PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

7/25/2020

Sampah Rumah Tangga: Pengancam Kelestarian Lingkungan Sungai dan Laut

Apero Fublic.- OKU Timur. Sungai Komering adalah anak sungai dari Sungai Musi. Salah satu sungai terpanjang di Provinsi Sumatera Selatan. Bermuara ke Sungai Musi dan hulunya terletak di Bukit Barisan dan Danau Ranau. Sungai Komering diperkirakan membentang sepanjang 360 kilometer.

Sungai Komering adalah jalan sejarah dan kebudayaan masyarakat yang mendiami kawasan sejak dahulu. Sungai Komering mengaliri beberapa kabupaten, diantaranya Kabupaten OKU Selatan (Ogan Komering Ulu Selatan), Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), OKI (Ogan Komering Ilir), OKU (Ogan Komering Ulu).

Sungai menjadi transportasi penduduk ke wilayah hilir, terutama ke Kota Palembang. Kemungkinan sudah sejak jauh sebelum berdirinya Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang. Sungai Komering sudah menjadi jalan masuknya pengaruh kebudayaan asing ke pedalaman Sumatera Selatan.

Potensi Sungai Komering sangat setrategis, baik untuk pertanian, perikanan tangkap, kebutuhan air bersih dan energi. Namun sayang, hal-hal demikian belum terpenuhi dengan baik. Hal demikian dikarenakan, minimnya SDA masyarakat dan Pemerintah. Ketiadaan anggaran dan ketidak mengertian masyarakat dalam menjaga sungai mereka.

Hal yang sangat dicemaskan adalah pencemaran dari waktu ke waktu terus meningkat. Pencemaran limba indutri dari Industri kecil, sedang, dan besar. Pencemaran limbah rumah tangga juga tidak kalah buruknya. Kemudian pencemaran sampah plastik. Membuat Sungai Komering menjadi sungai yang sakit-sakitan.

Hampir setiap hari kita akan menyaksikan sampah-sampah plastik yang hanyut terbawa arus. Baik bergerombolan atau satu-satu. Membuat dasar sungai menjadi kotor. Penduduk yang tidak mengerti sedikit pun merasa hal biasa melemparkan sampah ke sungai. Karena mereka mementingkan tempat tinggal mereka yang bersih. Namun dia tidak mengerti kalau sampah yang mereka lemparkan akan menjadi tumpukan di tempat lain. Lalu berdampak buruk pada lingkungan hidup.

Laut menjadi lahan akhir sampah. Membuat ekosistem laut menjadi terancam. Jutaan ton atau milyaran ton sampah tertampung di lautan. Sungguh membuat keadaan kelestarian lingkungan terancam. Edukasi tentang lingkungan hidup sangat diperlukan sejak dini. Mulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi. Jadikan materi lingkungan hidup sebagai materi wajib seperti Mata Pelajaran PPKN.

Di negara kita belum ada organisasi yang bergerak pada lingkungan hidup dengan baik. Sehingga pejuang lingkungan sangat sedikit. Sementara penduduk dan Pemerintah seperti acu tak acu. Pihak pengembang teknologi Indonesia sangat sedikit memikirkan bagaimana menanggulangi sampah dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Seandainya kita bermimpi membangun sebuah mesin penjaring sampah otomatis. Mesin itu melintang di muara sungai besar. Menggunakan energi penggerak arus sungai. Lalu sampah yang terjaring menggunakan alat juga secara otomatis masuk kedalam kotak penampungan. Saat ada perahu lewat ada pintu otomatis untuk lewat. Lalu sampah di daur ulang dan dijadikan bahan bakar dan industri lagi.

Mari kita renungankan dan berjuang bersama-sama. Untuk lingkungan kita dan sungai kita. Ada penegakan hukum untuk pencemar lingkungan dan pembuang sampah di sungai. Ada pendidikan untuk masyarakat agar menjaga lingkungan. Mari kita mulai dari diri kita sendiri. Ajarkan pada keluarga kita, ajak teman dan masyarakat kita. Untuk peduli lingkungan sungai. Paling tidak kita tidak membuang sampah di sungai. Semoga bermanfaat.

Oleh. Eka Apriyani.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
OKU Timur. 26 Juli 2020.
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Fakutas Adab dan Budaya Islam.

Sy. Apero Fublic.

7/24/2020

Kritik Sosial: Sastra Pembaratan Zaman Orde Baru

Apero Fublic.- Bangsa Indonesia mengetahui kalau pernah melalui zaman kurang baik, Orde Baru. Zaman yang penuh dengan keburukan rezim dan kesewenangan penguasa. Zaman otoritarianisme Orde Baru juga sarat dengan pengaruh Barat yang sangat besar. Produk Amerika Serikat dan Eropa bermunculan membanjiri pasaran. Indonesia jatuh ke tangan Barat.

Rezim Orde Baru yang didukung ABRI adalah rezim yang menyatu dengan Barat. Memang sudah menjadi rahasia umum. Kalau rezim militer setelah masa perang dingin, ada keterkaitan dengan kekuatan Barat. Adanya keterkaitan tersebut, tentu berdampak pada pengruh kebudayaan.

Pada masa Orde Baru mencapai 32 tahun. Negara ini hancur oleh koruptor dan kroni elit militer. Pembangunan negara lambat, dan korupsi dimana-mana. Kebebasan pers dijagal dan pengkritik diculik atau dipenjara. Musuh pertama rezim Orde Baru adalah Islam.

Upaya untuk menjegal agar Islam tidak bangkit di negara Indonesia dilakukan dengan cara apa pun. Dari program jangka pendek atau program jangka panjang. Jangka pendek melarang partai-partai Islam berkembang, dan meniadakan politik Islam. Memang ada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tapi partai ini mandul dan memalukan.

Untuk mengontrol umat Islam dari semua sektor. Mulai dari saat umat Islam ibadah, atau kegiatan yang mengumpulkan orang cukup banyak diawasi oleh ABRI. Seperti yasinan, tahlilan dan khutbah Jumat. Juga menghilangkan pengaruh budaya bersimbol keislaman.

Seperti melarang berhijab dan masjid dibangun hanya dengan cara atap tingkat-tingkat saja. Corongnya adalah yayasan Islam Pancasilah. Tapi kejahatan kebudayaan mereka sudah berakhir. Lihat saja dimana-mana masjid atap tingkat miskin arsitektur itu sudah dibongkar masyarakat sesuai keinginan mereka.
Program jangka panjang melemahkan Islam seperti tidak ada pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Yang paling spektakuler adalah mendorong industrialisasi sastra hitam. Baik di dalam negeri atau inpor dari luar negeri.

Kesastraan adalah semua yang bersifat karya seni yang menyampaikan pesan tersirat atau tersurat. Seperti bentuk video, bentuk film, bentuk tulisan, dan bentuk gambar, foto atau lukisan. Kesastraan hitam adalah semua karya sastra yang memberikan pengaruh buruk. Kesastraan adalah kekuatan yang besar sekali dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Dalam waktu cepat atau lambat akan mengubah atau melahirkan pandangan budaya yang baru. Sebuah kebudayaan yang sesuai dengan kesastraan tersebut. Apabila kesastraan itu mewakili sebuah kebudayaan. Maka kebudayaan itu akan menjadi kebudayaan pada masyarakat konsumsi. Seperti di Indonesia sekarang.

Dalam hal ini, semasa Orde Baru berdiri 32 Tahun lamanya. Memunculkan kesastraan yang bersifat pembaratan. Untuk melawan budaya Indonesia yang bersatu dengan Islam. Maka dimunculkanlah kesastraan hitam atau Pembaratan norma-norma Indonesia. Yang paling brilian adalah mendekatkan seks, porno grafi dan novel porno.

Sebelum Indonesia terbentuk, nama-nama bangsa Indonesia sesuai dengan kebudayaan daerahnya. Misalnya orang Melayu Sunda sesuai kebudayaan Sunda. Orang Melayu Sumatera sesuai dengan budayanya, di Sulawesi sesuai orang Sulawesi.

Kebudayaan dan norma-norma susilah juga sesuai dengan adat Istiadat daerah masing-masing. Wilayah penduduk muslim sesuai dengan Islam. Saat mencari jodoh sesuai dengan adat yang baik. Wanita dan laki-laki menjaga jarak sosial.

Kemudian, Rezim Otoritarianisme Orde Baru yang didukung ABRI. Berhasil mengambil kekuasaan dari Rezim Orde Lama. Kemunculan rezim Orde Baru adalah sebab ketakutan Barat Indonesia menjadi negara Komunis.

Karena komunis cepat atau lambat akan mengambil alih kekuasaan dari pemerintah yang sah. Gerak cepat, Orde Baru dapat menghancurkan komunis, sekaligus didukung dan dipengaruhi Barat. Dimana mereka ingin menguasai Indonesia secara ekonomi dan budaya. Maka sistem Barat juga dihadirkan di Indonesia. Berkat persekutuan tersebut.

Sekaligus bertujuan untuk menghalangi kebangkitan kebudayaan Islam dan kekuatan Islam. Sehingga kemenangan besar pada politik internasional Barat. Mengalahkan komunis, mengalahkan Islam, dan memenangkan ekonomi-budaya di Asia Tenggara, khusus di Indonesia.

Rezim Orde Baru yang berhutang budi pada Barat terutama Amerika Serikat. Sekaligus untuk melanggengkan kekuasaan mereka, orang-orang Orde Baru. Maka mereka berafiliasi semuanya ke dunia Barat.

Penduduk Indonesia yang masih bodoh, miskin, terbelakang tentu tidak berdaya menghadapi serangan mereka. Sehingga mereka tidak mengerti dengan maksud-maksud baratisme di Indonesia.

Kesastraan hitam yang dari Barat, kemudian industri di Indonesia juga merujuk ke Barat. Mulai dari sistem berpakaian, sistem adab dan sikap, cara berbicara, nama-nama, produks-produk, semuanya mengikuti Barat. Orang Indonesia juga tolol sekali. Apa-apa mengikuti Barat meminta dibilang maju atau modern. Tanpa memperhatikan norma kebudayaan bangsa Indonesia.

Dalam pembuatan film jalan cerita dan norma merujuk Barat. Sedangkan orang-orang Barat tidak memiliki norma-norma susilah. Tentu saja mereka membuat film yang sesuai kebudayaan mereka. Di Indonesia semua hal tersebut dianggap kebudayaan orang moderen, kebudayaan orang maju. Seharusnya, yang dipelajari adalah teknologi dan ilmu pengetahuan bukan norma sosialnya.

Sehingga mereka meniru gaya-gaya hidup yang tidak karuan tersebut. Sudah menjadi budaya orang Indonesia kalau meniru adalah meniru yang buruk-buruk. Berbeda dengan Jepang dan Cina dahulu. Dimana mereka meniru teknologi dan integritas akademisinya.

Kamu tentu sering melihat orang pacaran berciuman di jalan. Ketemu di tempat ramai berpelukan dan berciuman, memberi bunga pada pacar, memberi coklat, tidur di hotel dengan pacar, kumpul kebo, berzina. Semua hal tersebut dicontoh melalui kesastraan, film, novel, video Orde Baru.

Begitu juga nama-nama Barat, seperti David, Robet, Joni, Tania, juga di contoh dari budaya Barat melalui film dan novel. Bintang-bintang dalam film selalu menggunakan nama Barat. Jarang nama yang sesuai kebudayaan Indonesia terutama budaya yang berpengaru Islam. Kalau ada budaya Indonesia nama orang Jawa. Karena paham sukuisme dari penguasa Orde Baru.

Sastra hitam kemudian didukung dengan bioskop, hotel melati, video cd bajakan yang murah. Kemudian novel-novel seks yang tersebar di pasar-pasar dengan harga murah. Sehingga muncul pengaruh yang sangat kuat. Kehidupan berbudaya dan Islami masyarakat Indonesia terkikis hampir habis semasa Orde Baru dan puncaknya setelah runtuhnya Orde Baru. Sekarang bom waktu meledak.

Sekarang kehidupan Bangsa Indonesia telah terpengaruh Budaya Barat dan Amerika Serikat. Orang-orang yang ingin dibilang moderen dan terus bergelut dengan keburukan akhlak sosial mereka. Miris lagi, tidak ada pendidikan kebudayaan untuk anak-anak. Hanya sedikit tentang membaca dan menulis saja.

Rujukan hidup generasi milenial sinetron, film dan novel. Mereka lebih kurang ajar dan individual. Berlaku, bersikap, bertindak seperti di dalam sinetron. Kalau urusan cinta lebay seakan dia sedang berakting jadi bintang sinetron. Berciuman dan berzina adalah hal biasa. Tanpa mengerti kalau perbuatan itu kotor dan berdosa.

Pembaratan dalam kesastraan masa Orde Baru telah berakar di negara Indonesia. Pemikiran anak bangsa mandul dan tumpul. Mereka hidup berpikir bagaimana makan dan urusan seks. Tidak ada dialog diantara anak-anak bangsa selain dialog pacaran dan seks. Kalau urusan membaca buku dan sosial, malas dan tidak peduli.

Mari kita gali kembali kebudayaan asli bangsa kita. Kita bangkit dengan mandiri memajukan budaya bangsa sendiri. Jangan menilai kemajuan dari rok mini, dari gedung, dari seks bebas, dari pasilitas umum, dari rokok yang mengepul.

Tapi kemajuan tersebut terletak pada adab, kebaikan sosial, keteraturan sosial, kesehatan hidup dan kebersihan hidup, kebersamaan dan kejujuran serta tanggung jawab sebagai manusia. Kesetiakawanan sosial, cinta bangsa, peduli. Waktu kita masih panjang dan kebudayaan rekayasa Barat mulai runtuh sendiri.

Islam mulai bangkit kembali, kesadaran manusia mulai muncul. Betapa buruknya kehidupan budaya liar dan tidak bernorma. Kenapa disebut liar, karena bebas masih memiliki aturan-aturan yang disepakati. Sedangkan liar, hidup menurut diri pribadi tanpa memliki kesetiakawanan sosial.

Dalam artikel ini bukan sentimen anti Barat atau membenci Orde Baru. Tapi bentuk kritik sosial pada masa-masa sebelumnya. Sekaligus memberi tahu, kalau sastra hitam memberi pengaruh buruk bagi kehidupan berbangsa, sosial masyarakat.

Mengajak semuanya untuk mencintai budaya bangsa kita, yang muliah. Budaya yang diwariskan nenek moyang kita. Salam perubahan, salam Revolusi BIRU.

Oleh. Rizki Alamsyah Putra.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Banda Aceh, 25 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic.

7/23/2020

KKN: Berbasis Riset dan Pengembangan Potensi Lokal Berkarakter. Angkatan 73.

APERO FUBLIC.- OKU TIMUR. Puncak dari kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Angkatan 73 COVID 19 Tahun 2020, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Kegiatan KKN dilaksanakan di Desa Kotanegara, Kecamatan Madang Suku II. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Dengan slogan Berbasis Riset dan Pengembangan Potensi Lokal Berkarakter. KKN Dari Rumah, KKN Kerja Sosial, KKN Relawan Wilayah (15 Juni – 24 Juli 2020).

Telah banyak kegiatan yang dilaksanakan di wilayah KKN. Seperti menjadi relawan di posyandu, kegiatan belajar bersama dan terakhir diselenggarakan kegiatan olahraga masyarakat untuk menjaga kesehatan warga dari pengaruh wabah covid 19 atau virus corona. Tentu saja dalam pelaksanaan mengikuti standar kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan dan lainnya.

Penyelenggaraan olahraga masyarakat dapat dilaksanakan karena masuknya masa new normal. Walau masih tetap mengikuti prosedur yang sesuai. Orang tua diatas 45 tahun tidak boleh ikut hadir di lapangan bola, karena rentan tertular covid. Pelaksanaan olahraga berupa pertandingan bermain bola volly antar Dusun di Desa Kotanegara. Perlombaan bola volly diikuti oleh ibu-ibu Desa Kota Negara. Dalam pelaksanaan lomba sempat terkendala cuaca yang tidak bersahabat, hujan.

Pemenang pertandingan bola volly ibu-ibu atar dusun; Pertama Dusun IV, pemenang kedua Kelompok KKN, pemenang ke tiga Dusun III, dan pemenang ke empat Dusun V. Pertandingan yang sportif dan cukup memberikan kebugaran bagi warga. Pembagian hadiah pada tanggal 23 Juli 2020.

Pemenang pertama diserahkan oleh Bapak Daskur selaku Kepala Desa Kotanegara. Pemenang kedua diserahkan oleh Ketua BPD (Badan Perwakilan Desa) Desa Kotanegara. Pemenang ke tiga diserahkan oleh Perwakilan Karang Taruna, Kakak Ahmad Ramadhan. Untuk penyerahan pemenang ke empat diwakili kelompok KKN oleh Nurmala Sari. Selain itu, kelompok KKN juga menyerahkan plakat kenang-kenangan pada Kepala Desa Kotanegara. Penyerahan diwakili oleh Eka Apriyani (24 Juli 2020).

Kami juga kelompok KKN; Eka Apriyani, Nurmala Sari, Rani Hartati, Mayyul Roslini, Novita Apriliani mengucapkan atas dilantiknya Ibu Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S. Ag, M.SI sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Masa Bakti Tahun 2020-2024.
Perwakilan pemenang menerima hadiah lomba. Tengah, Bapak Kepala Desa Desa Kotanegara.
Foto bersama dengan tim volly ibu-ibu. Almamater biru anggota KKN, Bapak Kepala Desa, dan lainnya tim volly. Kenangan di hari-hari permulaan turnamen bola volly.

Oleh. Eka Apriyani.
Editor. Selita. S.Pd.
Tatafoto: Dadang Saputra.
OKU Timur. 24 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic.

7/22/2020

Seding Delapan: Naskah KAGANGA Melayu Bengkulu: Menyingkap Kesatuan Budaya Melayu Sumatera.

Apero Fublic.- Naskah Seding Delapan tercatat pada seruas bambu bulat. Menggunakan aksara Kaganga atau juga dikenal dengan Aksara Ulu. Di daerah Bengkulu terkenal dengan istilah penyebutan naskah atau tulisan dengan, buah tua.

Adaministrasi asal naskah waktu adalah Kecamatan Perwakilan Alas Timur, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Koleksi Museum Negeri Bengkulu. Tidak ada kolopon dan identitas penulis.

Seding istilah penyebutan orang yang sedang berduka, bersedih atau menderita yang amat sangat. Kata seding/sedeng juga digunakan masyarakat Melayu Sumatera Selatan dengan makna yang sama.

Seding Delapan bermakna delapan penderitaan yang sangat berat. Seding Delapan dapat dijumpai pada naskah bait ke dua puluh sampai ke bait dua enam. Dimana diawal larik, dimulai hitungan dari dua sampai delapan.


NASKAH SEDING DELAPAN. (Translitrasi).

(1).
Cisanu dendaman sayang.
Dengar suaro dalam layang.
Seding delapan laka midang.

(2).
Kulancak kulanco kulindo.
Makalah buah Simbar Badak.
Palangan pacak baso Jawo.
Mintak retika baso banyak.

(3).
Sebanyak binjiran sawi.
Sawi ijo di muaro Mannak.
Ati rindu penamo banyak.
Raso malu ditumangka kundang.

(4).
Sawi kelabu muaro empang.
Sawi ulung di rantau Musi.
Raso malu ditumangkakundang.
Rami semulung dalam ati.

(5).
Sawi ulung dirantau Musi.
Sawi undan mengesai rambar.
Rami semulung dalam ati.
Sebulan kecas berandai.

(6).
Sawi undan mengesai rambai.
Burung daun igu-meligu.
Sebulan kecas berandai.
Setahun ku menanggung ati rindu.

(7).
Burung Daun igi-meligu.
Tinggilah tebing ulak tebat.
Setahun ke menanggung ati rindu.
Banyu mato mengujan lebat.

(8).
Belaris pulau sedang.
Iku beliku pulau itu.
Rami tangis urung bekundang.
Ati rusak penano gilo.

(9).
Pulau empat pulau mempurung.
Sanding ngan pulau belindangan.
Rami kecas sebandung urung.
Nangislah anak pemidangan.

(10).
Pulau betung tiga serumpun.
Pulau kapas kampung durian.
Ku itung masia sedusun.
Tidakka lepas di pikiran.

(11).
Pulau kapas kampung durian.
Pulau pinang nganjur ke laut.
Tidak kak lepas di pikiran.
Balik dumbo ku ngambur sesaut.

(12).
Pulau pinang nganjur ke laut.
Pulau tikur ulu Bengkulu.
Balik dumbo ngambur seaut.
Sayo betuyung ati rindu.

(13).
Kembang lebar, masang pulut sambil merepas.
Kenolah burung terokuku.
Najin luput belum ku lepas.
Talio ado dendam rindu.

(14).
Cak benar belati benang.
Benarlah itu cayu burung.
Seantak seding delapan turun midang.

(15).
Seding delapan, saban petang mimpiku silip.
Saban malam mimpiku sibal.
Mimpi mengarang rakit batu.
Mimpi menampun dendan bungin.
Anyo tuapo ka udoyo.
Rakit batu bekarang lerai.
Dendan bungin kutampun putus.

(16).
Mimpi dusun laman ketunun.
Mimpi rumah berugo rusak.
Mimpi keris kunanto lengit.
Mimpi pedang kunata ilang.

(17).
Kujur pandak lekam duo.
Niur gading rebah selarik.
Pandan irang lekam di tengah.
Kembang tanjung rumpas sebelah.

(18).
Jatua penyuring anggua ukir.
Rebah meninggang di berugo.
Kusut lalancang ke duo.
Rusak penano ketiga.

(19).
Taunan sayup, mano tando taunan sayup.
Burung kak la inggap tengah tanah.
Burung panco terbang tinggi.
Kayu kenidai ia meranggai.
Itu tando taunan sayup.
Belum pulo nyadi sedingan.
Belum nyadi penano banyak.

(20).
Duo lagi rincang, sedingka sedingka nian.
Rambutku gugur belum pulo nyadi sedingan nian.
Asak rambut lagi ndak nyurung.
Asak niur lagi ndak bemumbang.
Asaknyo miling lagi bemudo.

(21).
Tigo langkah rincang.
Sedingka kusedingka nian tanggai patah.
Belum jugo nyadi sedingan.
Belum nyadi penano banyak.
Asak kuku lagi ndak nyurung.
Asaknyo pacar lagi ndak babungo.
Daun inai lagi rimbun.

(22).
Daun patah layu ka rincang.
Sedingka sedingka nian sukat malang.
Belum jugo nyadi sedingan.
Belum nyadi sedingan agung.
Lamun endak agung segalo.
Sapo kak nunggu sudut malang.

(23).
Limo langkah rincang.
Sedingka sedingka nian badan ka mansai.
Belum jugo nyadi sedingan.
Belum nyadi penano banyak.
Lamun endak kayo segalo.
Sapo ka nunggu mansai lagi.

(24).
Enam langkah rincang,
Sedingka sedingka nian badanku lengit.
Belum jugo nyadi sedingan.
Belum nyadi sedingan banyak.
Lamun endak ado segalo.
Sapo ke nunggu teluak suni.
Sapo ka nginkar siwak lengan.

(25).
Tujua langkah rincang.
Sedingkah sedingka nian badan ka mati.
Belum pulo nyadi sedingan agung.
Lamun endak umur segalo.
Sapo di pandang maumasar.
Sapo nunggu serego agung.

(26).
Delapan langkah rincang.
Sedingka itu mangko nyadi.
Sedingan mangko nyadi penano banyak.
Kusedingkah nian badan sarak.
Kusayangka nian bandung canggang.
Sarak ngan diwo gunung bungkuk.
Cerai ngan peri rindoati.

(27).
Lamun panggaran burung tu kini.
Sarak tulah mangko penuju.
Canggang tula mangko nyo senang.
Sarak bekundang ampun-ampun.
Sarak bakundang ampun kudai.

(28).
Lamun panggaran kami mbak kini.
Nido bekundang di denio.
Canggang tula mangko nyo senang.
Sarak bekundang ampun ampun.
Sarak bakundang ampun kudai.

(29).
Lamun panggaran kami mbakkini.
Nido bekundang di denio.
Bekundang dalam serego.
Mandang tekabar diberingin.
Cisanu kurindu sayang.
Sangkan ku tenggua rindu sayang.
Ku sayangkah layang ndiak beguno.

Terjemahan kedalam bahasa Melayu Baku atau Bahasa Indonesia.
(1).
Ci[1] sanu ku kenang sayang.
Dengar suaraku dalam surat.
Seding Delapan akan mengembara.

(2).
Kulancak Kulanco kulindo.[2]
Masaklah buah Simbar Badak.
Kepalang pintar bahasa Jawa.
Minyak diartikan kedalam bahasa banyak.

(3).
Sebanyak ragam sawi.
Sawi hiaju muara mannak.
Sawi kelabu muara empang.
Hati rindu derita banyak.
Rasa malu dikecewakan kekasih.

(4).
Sawi kelabu muara empang.
Sawi ulung dirantau Musi.
Rasa malu dikecewakan kekasih.
Ramailah tangisan di dalam hati.

(5).
Sawi ulung dirantau Musi.
Sawi undan mengipaskan ekor.
Ramai tangisan di dalam hati.
Sebulan keluhan diratapi.

(6).
Sawi undan mengipaskan ekor.
Burung daun bernyanyi merdu.
Sebulan keluhan diratapi.
Setahun ke menanggung hati rindu.

(7).
Burung Daun bernyanyi merdu.
Tinggilah cadas di hilir tebat.
Setahun ku menanggung hati rindu.
Air mata menghujan lebat.

(8).
Berbaris pulau serdang.
Berliku-liku pulau liu.
Ramailah tangis urung bekundangan.
Hati rusak derita menggila.[3]

(9).
Pulau empat pulau mempurung.
Bersanding dengan pulau belidangan.
Ramai keluhan sebandung urung.
Nangislah anak pengembaraan.

(10).
Pulau betung tiga serumpun.
Pulau kapas kampung durian.
Kuhitung masih sedusun.
Tidakkan lepas di pikiran.

(11).
Pulau kapas kampung durian.
Pulau pinang menjorok ke laut.
Tidakka lepas di pikiran.
Kembali badan menghambur sesaut.

(12).
Pulau pinang menjorok ke laut.
Pulau tikur hulu Bengkulu.
Kembali badan menghambur sesaut.[4]
Makin bertambah hati rindu.

(13).
Berkembang dan meluas.
Memasang pulut sambil menjerat.
Kenalah burung terkuku.
Walaupun luput belum ku lepas.
Talinya adalah ingatan rindu.

(14).
Memang benar bertali benang.
Benarlah itu cahaya burung.
Sebelum seding delapan turun mengembara.

(15).
Seding delapan, saban patang mimpiku silip.
Saban malam mimpiku sibal.
Mimpi mengarang rakit batu.
Mimpi menyambung dendan pasir.
Tetapi apalah akan hasilanya.
Rakit batu dikarang berderai.
Tali pasir kusambung putus.[5]

(16).
Mimpi kampung halaman terbakar.
Mimpi rumah peristirahatan rusak.
Mimpi keris kesayangan hilang.
Mimpi pedang kesayangan hilang.

(17).
Tombak pendek patah menjadi dua.
Nyiur gading rebah sebaris.
Pandan irang patah di tengah.
Kembang tanjung rusak sebelah.

(18).
Jatuhlah penyuring anggo ukir.
Rebah menimpa rumah peristirahatan.
Kusut keterlanjuran yang  ke dua.
Rusak penderitaan yang ke tiga.[6]

(19).
Dipenghujung tahun.
Mana tanda penghujung tahun.
Burung gagak hinggap di tanah.
Burung panco terbang tinggi.
Pohon kenidai berguguran daun.
Itu tanda penghujung tahun.
Belum begitu merisaukan pikiran.
Belum menjadi derita berat.

(20).
Du langkah melangkah.
Kesedihan menyedikan benar.
Rambut ku gugur belum menjadi kesedihan benar.
Asal rambut masih akan tumbuh.
Asal nyiur masih akan berputik.
Asal kemiri masih akan berdaun.

(21).
Tiga langkah melangkah.
Sedih akan kusedihkan benar tanggal patah.
Belum begitu menjadi kesedihan.
Belum mejadi penderitaan yang berat.
Asal kuku masih akan tumbuh.
Asal pacar masih hendak berbunga.
Inai masih berdaun rimbun.

(22).
Kayu patah alamatkan layu.
Sedih akan kusedihkan benar nasip malang.
Belum juga begitu menyedikan.
Belum mejadi kesedihan luar biasa.
Jika hendak agung semua.
Siapa akan merasakn hidup malang.

(23).
Lima langkah melangka.
Sedih akan kusedihkan benar badan sengsara.
Belum begitu menjadi kesedihan.
Belum menjadi penderitaan berat.
Jika ingin kaya raya semua.
Siapa yang akan sengsara lagi.

(24).
Enam langkah melangkah.
Sedih akan kesedihan benar badan akan hilang.
Belum begitu menjadi kesedihan.
Belum menjadi penderitaan berat.
Jika ingin berkecukupan semua.
Siapa yang akan menghuni tempat yang sunyi.

(25).
Tujuh langkah melangkah.
Sedih akan kusedihkan benar badan akan hilang.
Belum menjadi kesedihan luar biasa.
Jika inginumur panjang semua.
Siapa yang berada dipadang mahsyar.
Siapa akan menghuni sorga agung.

(26).
Delapan langkah melangkah.
Kesedihan itu baru menjadi.
Kesedihan akan menjadi penderitaan berat.
Kesedihan sungguh badan bercerai.
Kusayangakah sungguh badan berpisah.
Bercerai dengan dewa dan dewata.
Bercerai dengan dewa gunung bungkuk.
Bercerai dengan peri rindoati.

(27).
Namun pendirian burung itu kini.
Bercerai itulah setuju di hati.
Berpisah itulah penyenang hati.
Cerai berteman mohon ampun.
Cerai berteman ampun dahulu.

(28).
Namun pendirian kami kini.
Tidak berteman di dunia.
Berteman di dalam syorga.
Harapan terkabar di beringin.
Cisanu kurindu sayang.
Sebab ku sebur rindu sayang.
Kusayangkah surat tidak berguna. (selesai).

Apabila diperhatikan pada kosah kata sastra Melayu Seding Delapan dari Provinsi Bengkuli ini. Ternyata banyak sekali yang sama dengan kosah kata yang digunakan oleh masyarakat Melayu di Sumatera Selatan. Begitu juga dengan budaya kebiasaan masyarakat tradisionalnya. Menangkap unggas dengan pulut dan merepas.

Pulut olahan getah pohon yang ditempelkan pada lidi-lidi rotan. Kemudian ditancapkan didahan pohon atau saat musim kemarau di dekat sumber air. Dimana burung datang berkumpul untuk minum dan mandi. Sedangkan merepas kata yang sama persis yaitu menangkap burung dengan jebakan tali (jerat).

Selain itu, sistem pemerintahan tradisional seperti menggunakan gelar Depati, Pesirah, sitem marga. Masa Kolonial Belanda Bengkulu masuk ke dalam wilayah Keresidenan Bengkulu. Penggunaan gelar puyang, cerita legenda Serunting Sakti dan sebagainya. Ada kata kudai yang juga terdapat di daerah Sumatera Selatan.

Begitu juga dalam penggunaan aksara kaganga atau Aksara Ulu oleh masyarakat Melayu Bengkulu. Bengkulu memiliki dua pengaruh budaya yaitu budaya dari Melayu berbagai provinsi, seperti Provinsi Jambi, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.

Oleh: Joni Apero
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 22 Juli 2020.
Sumber:
S. Budi Santoso, Dkk. Seding Delapan dan Undang-Undang Adat Lembaga Raja Melayu (Daerah Bengkulu). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
H.M. Arlan Ismail, SH. Marga di Bumi Sriwijaya: Sistem Pemerintahan, Kesatuan Masyarakat Hukum Daerah Uluan Sumatera Selatan. Palembang: Unanti Press, 2004.



[1]Arti kata: Ci sama dengan Si. Khusus digunakan untuk memanggil perempuan yang sudah dewasa oleh seorang lelaki.
[2]Kulancak Kulanco Kulindo bermakna menuruti kemana kaki melangkah (tanpa tujuan yang jelas). Simbar Badak sejenis buah liar. Sawi: Burung. Sawi ulung: Burung sawi hitam.
[3]Arti Kata: Undan: Ekor Panjang. Burung Daun sejenis burung yang berbulu hijau. Tebat: Bendungan air. Liu: Jenis pohon besar. Urung: Tidak jadi. Bekundang: Teman hidup (kekasih. Tunangan).
[4]Mempurung: nama pulau. Belidangan: Nama jenis rumput, menjelaskan banyak ditumbuhi rumput terseut. Sebandung: Pasangan suami istri yang tidak berpisah atau abadi. Sesaut: keinginan atau cita-cita besar apabila tidak terwujud akan sangat mengecewakan.
[5]Silip dalam bahasa sekayu selep: Hampir atau meleset. Sibal: Keadaan mencurigakan, ada sesuatu. Dendan: Tali yang terentang melintang seperti jemuran. Semua kosah kata tersebut terdapat dalam Bahasa Melayu Sekayu dan Sumatera Selatan.
[6]Penyuring: Ris plang atau papan menempel diujung taso di bawah atap. Anggo: Sesuatu yang menarik, bagus. Kenidai: nama pohon. Di Sumatera Selatan nama kenidai juga dipakai.


Sy. Apero Fublic.