Hidup Tanpa Sosok Ibu Memang Berat, tapi Aku Harus Tetap Kuat
.jpeg)
Masa Kecil M Ridho Ramadhan bersama Ibu, dan dua adiknya
Bu, hari ini kurasa berat bu..
Padahal sebelumnya aku mulai terbiasa tanpa ibu. Aku bisa jadi pemimpin bagi diriku sendiri, bisa membagi keuangan dengan baik, meski pola hidupku masih banyak yang harus berubah. Tapi aku tak menggantungkan hidup dengan belas kasihan orang lain bu.
Bu, kehidupanku seakan memburuk, setelah kepergian ibu, tapi aku berusaha menyemangati diriku sendiri, kadang aku gagal bu, tapi selalu ku usahakan untuk kelihatan baik-baik saja di hadapan banyak orang.
Namun tak jarang kuteteskan airmata. Tidak ada lagi yang marah-marah kalau aku terlambat bangun bu, Tidak ada lagi omelan untuk membereskan kamar sehabis bangun tidur.
Bu, aku selalu iri melihat orang lain yang sangat akrab dengan Ibunya. Yang masih bisa jalan ke mall, nonton, dan curhat-curhat ke ibu nya, Aku ingin demikian Bu.
Ingin membahagiakan Ibu dengan segala yang kupunya. Ingin membelikan Ibu ini dan itu. Meski aku harus melarang Ibu dalam hal makanan. Aku sangat protektif akan kesehatan Ibu. Aku sayang Ibu, dan menyesal membiarkan Ibu dengan lahap memakan yang tidak seharusnya dikonsumsi. Aku merasa gagal menjaga Ibu. Lalu sekarang aku menangis sendirian bu.
![]() |
| M Rhidho Ramadhan bersama dua adiknya |
Ibu masih ada di sekitar ku kan bu? Sayangnya, aku tahu Ibu lebih berbahagia di surga bersama nenek disana
Bu, ternyata hidup tanpa Ibu berat banget bu, terasa ringan jika sudah memandang Ibu meski lewat foto. Terima kasih yah Bu, pengajaran yang Ibu beri mampu menjadikanku lebih kuat dari mereka. Ibu aku tak mau banyak berandai, tak mau terlihat lemah, dan ingin buat Ibu bangga meski ibu sudah tiada.
Oleh. Muhammad Ridho Ramadhan
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Fakultas Adab dan Humaniora. Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic


Post a Comment