APERO FUBLIC I KAMPUS.- Dalam kehidupan ini saat saat sebagai mahasiswa, banyak sekali tuntutan contoh untuk selalu menjadi yang terbaik sering kali jadi tekanan yang tidak disadari. Dari target nilai, ekspektasi keluarga, dan bisa juga tuntutan untuk selalu sempurna dalam melakukan praktikum . Dalam bukunya Rica Asrosa, yang berjudul One Day You Will Thank Yourself menekankan pentingnya “ memaafkan diri dan memerima diri apa adanya” sebagai awalan dalam memulai kehidupan dan menata kehidupan yang lebih baik untuk menciptakan ruang bernafas di Tengah tekanan hidup. Buku ini cukup berkaitan Ketika melihat mahasiswa masa kini yang sering sekali mengalami stress, kehilangan arah, dan meragukan kemampuannya sendiri. Menerima diri sendiri untuk saat ini bukan hanya sekedar wacana, tetapi hal itu menjadi kebutuhan mental yang mendesak di tengah kompetisi akademik yang sekarang sangat ketat.
Rica Asrosa menjelaskan saat ini banyak orang tenggelam dalam rasa bersalah dan penyelasan terhadap dirinya sendiri, hingga lupa bahwa diri mereka masih pantas untuk mendapat kesempatan yang kedua. Menurutnya, kita harus menjadi teman dan memeluk diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum mengharap perhatian atau belas kasihan dari orang lain. Pesan sederhana ini sesungguhnya memiliki kekuatan besar bagi mental mental mahasiswa yang gampang stres, menyerah dan putus asa dalam menghadapi dunia atau kehidupan dalam perkuliahan. Mahasiswa sering sekali terjebak dalam perbandingan sosial seperti melihat teman yang meraih nilai tinggi, atau memenangkan banyak kompetisi dalam masa kuliahnya, seolah menjadi patokan diri sendiri jadi merasa kurang berharga dalam masa kuliah. Padahal, perjalanan tiap orang memiliki alur ritme dan jalurnya sendiri.
Kenyataan tersebut sangat jelas terlihat di berbagai jurusan, bukan hanya di bidang
farmasi. Namun, pada mahasiswa khususnya farmasi, tuntutan akademik lebih terasa berat karena banyaknya parktikum, laporan berulang, serta mata kuliah yang menuntut ketelitian tinggi. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa dirinya tidak cukup pintar hanya karena kesulitan memahami
farmakologi atau melakukan perhitungan dosis. Kebiasaan yang harus sempurna tak jarang muncul dalam lingkungan kampus membuat mahasiswa semakin keras pada dirinya sendiri yang seharusnya hal tersebut tidak dilakukan. Inilah pesan Rica Asrosa tentang penerimaan diri menjadi sangat berhubungan : bahwa ketidaksempurnaan bukanlah suatu kelemahan, tetapi hal itu bagian dari proses pertumbuhan.
Penerimaan terhadap diri sendiri tidak bisa diartikan dengan pasrah atau berhenti berusaha. Justru hal itu, menurut Rica
menerima diri sendiri dapat membantu seseorang untuk lebih sadar dan stabil untuk tidak melakukan sesuatu hal yang keras dan menuntut diri sendiri yang membuat stres atau menyerah dalam menghadapi masalah yang datang. Misalnya saja, seorang mahasiswa yang membutuhkan waktu untuk memahami pikiranya sendiri bukanlah tanda dari ketidakmampuan mahasiswa tersebut. Itu hanyalah variasi cara belajar memahami masalah atau Pelajaran hidup. Kesadaran ini dapat membantu atau mengurangi hal yang selama ini membebani diri.
Selain itu,
fenomena fear of missing out (FOMO) sangat dapat memperburuk kondisi mental mahasiswa. Melihat teman yang lain memiliki barang baru, nilai bagus, aktif dalam organisasi, atau mengikuti seminar internasional sering membuat mahasiswa lain merasa tertinggal dan meraguikan kemampuannya sendiri. Padahal, hal seperti itu dijelaskan dalam buku tersebut, kita tidak harus selalu berlari ada saatnya kita berjalan pelan pelan pun tetap berarti selama menuju arah yang tepat dan sesuai. Hal ini seharusnya menjadi prinsip yang harus diterapkan pada kehidupan mahasiswa bahwa pencapaian orang lain tidak menghapus nilai diri mereka.
Di lingkungan farmasi, contoh FOMO dapat dilihat saat mahasiswa merasa yang harus mengikuti berbagai macam pelatihan yang ada unsur kefarmasian sekaligus agar tidak kalah saingan saat sudah lulus nanti. Padahal, tidak semua pelatihan berkaitan dengan tujuan karir masing – masing. Ada berbagai bidang industri,
klinis,
kosmetik atau bahkan bidang
kewirausahaan. Penerimaan diri membantu mahasiswa menyadari bahwa jalan menuju masa depan tidak harus sama dengan perjalanan orang lainnya. Minat dan kemampuan justru menjadi modal penting yang tidak dimiliki semua orang kuasai dalam dunia kerja saat nanti.
Pada akhirnya, penerimaan diri pada buku seperti yang ditekankan Rica Asrosa bukan hanya dalam konsep psikologis, tetapi hal ini juga menyangkut atau berkaitan dengan kebutuhan hidup mahasiswa masa kini. Di tengah derasnya tuntutan akademik, kompetisi, dan perbandingan sosial, mahasiswa memerlukan ruang untuk memahami bahwa perjalanan setiap orang tidak harus sama. Mahasiswa farmasi maupun dari jurusan lain memiliki ritme, tantangan, dan potensi masing-masing yang tak dapat disamakan dengan jurusan yang lainnya. Dengan memanfaatkan diri, menghargai proses, dan merangkul ketidaksempurnaan yang ada, mahasiswa dapat menemukan ketenangan sekaligus kekuatan untuk terus melangkah di atas kakinya sendiri. Suatu saat nanti, meraka akan berterima kasih kepada dirinya sendiri yang telah berjuang selama ini yang merangkul dirinya sendiri atas keberanian yang telah dirinya sendiri lakukan dan tetap memilih untuk tetap percaya diri bahwa dirinya itu layak tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dari diri yangs sebelumnya.
Ditulis/Oleh: Aisya Ika Putri Pramono
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic
Post a Comment