yang shaleh, baik, dan murah hati. Mendengar kata-kata sahabatnya, membuat hati Bidang terenyuh. Baginya Balu bukan hanya sebatas sahabat. Tetapi sudah dia anggap saudara kandung sendiri. Balu memutuskan untuk membantu sahabat karibnya.

"Kita hidup bersahabat sejak kecil. Kau bagiku adalah saudara, Balu. Susah senang kita hadapi bersama-sama. Mari kita berbagi padiku.” Kata Bidang.

"Jangan Dang, padi itu cukup untuk kau dan anakmu. Semoga musim kemarau segerah berakhir. Kalau kau memberikan setengahnya pada kami. Maka persediaanmu akan sedikit. Beruntung kalau kemarau segerah berakhir. Kalau tidak, kita berempat akan mati semua.” Kata Balu menjelaskan.

"Benar paman, kasihan Rumani.” Kata Lamkaka.

"Kalau kita mati bersama-sama. Kita akan berkumpul lagi. Aku juga akan bertemu istriku, dan Rumani bertemu ibunya.” Jawab Bidang, membuat Balu dan anaknya tak dapat menjawab lagi. Lalu bidang berkata lagi.

“Aku tahu kalau kau tidak menginginkan bantuanku dan tidak akan meminta bantuanku. Tapi, sebaiknya kau terima karena persahabatan kita. Apa gunanya sahabat kalau kita tidak berbagi dan saling membantu, percuma.” Ujar Bidang lagi.

*****

Kemudian Bidang mengambil setengah dari persediaan padinya di dalam bilik padi, hasil panen setahun lalu. Bidang juga membagi setengah dari tabungannya. Semua dia berikan dengan ikhlas pada Balu sahabatnya.

“Dengan cara hidup hemat. Kita akan dapat melalui musim kemarau panjang ini. Aku tidak memiliki keluarga lagi, hanya kalian berdua keluargaku. Ada baiknya susah senang kita saling membatu, satu sama lain." Kata Bidang dengan lembut. Balu tidak dapat berkata-kata karena matanya mulai berkaca-kaca dan terharu.

"Karena ternakmu sudah mati semua. Aku ingin membagi tanah ladangku untukmu. Agar kau dan anakmu dapat mulai bertani. Jangan dipikirkan lagi ternak-ternakmu. Ladangku di sebelah timur untukmu. Di sebelah barat adalah ladangku. Mari kita bekerja di ladang dan menanam apa yang dapat dimakan. Buatlah rumah di dekat rumahku. Sehingga kita tidak perlu lagi saling berkunjung. Pergi ke ladang bersama-sama. Pulang pun bersama-sama.” Kata Bidang sambil tersenyum lembut. Kemudian dia mempersilahkan minum air tebu hangat dan makan ubi jalar rebus. Berbahagilah kembali kedua sahabat itu.

Balu, sesungguhnya dia datang tidak meminta bantuan. Dia hanya ingin pamit saja dengan sahabatnya. Sungguh tidak mengharapkan kebaikan apa pun. Tidak ada yang dapat dia lakukan selain mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Dari hari itu dan hari-hari selanjutnya. Balu menjadi seorang petani ladang dan bercocok tanam. Pekerjaan yang sulit mereka saling membantu. Lamkaka juga ikut membantu setiap hari pekerjaan Balu dan kadang membantu pekerjaan Bidang. Beberapa bulan kemudian musim hujan akhirnya datang menyirami bumi. Kembali subur kawasan Pedatuan Bukit Pendape.

*****

Tidak berapa lama padi dan umbi-umbian tumbuh. Dalam waktu cepat, Balu menjadi petani yang ulung. Balu banyak belajar dari Bidang. Tahun demi tahun berlalu, dan mereka hidup rukun bertetangga.

"Bidang, mari kita keladang. Sudah agak siang hari.” Balu memanggil bidang dari samping rumah. Rumani menengok dari jendela.

"Paman, Ayah tidak enak badan. Dia ingin istirahat hari ini." Balu bertanya apakah Bidang sakit. Murani menjelaskan kalau Bidang hanya masuk angin saja. Jadi tidak perlu khawatir. Balu pergi sendirian ke ladang pagi itu. Sedangkan Lamkaka membereskan rumah dan memasak terlebih dahulu. Baru menjelang siang dia menyusul membawa makanan.

Pagi itu Balu menanam pohon pisang. Sehingga lubang agak besar dan lebih dalam menggali tanah. Supaya menguatkan pokok pisang. Tapi tidak boleh terlalu dalam, karena membuat pernafasan bibit terganggu dan tidak tumbuh.

“Tokkk. Tokkk. Krincingggg.” Bunyi suara benda keras terbentur mata penggalinya. Bunyi suara dari dalam tanah, benda keras sepertinya. Rasa penasaran memenuhi pikiran Balu. Padahal tanah di daerah itu, tidak mengandung bebatuan alam, besar atau kecil. Balu terus menggali lebih dalam mengelilingi benda itu. Ternyata benda itu sebuah guci besar. Balu mengenali bentuk guci seperti itu banyak dijual di pasar. Biasanya digunakan untuk wadah penyimpanan air. Mengapa guci terdapat di dalam tanah?. Pikir Balu. Balu membuka tutup guci yang terbuat dari lempengan kuningan. Saat dibuka, ada bendah kuning berkilau. Balu mengambil satu keping, lalu memperhatikan. Matanya melotot dan membesar seakan tidak percaya.

“Uang emassss.” Kata Balu bergetar. Kemudian dia buru-buru menutup lobang dan bergegas pulang. Dia langsung menemui Bidang yang duduk istirahat di serambi rumah.

"Aku menemukan guci berisi banyak uang emas. Apakah itu uangmu yang kau simpan, Dang." Tanya Balu.

Bidang menjawab tidak dan berkata dari mana pula dia dapat memiliki uang emas seguci besar begitu, jawab Bidang dengan santai. Dia tidak menunjukkan sikap gembira seakan tidak perlu uang.

"Jadi itu uang emas siapa.” Tanya Balu.

“Kau yang menemukan, berati itu uang kamu, Balu. Mengapa kau kesusahan begitu. Orang di mana-mana menemukan harta karun gembira, kau sebaliknya.” Kata Bidang.

“Sebelumnya itu tanah milikmu Bidang. Berarti uang itu milik kau.” Kata Balu.

“Tidak begitu, tanah itu sudah jadi milik kamu Balu. Berarti semua yang ada di ladang itu milik kamu.” Jawab Bidang lagi tidak mau kalah. Keduanya terus bertengkar tidak mau mengakui kepemilikan uang emas itu. Karena belum menemukan kesepakatan, keduanya memutuskan untuk mengambil uang dalam guci itu terlebih dahulu, disimpan.

*****

Di jalan mereka berunding mau diletakkan di mana guci uang itu. Bidang bilang di rumah Balu. Balu kemudian bilang di rumah Bidang saja. Keduanya menjadi bingung. Untuk beberapa saat mereka bolak-balik memikul guci itu antara rumah Balu dan Bidang. Karena capek dan pegal dari tadi bolak-balik memikul guci berat. Akhirnya guci diletakkan di tanah lapang antara rumah Balu dan Bidang. Rumani dan Lamkaka tampak memperhatikan tingkah dua sahabat itu, dengan penuh tanda tanya.

“Balu, Aku perhatikan akhir-akhir ini anak kita saling mencintai. Baiknya kita jodohkan mereka. Lalu uang ini kita hadiahkan pada pernikahan mereka.” Kata Bidang deselah-selah nafas tuanya yang ngos-ngosan memikul guci berat itu.

“Baiklah, itu adalah saran yang sangat baik.” Kata Balu.

*****

Beberapa hari kemudian mereka menikahkan Lamkaka dan Rumani. Keduanya tidak menolak bahkan sangat bahagia, sebab keduanya memang sudah saling mencintai sejak lama. Pernikahan mereka dirayakan dengan meriah. Banyak mengundang tamu dari kota dan seluruh Pedatuan Bukit Pendape. Keesokan harinya setelah semua tamu pulang. Maka berkumpullah mereka diruangan rumah Bidang.

“Rumani, Lamkaka anak kami, kalian sekarang menjadi orang kaya di Pedatuan kita ini. Sebagai hadiah pernikahan kalian kami memberikan uang emas satu guci ini.” Kata Bidang. Balu berharap kedua anak mereka menerimanya dan hidup mereka menjadi semakin bahagia.

“Ayah, dan ayah mertua, bukan saya menolak hadiah kalian yang banyak ini. Tapi kami sudah cukup dan kaya akan cinta kami berdua dan cinta ayah pada kami. Jadi uang itu, untuk ayah berdua saja. Dengan itu, kalian tidak perlu bekerja keras lagi. Istirahat di masa tua.” Jawab Rumani.

“Benar ayah, simpanlah dengan baik uang itu. Aku akan bekerja keras untuk mendapatkan nafkah.” Kata Lamkaka.

Balu dan Bidang tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ada rasa kesal pada anak-anak mereka. Biasanya anak-anak manusia selalu berebut harta orang tuanya. Tapi anak mereka justru sebaliknya. Tapi apa hendak dikata itu keputsan mereka. Keduanya hampir bertengkar lagi, karena saling memberikan uang emas itu.

Mereka bertetengkar karena keduanya adalah orang-orang yang sangat baik. Bukan orang serakah, dan bukan orang menganggap uang hal paling berharga. Keesokan harinya, mereka kembali berunding bagaimana harusnya uang itu. Maka diputuskan untuk bertanya pada datu pemimpin mereka, Datu Talang Belimbing.

*****

Datu menerima mereka dengan ramah sekali. Setelah berbincang-bincang basah basih, berceritalah Balu pada Datu. Diawali penemuan guci besar yang penuh uang emas. Menurutnya uang itu milik Bidang. Tapi kata bidang itu milik Balu. Mereka memberikan pada kedua anaknya, tapi mereka juga tidak mau. Sehingga mereka tidak tahu bagaimana. Maka meminta keputusan dari Datu bagaimanakah uang itu. Setelah selesai mendengar cerita mereka, Datu manggut-manggut tanda dia mengerti. Kemudian Datu menanyai mereka bergiliran.

“Balu, uang emas itu, apakah kau punya rencana untuk memanfaatkananya?. Tanya Datu sambil membelai janggutnya yang panjang berwarna putih.

“Puyang, Datu Talang Belimbing, menurutku uang emas itu diserahkan ke Depati di Kota Pedatuan. Karena dialah yang berkuasa di Pedatuan kita ini. Dia akan menggunakan uang emas itu untuk kepentingan pedatuan.” Jawab Balu.

Mendengar jawaban Balu, Datu geleng-geleng kepala. Tanda dia kurang setuju. Kemudian Datu bertanya pada Bidang. Bagaimana dengan engkau, Bidang.”

"Datu yang bijaksana. Menurutku ada baiknya uang itu diberikan pada hakim Kedatuan di Bukit Seguntang. Karena di sanalah keputusan dibuat dan masalah di selesaikan.” Kata Bidang. Kembali sang Datu menggeleng-gelengkan kepalanya tanda kurang setuju. Kemudian Puyang bertanya kepada anak Bidang, Rumani.

“Wahai cucuku Rumani, apa saranmu?.” Tanya Datu.

"Menurut saya uang itu kembali dikubur di dalam tanah, dan jangan sampai ada orang yang tahu. Maka semua masalah uang itu akan selesai.” Kata Murani. Mendengar itu, Datu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan-lahan. Menurut pemikirannya ketiga cara itu belum memuaskan. Sambil berpikir Datu kemudian bertanya pada Lamkaka. 

"Lamkaka, bagaimana menurutmu dengan uang emas itu, apakah kau ada usul.?” Tanya Datu.

"Bagai mana kalau saya akan menggunakan uang emas itu untuk membeli banyak lahan perkebunan, untuk ditanami pohon buah-buahan. Membuat sawa-sawa yang luas. Membangun bendungan air lebih besar. Agar saat kemarau tidak lagi kekurangan air di Pedatuan kita ini, Datu. Selain itu, membeli bibit ternak untuk dibagikan pada penduduk. Sebab selama kemarau panjang itu. Semua ternak di Pedatuan Bukit Pendape mati. Apabila nanti kebun berbuah. Masyarakat akan memetik buah-buahan sesuka hatinya. Masyarakat dapat menikmati buah-buahan tak harus membeli. Yang tidak ada beras akan menuai padi di sawah, dan mengambil air dengan bebas di bendungan.” Jawab Lamkaka, dia teringat bagaimana keadaan mereka beberapa tahun lalu.

Datu manggut-manggut dan tersenyum puas, dia setuju. Segera lakukan semua yang kau katakan Lamkaka. Begitulah seharunya kekayaan dipergunakan. Pergilah ke pasar di Kota Kedatuan untuk membeli bibit tanaman, bibit hewan ternak, bibit buah-buahan dan benih padi.” Kata Datu Talang Belimbing yang bijak sana itu.

*****

Lamkaka pergi ke Kota Kedatuan di hilir Sungai Musi. Menyusuri Sungai Keruh, terus ke Sungai Musi dan menuju Bukit Seguntang. Di Kota Kedatuan, banyak pedagang berbagai macam bibit ternak dan bibit tanaman. Perjalanan selama beberapa minggu dengan beberapa perahu bidar. Perahu kajang besar untuk membawa barang dan perbekalan, perahu bidar untuk para pekerja.

Kota Kedatuan sudah sangat padat, rumah-rumah panggung warga berada di sisi tebing sungai-sungai. Kemana-mana orang berperahu atau berakit. Banyak prajurit berlalu lalang menjaga keamanan. Lamkaka melihat balai kedatuan dikelilingi tembok kayu belian yang tinggi. Di sungai-sungai banyak rumah rakit, perahu kajang, perahu bidar, perahu biduk dan rakit-rakit. Di alun-alun kerajaan banyak prajurit berlatih perang dan ilmu bela diri. Di pelabuhan juga banyak kapal-kapal pedagang dari manca negara yang berlabu. Setelah puas berkeliling Lamkaka pergi ke pasar bersama orang yang dia pekerjakan.

“Uwa, dimana pedagang ternak dan bibit tanaman.” Tanya Lamkaka pada pedagang sayur. Pedagang laki-laki itu menunjuk jauh kesebelah kiri. Lamkaka mengangguk dan berjalan lurus sesuai petunjuk pedagang itu. Agak jauh tempatnya, dia memperhatikan kiri kanan dimana dia berlalu.

“Akkkk. Akkkk. Akkkk.” Terdengar banyak burung di dalam kurungan. Bermacam-macam burung ada di tokoh orang itu. Betapa kasihan para burung itu, dimasukkan kedalam kurungan dalam jumlah banyak. Sehingga sulit bergerak dan bernafas. Berung-burung berbuluh indah sekali, tapi mulai sakit-sakitan.

“Burung, kalau kalian tidak laku hari ini. Aku akan menyembelih kalian semua dan Aku makan. Rugi Aku membeli kalian mahal-mahal. Aku pikir kalian akan menguntungkan, tapi Aku malah rugi biayah perawatan kalian.” Sumpah si pedagang burung. Orang itu tampak kesal, semakin seramlah wajahnya.

“Alangkah banyaknya, burung-burung yang kau jual paman. Mengapa tidak paman perlakukan dengan baik, kasihan sekali burung kuaw ini.” Kata Lamkaka, saat dia melihat sangkar besar dipenuhi burung berbuluh indah.

“Sudahlah jangan banyak bicara. Kalau kau tidak mau membeli, pergilah. Lagian harga burung kuaw ini mahal. Kau juga tidak akan mampu membeli walau satu ekor. Aku rugi menjual burung-burung kuaw ini, tidak satupun yang laku. Habis biayah perawatan saja keuntunganku beberapa bulan ini.” Kata pedagang burung itu kesal.

“Berapa harga semua burung-burung yang ada di toko paman ini.” Tanya Lamkaka.

“Hai anak muda yang miskin, jangan bergurau keterlaluan. Harga burung ini sangat mahal. Kau tidak akan bisa membeli satu burung saja. Apalagi semua burung di toko ku ini.” Kata si pedagang yang tinggi besar, juga berewokan. Tampak sekali kalau dia kejam dan sombong. Dia melihat lamkaka yang berbaju sederhana. Dalam pandangannya Lamkaka hanyalah anak muda miskin. Lamkaka menunjukkan uang emas di dalam gendongannya. Mata pedagang itu terbuka lebar melihat uang emas yang sangat banyak itu.

“Bagaimana, apakah semua uang emas ini cukup membeli tokoh dan burung-burung paman semuanya.” Kata Lamkaka.

“Sangat cukup sekali, Puyang Muda.” Kata si pedagang, dia mengira Lamkaka bangsawan muda kaya yang menyamar. Sehingga dia panggil puyang.

“Bagaiaman puyang membawa burung ini pulang.” Tanya pedagang jahat itu sambil mengemasi barang dan uangnya. Dia siap pergi dari tokonya dan tidak lagi menjual atau menangkap burung-burung.

“Burung-burung ini akan pulang sendiri, karena mereka juga punya rumah masing-masing.” Jawab Lamkaka.

Kemudian Lamkaka dibantu pekerjanya membuka semua sangkar burung-burung itu, dan melepaskan semua. Ribuan burung-burung lepas dan terbang bebas kembali ke alam. Tempat penjualan itu Lamkaka berikan pada sebuah keluarga gelandangan di sudut pasar. Surat keterangan pembelian juga dia berikan. Bukan main bahagianya keluarga gelandangan itu.

"Paman, tinggalah di tokoh ini. Mulai sekarang menjadi milik paman. Syaratnya jangan dijadikan lagi tempat menjual burung atau tempat maksiat lainnya.” Kata Lamkaka.

“Baik Puyang, terimakasi banyak.” Ujar kepala keluarga itu.

*****

Lamkaka pulang bersama pekerjanya. Dia memberikan bayaran lebih pada mereka walau tidak membawa apa pun pulang. Lamkaka hanya membawa buah-buahan segar dan beberapa kue untuk istri dan kedua orang tuanya. Semua uang telah dia habiskan membeli burung-burung yang kemudian dia lepaskan. Setiba di rumah, Lamkaka bercerita jujur pada istri dan kedua ayahnya. Dia sudah siap dimarahi mereka, tapi anehnya semuanya biasa saja. Hanya Lamkaka diminta ayahnya untuk memberi tahu datu, kalau dia tidak jadi membeli bibit ternak dan bibit tanaman.

“Datu, semua uang emas itu sudah Aku belikan burung-burung yang banyak sekali. Lalu semuanya Aku lepaskan dan tidak dapat membeli bibit ternak dan bibit tanaman.” Kata Lamkaka, dia juga bersiap dimarahi oleh datu sebab pekerjaannya sepertinya sia-sia.

“Oh, bagus sekali cucuku. Kau menggunakan uang dengan baik dan benar. Kau tahu, buah kebaikan itu juga kebaikan.” Kata Datu biasa saja. Begitulah kalau kumpulan orang baik dan tidak seraka, uang hanyalah hal biasa.

*****

Karena kelelahan Lamkaka tertidur nyenyak siang itu. Saat tertidur dia bermimpi. Di dalam mimpinya Lamkaka melihat ribuan burung-burung yang dia lepaskan di pasar Kota Kedatuan, mendatanginya. Burung-burung itu mengucapkan banyak terima kasih. Karena telah membebaskan mereka dari pedagang kejam.

"Kami tidak dapat mengembalikan uang emasmu, Lamkaka. Tetapi Aku dan rakyat burungku akan membantu engkau membangun bendungan yang kau cita-citakan. Membuat sawah-sawah dan menanam buah-buahan. Pada tanah yang kau beli itu. Nanti akan ada yang mengantar bibit ternak untuk dibagikan pada penduduk.” Kata burung aneh di dalam mimpinya. Beberapa saat kemudian Lamkaka terbangun.

“Hanya mimpi.” Guman Lamkaka.

Memperhatikan sekeliling kamarnya. Dia melihat istrinya juga tertidur di sampingnya. Dia melihat wajah istrinya yang cantik jelita. Tampak perutnya sudah membesar tanda kehamilan sudah di atas lima bulan. Sebentar lagi Aku jadi ayah, pikir Lamkaka bahagia. Sambil tersenyum Lamkaka tegak dan melihat ke luar jendela kamarnya. Dia menggeliat-geliat menghilangkan pegal. Sinar matahari sore menerobos jendela kamar. Sedikit mengecil matanya karena silau. Saat matanya terbuka lebar Lamkaka melihat pemandangan aneh.

Ternyata apa yang terjadi di dalam mimpinya. Benar-benar terjadi di alam nyata. Lamkaka melihat burung-burung yang dia beli di kota. Burung-burung yang banyak itu mengolah tanah. Dengan menggunakan cakar mereka, paru, dan kipasan sayap. Burung-burung itu menggali lubang dan memasukkan semua jenis bibit buah-buahan dan bibit bunga-bungaan.

Bibit ditimbun dengan tanah seperti ayam berkais. Ajaib, bibit tumbuh cepat dan membesar dalam hitungan menit. Lamkaka membangunkan istrinya, memberi tahu kedua ayahnya untuk melihat kejadian aneh itu. Ribuan burung dengan cakar besar mengangkut batu-batu dan terbentuklah bendungan. Air mengalir membentuk sawah, dan padi tumbuh menghijau, beberapa waktu kemudian padi masak, menguning. Warga Pedatuan Bukit Pendape juga keheranan mereka mendapat ternak datang sendiri kerumah-rumah mereka.

"Apa yang kalian lakukan.” Tanya Lamkaka  heran dari jendela. Rumani tampak mengucak-ucak matanya. Kedua masih belum percaya.

"Lamkaka kemarin kau membantu kami. Kami adalah rakyat Dewi Burung. Maka  sekarang giliran kami untuk membantumu.” Kata seekor burung.

“Curuttt. Cruttt.” Biji-biji disiram dengan air oleh burung-burung lainnya. Setelah disiram, ajaib sekali. Tunas hijau muda yang bergoyang-goyang diterpa angin. Dalam waktu singkat pohon-pohon itu tumbuh besar, cabang bermunculan, daun lebat menyeruak. Mulai berbunga, lalu berputik dan buahnya pun masak. Tubuh puluhan pohon manggis yang berbuah emas. Memang semuanya sulit dipercaya.

Setelah semua tumbuh, lahan luas yang penuh tanaman itu di pagar dengan kayu ulin yang tinggi oleh para burung rakyat Dewi Burung. Dengan pintu gerbang yang terkunci ajaib. Yang dapat masuk dan menikmati hasil ladang ajaib hanyalah orang-orang miskin dan yang membutuhkan. Kalau ada orang mencuri atau merampas buah manggis emas dia akan terkena musibah bahaya. Sejak saat itu, penduduk Pedatuan Bukit Pendape hidup sejahtera dan bahagia. Kebun ajaib Lamkaka telah memberikan mereka makan dengan cukup.

*****

Tidak seberapa lama berita kebun ajaib Lamkaka terkenal keseluru Negeri Kedatuan. Banyak orang berkunjung untuk melihat atau meminta buah-buahan dari pedatuan lain.

Ternyata pedagang burung yang memiliki banyak emas semakin kaya. Sekarang dia telah memiliki pasukan bayaran. Mendengar adanya ladang ajaib itu. Dimana ada pohon manggis berbuah emas. Penjual burung serakah itu datang membawa pasukan bayarannya hendak merampas kebun ajaib itu. Dengan membawa seribu pasukan, seratus gajah terlati untuk merobohkan pagar kebun.

“Serahkan kebun dan pohon manggis emas itu padaku. Kalian akan selamat dan Aku tidak akan mengganggu kalian.” Kata pedagang burung yang jahat dan seraka itu.

“Ambillah dan berbuatlah sesuka hatimu. Aku tidak akan menghalangi kamu wahai pedagang burung.” Kata Lamkaka. Dia tidak peduli dan tidak gila harta sebagaimana pedagang itu. Mendengar itu, Pedagang Burung bersama pasukannya menuju Kebun Ajaib. Mereka mulai berusaha masuk. Ada yang menggunakan tangga menaiki pagar tinggi itu. Ada juga yang menggerakkan gajah untuk merobohkan pagar.

“Dummmmm.” Pagar roboh dan pedagang Burung dan pasukan bayarannya masuk untuk menjarah isi kebun ajaib. Ada yang mengambil buah yang banyak. Namun ada yang aneh terjadi setelah itu. Setelah memetik buah, tubuh mereka terasa panas lalu roboh. Beberapa saat kemudian tubuh mereka berubah menjadi burung yang terbang tinggi. Sementara itu, Pedagang Burung memanjat pohon manggis emas. Dia memetik banyak buah manggis emas.

“Aku kaya, Aku semakin kaya di bumi pedatuan. Aku akan dapat menjadi Datu di Kedatuan ini nantinya.” Kata Pedagang Burung seraka itu, sambil tertawa-tawa. Dia ternyata ingin menjadi raja juga nantinya. Tiba-tiba angin bertiup kencang dan awan hitam menutupi langit. Ada kilat dan suara guntur, kemudian petir berbunyi keras berkali-kali.

“Duuaarrrr. Duuaarrr.” Petir menyambar tubuh Pedagang Burung, tubuhnya hangus dan jatuh ketanah, mati. Dengan ajaib tubuh Pedagang Burung itu berubah menjadi seekor tikus kecil atau tikus curut. Dengan ajaib, kebun Lamkaka kembali seperti semulah. Masyarakat pun datang kembali seperti biasa mengambil buah-buahan, padi dan buah manggis emas. Kehidupan Lamkaka dan keluarga bahagia dan sejahtera.


Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Palembang, 14 Oktober 2018.
Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.

Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com. idline: Apero Fubli. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.


Sy. Apero Fublic
Via Dongeng
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Older Posts
Newer Posts

You may like these posts

Post a Comment

PWI Sumatera Selatan

PWI Sumatera Selatan
Ayo, ikuti dan ramaikan.

Post Populer

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

Sunday, June 23, 2019
Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Wednesday, April 16, 2025
PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

Friday, June 06, 2025
Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Friday, January 17, 2020
TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025

TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025

Saturday, May 31, 2025

BULETIN APERO FUBLIC

BULETIN APERO FUBLIC

Translate

Search This Blog

Stay Conneted

facebook Like
twitter Follow
youtube Subscribe
vimeo Subscribe
instagram Follow
rss Subscribe

Featured Post

Lurah Ngulak Tinjau Langsung 9 Rumah Terdampak Longsor di Kelurahan Ngulak

PT. Media Apero Fublic- Wednesday, June 11, 2025 0
Lurah Ngulak Tinjau Langsung 9 Rumah Terdampak Longsor di Kelurahan Ngulak
APERO FUBLIC. MUSI BANYUASIN.- Ngulak, Muba - Bencana tanah longsor yang terjadi tiba-tiba di Kelurahan Ngulak, Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin…

Most Popular

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Friday, January 17, 2020
Legenda Putri Bulan. Kesetiaan Yang di Abadikan Menjadi Sungai Sake

Legenda Putri Bulan. Kesetiaan Yang di Abadikan Menjadi Sungai Sake

Sunday, November 10, 2019
Mengenal Buah Raman

Mengenal Buah Raman

Tuesday, June 23, 2020
Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Wednesday, April 22, 2020
Legenda Asal Mula Bukit Pendape. Musi Banyuasin.

Legenda Asal Mula Bukit Pendape. Musi Banyuasin.

Tuesday, October 15, 2019
Legenda Cinta Puyang Gadis. Sumatera Selatan

Legenda Cinta Puyang Gadis. Sumatera Selatan

Saturday, March 21, 2020
BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

Thursday, April 23, 2020
Asal Mulah Sungai Keruh dan Kutukan Puyang Dulu

Asal Mulah Sungai Keruh dan Kutukan Puyang Dulu

Thursday, November 07, 2019
PEPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA REKREASI

PEPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA REKREASI

Friday, October 08, 2021
Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Tuesday, April 21, 2020
Powered by Blogger
Apero Fublic

Website Archive

  • 2025174
  • 2024203
  • 2023142
  • 2022103
  • 2021365
  • 2020435
  • 2019281

MAJALAH KAGHAS

MAJALAH KAGHAS

JURNAL APERO FUBLIC. HUMANIORA

JURNAL APERO FUBLIC. HUMANIORA

TABLOID APERO FUBLIC

TABLOID APERO FUBLIC

SELAK MAJO

SELAK MAJO
Karikatur

Labels

Andai-Andai APERO FUBLIC Apero Herbal Apero Popularity Arkeologi Artikel Berita Berita Daerah Berita Internasional Berita Nasional Biruisme Bola Brand Budaya Daerah Budaya Dunia Buku Populer Buletin AF Cerita Bersambung Cerita Kita Cerita Rakyat Cerpen Daratan Daratan dan Hutan Dongeng Dongeng Dunia Dunia Anak e-Biografi Tokoh Ekonomi Ekonomi Islam Elektronik Energi FASHION Fauna Film Flora Fotografi Gatget Healthy & Fitness Himpunan Muslim Hukum Hukum Islam Ibu dan Anak Ilmu Kesastraan Info Desa Islam dan Budaya Islam dan Lingkungan Hidup Islam dan Masyarakat Islam dan Negara Islam dan Sosial Jurnal AF Jurnalisme Kita Kabar Buku Kampus Kata Mutiara Kepemimpinan Kesehatan Kesehatan dan Pendidikan Wanita kesenian Kisah Legenda Kriminal Kuliner Laporan Penelitian Majalah Kaghas Mask Mitos Musik Olah Raga Opini Otomotif Pantun Pariwisata PDF Pemerintahan Pendidikan Penyakit Masyarakat Pertanian dan Alam Politik Populer Bisnis Populer Iklan Populer Produk Populer Profesi PraLeader Problematika Seks Propaganda Public Figure Puisi Puisi Akrostik Pustakawan PWI PWI SumSel Sampah dan Limbah Sastra Kita Sastra Klasik Sastra Lisan Sastra Moderen Sejarah Daerah Sejarah Islam Sejarah Kebudayaan Sejarah Umum Seniman Sepeda Listrik Sepeda Motor Skil Wanita Smart TV Sosial dan Masyarakat Sport Sudut Pandang Sumber Air Surat Kita Syarce Tablet Tabloid AF Teknologi Tokoh Wanita UKM-Bisnis Video Women World

Laman Khusus

  • Cahaya
  • Daftar Kata Istilah Baru
  • e-Galeri Apero Fublic
  • Mari Kita Hijrah
  • Nasihat dan Motivasi
  • Apero Quote
  • Pribahasa Indonesia
  • Picture Indonesia
  • Pangeran Ilalang I
  • Pangeran Ilalang II

Pages

  • Pecakapan Sunset Sunrise
  • Flora Pangan Indonesia
  • Fauna Indonesia
  • Dawnload PDF Gratis
  • Dawnload Feature Gratis (PDF)

Recent Posts

Popular Posts

  • e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II
    Apero Fublic.- Ilalang atau juga sering di sebut alang-alang memiliki nama ilmiah  imperata cylindrica . Ilalang jenis rumput berdaun ...
  • Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal
    APERO FUBLIC. MUBA.- Setelah berhasil melakukan peralihan pengelolaan kelistrikan dari PT MEP ke PLN, Bupati Muba H M Toha bersama Wakil Bup...
  • PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H
    Suasana di Kantor PWI di Kota Palembang APERO FUBLIC. PALEMBANG.- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel rangkaian menyambut Hari Raya I...
  • Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.
    APERO FUBLIC.- Raden Kamandaka sebuah cerita rakyat dari dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Cerita Rakyat ini bercerita tentang Keraja...
  • TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025
    TV Pintar Xiaomo E5Q (Ilustrasi). APERO FUBLIC. TV PINTAR.-  Bukan hanya tampilan visual, kualitas audio telah ditingkatkan. Terutama untuk ...
  • Syair Khadamuddin. Syair Sastra Melayu Klasik
    Apero Fublic.- Lembar pertama dari naskah Sayir Khadamuddin, diawali dengan basmalah. Syair Khadamuddin adalah bentuk sastra lama dari ...
  • 5 Juni 2025 Penyerahan SK Pengangkatan CPNS dan Pelantikan PPPK oleh Bupati Muba
    Bupati Musi Banyuasin, H. M. Toha. APERO FUBLIC. MUBA.- Musi Banyuasin, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPS...
  • Bersinergi Wujudkan Transformasi Digital Desa
    APERO FUBLIC. MUARA ENIM.- Kolaborasi digital antar kabupaten di Sumatera Selatan semakin diperkuat. Pemkab Musi Banyuasin melalui Dinas Ko...
  • Dorong Kesejahteraan dan Serap Tenaga Kerja Lokal
    APERO FUBLIC. PALEMBANG.- Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) membuka kesempatan luas bagi investor yang dapat memberikan manfaat lan...
  • Di Hadapan BPK Wilayah VI, Bupati Toha Tegaskan Komitmen Majukan Budaya Daerah
    APERO FUBLIC. PALEMBANG.– Budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan fondasi penting bagi peradaban masa depan. Menyadari hal te...

Editor Post

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Friday, January 17, 2020
Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

Tuesday, April 21, 2020
Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Wednesday, April 22, 2020
BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

Thursday, April 23, 2020
Mengenal Buah Pedare

Mengenal Buah Pedare

Monday, June 22, 2020
Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

Saturday, January 18, 2020
Legenda Kisah Cinta  I Jayaprana dan Ni Layonsari dari Bali

Legenda Kisah Cinta I Jayaprana dan Ni Layonsari dari Bali

Tuesday, January 14, 2020
Mengenal Buah Raman

Mengenal Buah Raman

Tuesday, June 23, 2020
Tradisi Ngobeng di Palembang: Simbol Kebersamaan dalam Setiap Suapan

Tradisi Ngobeng di Palembang: Simbol Kebersamaan dalam Setiap Suapan

Thursday, November 28, 2024
e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

Sunday, June 23, 2019

Popular Post

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

Sunday, June 23, 2019
Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

Wednesday, April 16, 2025
PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

Friday, June 06, 2025
Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

Friday, January 17, 2020
TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025

TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025

Saturday, May 31, 2025
Syair Khadamuddin. Syair Sastra Melayu Klasik

Syair Khadamuddin. Syair Sastra Melayu Klasik

Tuesday, June 25, 2019
5 Juni 2025 Penyerahan SK Pengangkatan CPNS dan Pelantikan PPPK oleh Bupati Muba

5 Juni 2025 Penyerahan SK Pengangkatan CPNS dan Pelantikan PPPK oleh Bupati Muba

Saturday, May 24, 2025
Bersinergi Wujudkan Transformasi Digital Desa

Bersinergi Wujudkan Transformasi Digital Desa

Thursday, May 22, 2025
Dorong Kesejahteraan dan Serap Tenaga Kerja Lokal

Dorong Kesejahteraan dan Serap Tenaga Kerja Lokal

Monday, May 26, 2025
Di Hadapan BPK Wilayah VI, Bupati Toha Tegaskan Komitmen Majukan Budaya Daerah

Di Hadapan BPK Wilayah VI, Bupati Toha Tegaskan Komitmen Majukan Budaya Daerah

Monday, May 26, 2025

Populart Categoris

Andai-Andai 1 Artikel 38 Berita 174 Berita Daerah 353 Berita Internasional 18 Berita Nasional 255 Brand 117 Budaya Daerah 29 Cerita Bersambung 20 Cerita Kita 22 Cerita Rakyat 12 Cerpen 9 Dongeng 66 Ekonomi 7 Elektronik 21 FASHION 3 Fauna 4 Flora 62 Healthy & Fitness 14 Ibu dan Anak 1 Islam dan Budaya 11 Islam dan Lingkungan Hidup 4 Islam dan Masyarakat 2 Jurnalisme Kita 16 Kampus 104 Kesehatan 5 Kisah Legenda 10 Kuliner 17 Mitos 15 Olah Raga 23 Opini 57 PDF 3 Pantun 6 Pariwisata 36 Penyakit Masyarakat 6 Problematika Seks 6 Puisi 47 Puisi Akrostik 5 Sampah dan Limbah 1 Sastra Kita 22 Sastra Klasik 53 Sastra Lisan 12 Sejarah Daerah 24 Sejarah Kebudayaan 28 Sepeda Listrik 15 Sport 2 Surat Kita 7 Tablet 20 Teknologi 123 Tokoh Wanita 3 UKM-Bisnis 12 Video 20 Women 4 World 3 e-Biografi Tokoh 23 kesenian 2
APERO FUBLIC

About Us

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan Publikasi dan Informasi yang bergerak dalam bidang Industri Kesusastraan. Apero Fublic merupakan bidang usaha utama bidang jurnalistik.

Contact us: fublicapero@gmail.com

Follow Us

© Copyright 2023. PT. Media Apero Fublic by Apero Fublic
  • Disclaimer
  • Tentang Apero Fublic
  • Advertisement
  • Contact Us