11/24/2020

Hikayat Tuan Guru

APERO FUBLIC.- Cerita ini, mengisahkan seorang ulama yang mengajar pada suatu desa, Tuan Guru. Dia mempunyai tiga orang istri yang rukun satu sama lain. Sebagai seorang guru, tentu banyak petuah yang diberikannya pada murid-muridnya. Petua-petua itu diantaranya agar selalu rajin bersedekah dan berbuat baik. Semua muridnya menerima dan mengamalkan dengan baik semua yang dia sampaikan.

Suatu waktu, ketiga istri Tuan Guru membicarakan ahlak suami mereka, Tuan Guru. Mereka menunjukkan keheranannya atas sikap Tuan Guru yang selalu menganjurkan bersedekah. Sementara itu, Tuan Guru hidup makmur atas sedekah murid-muridnya. Sedangkan Tuan Guru sebaliknya, kikir dari mengeluarkan sedekah.

Andaikan dia bersedekah, dia menyedekahkan barang yang sudah tidak terpakai. Melihat kenyataan itu, ketiga istrinya merasa ragu atas kepahaman suami mereka pada ilmu agama. Karena, perbuatan Tuan Guru tidak sesuai dengan apa yang dia ajarkan.

Bersepakatlah ketiga istri Tuan Guru menguji Tuan Guru dengan ajaran yang sudah pernah disampaikannya. Sekaligus memberikan pelajaran pada suami mereka. Lalu mereka menguji Tuan Guru dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan itu bergilir saat Tuan Guru mendatangi mereka bergilir.

Seperti yang direncanakan, tibalah waktunya Tuan Guru mendatangi istrinya yang pertama. Sebelum Tuan Guru tidur dengan istrinya, dia mengajukan syarat. Yaitu harus menjawab pertanyaan dari istri pertamanya.

Kalau tidak dapat menjawab, maka dia tidak boleh tidur dirumah istri pertamanya. “Boleh masuk, tetapi tidak boleh keluar?.” Itulah pertanyaan istri pertamanya. Karena Tuan Guru tidak dapat menjawab maka dia pergi ke rumah istri keduanya.

Akan tetapi istri keduanya juga mengajukan syarat, kalau Tuan Guru mau tidur dirumahnya. Pertanyaan hampir sama seperti pertanyaan istri pertama, hanya berubah sedikit. “Boleh keluar tetapi tidak boleh masuk?.” Tuan Guru ternyata juga tidak dapat menjawab pertanyaan dari istri keduanya.

Tuan Guru terpaksa pergi lagi, sekarang dia menuju rumah istrinya yang ke tiga. Istri ketiga Tuan Guru juga mengajukan syarat. Kalau dia ingin tidur di rumahnya, maka harus menjawab pertanyaan. Kalau tidak bisa menjawab, maka tidak boleh tidur. “Tidak boleh masuk dan tidak boleh keluar.” Pertanyaan istrinya yang ketiga juga tidak dapat Tuan Guru jawab.

Apabila Tuan Guru tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Betullah dugaan mereka kalau suaminya tidak mengerti apa yang dia ajarkan. Sesungguhnya, pertanyaan mereka tentang ajaran agama Islam. pertanyaan istri pertama, “Boleh masuk, tapi tidak boleh keluar” jawabannya adalah menanyakan tentang hal air wuduh  yang boleh mereka minum berati masuk tetapi tidak boleh keluar, seperti buang air besar dan buang angin.

Pertanyaan istri kedua tentang puasa. “boleh keluar tapi tidak boleh masuk” bermakna tentang puasa yang boleh masuk saat sahur dan tidak boleh makan saat menjalankan puasa. Begitu juga dengan pertanyaan istri ketiga. “Tidak boleh masuk dan tidak boleh keluar” bermakna orang yang sedang berpuasa lalu mengerjakan salat, tidak boleh makan dan tidak boleh kentut (kentut bermakna keluar, makan berarti masuk).

Hikmah dari cerita ini, seorang guru jangan hanya menyampaikan teks yang dia pelajari atau hanya mengajarkan tetapi tidak tahu maknanya. Sekaligus tidak mengamalkan apa yang dia ajarkan pada orang lain.

Kalau mengajarkan tentang sedekah, sepatutnya terlebih dahulu mengamalkan. Saat Tuan Guru bertanya pada ketiga istrinya jawaban pertanyaan. Barulah sadar Tuan Guru atas kekeliruan dirinya. Selama ini merasa begitu hebat sebagai seorang guru. Tapi ternyata dia telah lalai dan khilaf.

Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 24 November 2020.
Sumber: Informan T. Usman, lahir di Tanjung Pura tahun 1912. Masindan, Dkk. Sastra Lisan Melayu Langkat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.


Sy. Apero Fublic.

0 komentar:

Post a Comment