6/17/2019

Arip Riko. Mengenal Cinta


Cinta bagiku adalah ridho Allah. Aku nanti dirimu, di hadapan walimu. Bukan membawamu pada lembah dosa dan kemaksiatan yang sia-sia. Takkan ada kado dariku, karena nanti seperangkat alat shalat yang akan aku persembahkan padamu. Tunggu aku wahai jodohku.

Dalam kehidupan kita memiliki tahap yang harus kita lewati. Pada awalnya kita seperti wadah kosong yang terbuka. Setiap waktu wadah itu, terus dimasuki  oleh berbagai macam material keduniaan. Sehingga apabila kita tidak segerah memberi tutup untuk wadah kosong itu, maka  akan banyak sesuatu yang masuk. Entah itu material baik atau buruk. Bagaimana kita membuat tutup pada wadah yang terbuka. Pertama kita mencari ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Kedua kita menyiapkan bekal iman yang kuat. Maka dengan kedua hal tersebut, akan tercipta tutup yang baik, yang menjaga kita dari masuknya material buruk. Itulah perumpamaan dengan kehidupan kita.
    Sekarang awal perjalananku, memasuki usia produktif. Aku menyadari memiliki emosi tinggi yang menggelora. Itu wajar untuk seorang pemuda seumuran denganku. Walau demikian satu prinsip yang aku pegang, tetap pada jalan Allah, dan berpikir positif. Tidak melakukan hal-hal bodoh, yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Namun kadang ada kehilafan juga dalam diri kita, sebagai manusia sehingga hal buruk tanpa sadar terlampaui. Terutama permasalahan hati dan rasa cinta pada seseorang. Aku mulai mengenal suatu rasa yang tidak biasa. Rasa yang menyukai seseorang. Rasa suka jauh dari kontrol jiwa kita. Sehingga dia masuk dalam kedalam hati walau telah kita usahakan itu tidak hadir. Rasa cinta bukan sebatas menyukai, tetapi tautan untuk suatu yang serius. Tujuan untuk beribadah, dan tujuan untuk masa depan. Namun dalam hakikat perjalanan hidup, yang paling banyak adalah hancurnya harapan. Saat itu, akan ada luka yang menebas di hati kita. Aku menyadari itu sepenuhnya, dan aku mengalami. Sehingga dengan perjumpaan itu, aku mengenal rasa itu. Cinta.
    Hampir aku sesat dalam kubangan angan dan hayalan. Namun, hal yang aku miliki pertama, ilmu pengetahuan dan ke imanan sebagaimana aku sebutkan tadi. Telah membawa aku kejalan yang disebut mawas diri. Aku menyadari cinta bukan sebatas kata-kata seperti yang mereka lakukan. Bagiku cinta itu sesuatu yang mulia, bukan bentuk sandiwara dan kepalsuan permainan yang diwakili dengan simbol-simbol. Biarlah aku berjalan sendiri untuk sementara. Biarlah aku menetap dalam kesunyian dalam hijrah ini. Aku mengejar cinta Allah, dan cinta Rasulullah. Sehingga suatu saat nanti, aku akan menemukan cinta yang abadi, cinta yang telah  digariskan oleh alah pada perjalanan hidupku ini. Untuk saat ini, cinta keluargaku sudah cukup aku miliki. Dan cinta untuk pasangan hidupku, meminta pada Allah agar dipertemukan saat jodoh itu datang. Aku mengenal cinta, namun aku lebih tahu bahwa mencintai itu ada pada jalan Allah.

Mengenal  Cinta

Menjadi Indah Jika kau tersenyum
Mengalirkan kesejukan pada setiap gores pena
Meresap pada setiap rangkaian Bait
Menebar sakral penuh romansa
Marilah kita berlabuh di sebuah pulau
Yang Berpasir putih

Kemana arah mu
Adalah langkah-langkah yang memutus rantai keraguan
Oh, tubuh ku ini
Butuh sirkulasi oksigen bagi aliran darah ku
Sedangkan jiwa merintih, rindu dekap peluk mu
Aku tak lagi, aku yang kuat
Aku hanyalah redup sinar bulan
Pada basa-nya malam

Penjagaanku dari setiap rindu
hanya, sebuah martil yang dibakar api
kepastian cita yang seharusnya tersebar memenuhi cakrawala
kini menerusuk masuk, pada sebongkah hati
hingga menggeretak pada setiap tarikan napas
mencuci keegoisan dengan aroma kasih
aku selalu ingin membuka mata,

Pada raut biru-nya pagi
Aku selalu ingin menjagamu
Seperti layaknya perlindungan seorang pria
Pria ini, akan selalu ada.
Agar kau tak selalu tersakiti.

Oleh. Arip Riko
Palembang 6 Oktober 2018.
Sumber foto. Arip Riko.

Sekilas tentang penyair. Dia seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Pada Fakultas Adab dan Humaniora, bidang studi Sejarah Peradaban Islam. Arip lahir di Kota Palembang pada tahun 1995. Mahasiswa smester akhir ini, sekarang sedang menyelesaikan tugas akhirnya, skripsi. Arip memiliki hobi membaca, dan memiliki minat tinggi pada dunia seni. Sehingga saat bersama teman-temannya dia suka bermain gitar atau menulis puisi. Baginya hidup harus dinikmati, jangan disesali. Hal yang berlalu biarlah berlalu, dan biarlah mengalirlah seperti air. Dalam duni kepenyairan, dia berpendapat bahwa, syair itu hadir dari jiwa yang terdalam. Apabila jiwanya terluka, maka akan muncul syair yang berlumuran dara dan air mata. Arip dijuluki, penyair senyap malam. Dia bergerak bagai bayangan di malam hari, dan hadir tanpa diketahui. Salam, sastra kita.

Editor. Joni Apero.
Catatan:
Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama:
Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya. Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero FublicwhatsApp: 081367739872. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

By. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment