3/27/2021

Sungai Keruh: Mitos Antu Golong Ijok

Apero Fublic.- Mitos. Di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Ada sebuah mitos yang tersebar ditengah masyarakatnya sejak dahulu. Cerita hantu gulung ijuk ditahun 90-an masih menjadi topik hangat dalam cerita hantu anak-anak di Sungai Keruh. Saat mereka bermain, siang atau malam hari.

Waktu itu, masih dijadikan anak-anak untuk saling takut-manakuti sesama teman-temannya. Sehingga teriakan hantu gulung ijuk akan membuat semuanya berlari tunggang langgang. Namun, seiring waktu, mitos hantu gulung ijuk mulai terlupakan. Hadirnya televisi dan smartphone mengikis cerita horor itu.

Antu Golong Ijok atau Hantu Gulung Ijuk menurut masyarakat adalah mahkluk campuran antara mahluk halus (Jin) dan bukan mahluk halus (mahluk nyata). Dinamakan demikian karena hantu ini menyerupai gumpalan ijuk pada struktur wujudnya saat berjumpa dengan manusia. Kebiasaan hantu ini menurut masyarakat, selalu menggulung tubuhnya, dengan bentuk bulat seperti roda. Lalu menggelinding kemana dia suka. Dengan demikianlah sehingga hantu ini, dinamakan masyarakat dengan hantu golong ijok atau hatu gulung ijuk.

Kata golong berarti gulung, sedangkan Ijok bermakna ijuk. Ijok atau ijuk adalah bagian dari pohon enau atau aren yang berbentuk seperti benang berwarna hitam. Ijuk sering dijadikan sapu dan atap pondok di zaman dahulu.

Ciri-Ciri Hantu Gulung Ijuk (Golong Ijok)

1.Ciri utama hantu gulung ijuk bentuk tubuhnya, terdiri dari gumpalan-gumpalan ijuk yang memembentuk struktur tubuhnya.

2.Dengan tubuh berstruktur seperti ijuk, dia dapat merubah wujud atau bentuknya sesuai yang dia suka. Tetapi tetap berstruktur warna hitam yang terdiri dari gumpalan ijuk. Misalnya dia merubah wujudnya yang semulah berbentuk seperti manusia berubah menjadi ular. Bentuk perubahan wujudnya menjadi ular terdiri dari serat-serat ijuk yang memanjang seperti ular.

3.Mata hantu gulung ijuk bundar besar berwarna merah, bertaring hitam, gigi hitam, lidah hitam, hidung hitam. Mata adalah satu-satunya pada anggota tubuh yang berwarna merah. Selain itu, hitam seperti ijuk enau.

4.Hantu gulung ijuk, tubuhnya dapat berubah menjadi bundar seperti bolah atau Seperti rofa, lalu menggelinding seperti bola bowling. Tapi menggelinding bukan hanya ke tempat yang rendah, tapi sebaliknya dapat juga menggelinding ketempat yang tinggi atau menajak.

5.Hantu gulung ijuk, dapat meniru suara yang dia dengar dengan sama persis dari sumber suara yang dia dengar.

6.Hantu gulung ijuk dapat menyesatkan orang di dalam hutan. Dengan cara memindahkan tumbuhan-tumbuhan untuk menutup jalan setapak di hutan. Tanpa meninggalkan bekas sedikitpun, sehingga manusia akan tersesat karena tidak mengenali lagi jalannya.

7.Apabilah tidur, berhenti, atau istirahat hantu gulung ijuk kembali menggulung tubuhnya. Kadang melingkar diatas dahan pohon, batang pohon, atau melingkar seperti ular dan bergulung seperti roda pada batang atau cabang pohon.

Hantu gulung ijuk tinggal di hutan lebat. Berdiam di dalam lobang pohon, diakar pohon besar (banir) diatas pohon besar yang tinggi, atau di dalam gua-gua. Hantu ini, menurut mitos masyarakat suka menculik anak-anak yang suka bermain di hutan atau sekitar hutan.

Anak-anak yang diculik akan dijadikan sanderaannya, dia kurung di dalam kandang atau dia ikat diatas pohon tinggi sehingga tidak dapat melarikan diri lagi. Anak-anak tersebut ada yang dijadikannya makanan dan ada juga yang dia jadikan pengikutnya.

Untuk anak-anak dihimbau agar tidak bermain di hutan atau dipinggir hutan seorang diri atau bersama teman-teman tanpa ada orang tua. Karena rentan sekali diculik oleh hantu gulung ijuk ini. Mitos ini kemungkinan dimunculkan masyarakat Sungai Keruh untuk menakuti anak-anak zaman dahulu agar tidak suka bermain-main di hutan.

Sebab di hutan banyak bahaya, baik zaman dahulu atau zaman sekarang. Hutan adalah tempat yang tidak aman bagi anak-anak. Namun, sebagian besar masyarakat ada yang mempercayai kalau hantu gulung ijuk benar-benar ada.

Oleh. Joni Apero
Editor. Selita, S.Pd.
Tatagambar. Dadang Saputra.
Palembang, 27 Maret 2021.
Sumber tulisan ini disarikan dari cerita-cerita yang tersebar pada masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Cerita diwariskan secara lisan yang dituturkan secara turun-temurun. Masyarakat mengistilahkan cerita lisan itu dengan, andai-andai (mendongeng).

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment