PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

7/11/2020

Hagia Sophia: Masyarakat Barat Belum Dewasa.

Apero Fublic.- Istambul, Turki. Sekarang dunia sedang heboh tentang kembalinya hagia shophia menjadi masjid. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani dekrit mengembalikan hagia sophia menjadi masjid (10/7/2020). Pada tahun 1934 Masehi Pemerintahan Turki, Presiden Mustafa Kemal Ataturk yang berhaluan sekuler menjadikan hagia sophia sebagai museum.

Paham sekuler dan pro sekutu Mustafa Kemal mengakhiri hagia sophia sebagai masjid. Keputusan tersebut ilegal karena hagia sophia milik kesultanan dan umat Islam bukan milik pemerintahan sekuler Turki yang baru berdiri. Tidak pernah ada pemerintahan yang merampas rumah ibadah suatu agama di dalam negara. Kecuali pemerintahan komunis Rusia dahulu dan di Cina dahulu dan sekarang.

Sekarang setelah 86 tahun lamanya menjadi museum. Hagia Sophia di kembalikan fungsinya sebagai masjid. Serta serta kembalinya fungsi-fungsi sebagaimana masjid pada umumnya. Umat Islam yang berkunjung tidak perlu lagi membayar tiket masuk. Karena sudah menjadi masjid, sembari shalat dapat menikmati keindahan arstektur hagia shophia.

Hagia Sophia adalah gereja kristen ortodok semasa Kekaisaran Bizantium, di Konstatinopel. Kemudian dibebaskan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Hagia Sophia kemudian dijadikan masjid sampai akhirnya dijadikan museum oleh Pemerintahan Sekuler Turki, pada 1934 Masehi. Bangunan yang sudah berumur 1500 tahun itu. Selama 1000 tahun berfungsi seagai gereja pada zaman Bizantium (Romawi Timur). Dari sejarah inilah, yang menjadikan masyarakat Barat menyimpan rasa iri dan dengki. Membuat mereka merasa sakit hati pada jalan sejarah.

Tidak heran banyak kelompok masyarakat Barat tidak menyukai dan menentang kembalinya hagia sophia menjadi masjid kembali. Yunani adalah penentang paling keras dan aktif. Kita tentu tercengang dengan sikap masyarakat Barat yang menetang kembalinya hagia sophia menjadi masjid. Apa alasan mereka dan mengapa mereka demikian. Karena mereka masih membawa sentiment keagamaan dan politik masa lalu. Mereka masih hidup di masa lalu, dan bersifat kekanak-kanakan.

Bukan bermaksdu membela Turki dan umat Islam Turki. Tapi apabila kita meninjau langsung dimana posisi hagia sophia yang terletak di wilayah kedaulatan negara Turki. Maka tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan manusia di luar negara Turki. Masyarakat Barat yang dikenal sebagai masyarakat sekuler tenyata masih sangat fanatik dengan keagamaan mereka (garis keras atau radikal).

Alasan penentangan karena Hagia Sophia telah terdaptar di UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Lalu, apakah dengan menjadi masjid akan merusak atau menghilangkan nilai sebagai situs warisan dunia?. Tentu tidak, bukan. Apakah warga dunia tidak dapat lagi mengunjungi setelah menjadi masjid?. Tentu tidak bukan, warga dunia masih dapat mengunjungi hagia sophia seperti biasa tanpa harus membayar tiket masuk.

Barat belum dewasa dan tidak dapat lepas dari dendam sejarah. Mereka menyimpan kebencian yang sangat besar. Hal demikian juga tergambar dari media-media mereka yang selalu memfitnah dan menjelek-jelekkan Islam. Mereka tidak sadar kalau di Spanyol ada puluhan masjid indah dan megah yang dirubah menjadi katedral atau gereja.

Tapi, pernahkah umat Islam di dunia ini menentang dan menuntut untuk dijadikan museum. Pernahkan umat Islam meminta dikembalikan menjadi masjid. Padahal sudah 700 tahun Spanyol dalam dunia Islam. Kalau berbicara buruknya perlakuan orang-orang kristen pada masa itu.

Dimana umat Islam, dan orang-orang Yahudi di usir dari Spanyol (Andalusia). Tiga pilihan yang ditawarkan: mati, pergi, masuk kristen. Apabila mereka tidak pergi dan deketahui masih memeluk Islam atau masih Yahudi. Mereka akan dihadapkan pada pengadilan inkuisisi. Sementara di Konstantinopel umat kristen diperlakukan dengan baik.

Mereka tidak dipaksa menjadi orang Islam. Tidak juga diusir dan harta benda dan jiwa mereka tidak dirampas. Apakah masih ada dendam sejarah begitu kuat di dalam diri orang Barat. Masyarakat Barat dibalik kemajuan teknologi dan pengetahuan. Tenyata belum dewasa dan tidak dapat menerima jalan sejarah.

Kalau kita sebagai manusia modern hidup di dalam sejarah masa lalu. Lalu kita perpanjang urusan politik masyarakat dalam sejarah sampai ke masa sekarang (2020). Maka kita tidak akan pernah mencapai perdamaian sebagai warga dunia yang modern. Kita ingat bagaimana orang Mongolia membantai warga dunia. Apakah kita harus membalas mongolia?.

Kita ingat bagaimana Belanda berperang dengan rakyat Aceh dan ratusan ribuh rakyat Aceh syahid. Mempertahankan tanah air mereka sendiri. Begitupun Jepang membantai orang di Cina, di Indonesia, di Korea. Jepang juga menjadikan gadis-gadis sebagai pemuas nafsu tentara Jepang (ianfu).

Bagaimana Muslim Bosnia puluhan ribu dibatai oleh orang Serbiah. Begitu juga Syiah terbentuk akibat politik zaman dahulu. Kalau kita sebagai manusia modern mengangkat dendam sejarah kelam itu. Tentu kita tidak akan pernah menjadi damai. Mari kita dewasa menjadi warga dunia modern dan belajar memaafkan masa lulu. Cukup sebagai pelajaran kita di masa depan?.

Di lansir dari Cordova Media Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis menyatakan; “Yunani mengecam keputusan Turki untuk mengkonversi Hagia Sophia menjadi masjid. Keputusan ini telah menghina mereka semua yang telah mengakui monumon ini sebagai situs warisan dunia.”

Begitupun dengan Stelios Petsas Juru Bicara Pemerintah Yunani mengatakan; “(acara) itu dikecam oleh komunitas internasional. Bukan hanya oleh kami, tapi juga oleh Depatemen Luar Negeri (Amerika Serikat). Ini bukan hanya urusan orang-orang Yunani dan Kristen secara umum. Ini terkait penghinaan terhadap monumen warisan kebudayaan dunia.” Dari pernyataan ini, tergambar jelas kalau Stelios Petsas sebagai negara memiliki dendam sejarah dan sentimen keagamaan padahal mereka menyatakan diri sebagai negara sekuler.

Sementara di dalam negera Turki sendiri, kelompok oposisi dari Partai CHP (Cumhuriyet Halk Partisi) yang didirikan Mustafa Kemal menentang keputusan tersebut. Memang tidak heran sebab mereka penganut haluan sekuler ekstrim. Partai CHP juga partai yang sangat condong ke Barat (sekutu), dan tidak menyukai hal-hal bersifat ke-Islaman. InsyaAllah tanggal 17 Juli 2020 mendatang hagia sophia akan dibuka shalat berjamaah dan untuk masyarakat umum.

Oleh. Joni Apero
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang. 12 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic.

Puisi: MASA DEPAN

Apero Fublic.- Sebuah puisi akan menghantarkan kita pada imejinasi penyair. Terkadang pesan yang terkandung yang disampaikan penyair lewat puisinya. Dapat membuat hati kita tergugah dan mendapat inspirasi kehidupan.

Terkadang kita juga menemukan sesuatu yang kita cari selama ini. Membaca puisi begitu menyenangkan sebab ada damai jiwa disana. Berpuisi, menulis puisi, membaca puisi adalah terapi kejiwaan yang sangat efektif.

MASA DEPAN

Setiap memandang embun di pagi hari.
Aku selalu berpikir untuk mewujudkan cita-citaku yang ingin kucapai,
Saat fajar terbit,
Disitulah aku berdiri membangun sebuah angan yang ingin wujudkan menjadi nyata,
Bukan hanya ilusi semata.

Aku tidak peduli mereka berkata apa tentang diriku.
Namun, disitulah aku memulai bangkit dari segala keterpurukan yang ada,
Dan menjadi satu persatu angan yang kurangkai menjadi kenyataan.

Saat senja tiba,
Aku mulai menyusun sebuah angan lagi.
Dan berpikir kelak aku akan menjadi apa di hari esok?.

Hembusan angin menerpa diriku.
Menyadarkan dari lamunanku.
Aku tak tahu apa yang akan terjadi di menit selanjutnya.
Hingga menunggu sang waktu memberitahuku.
Bukankah penghianatan terbesar itu,
Disaat kita ijin berangkat mencari ilmu,
Tetapi kenyataanya apa?!.
Kita sibuk dengan pergaulan yang ada.
Seharusnya kita berpikir kembali.
Dan mulai menyadari.
Orang tua kita rela banting tulang demi apa?.
Demi kita anaknya.

Oleh. Khusnul Islamia.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Sumber: Sapardi Djoko Damono dan Para Penulis Terpilih Indonesia Jilid 8. Surakarta:  Menenun Rinai Hujan. Oase Group, 2019. h. 93. Sekilas tentang penyair. Khusnul Islamia lahir di Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Memiliki nama pena khusmezza, telah menyukai dunia sastra dan seni sejak sekolah dasar.
Buat sahabat semua dimana saja berada. Apabila Anda ingin mempublikasikan hasil karya tulis seperti cerpen, puisi, artikel, informasi setempat, dongeng dan sebagainya. Dapat mengirimkan karya Anda melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com atau whatsApp 081367739872. Ingat jangan melanggar hukum negara terutama UU IT Republik Indonesia. Apero Fublic tidak bertanggung jawab atas konten tetapi hanya sebagai pempublikasi.

Sy. Apero Fublic.

OKU Selatan: Jembatan Sungai Lubuk Suban Rusak dan Memprihatinkan.

Apero Fublic.- OKU Selatan. Keadaan geografis wilayah Indonesi sangat umum dengan bukit, rawa-rawa dan sungai. Untuk perhubungan darat jembatan adalah properti paling berharga. Apa jadinya apabila jembatan rusak, ambruk, atau putus. Tentu perjalanan angkutan darat sangat terganggu. Menyebabkan macet, kecelakaan, korban, atau kerugian materi.

Kemarin, Jumaat 10 Juli 2020, sekitar pukul 16:00 WIB. Jembatan Sungai Lubuk Suban di Desa Sugihan yang menjadi penghubung jalan Kecamatan Muaradua Kisam dengan Kota Muaradua, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan, terpantau rusak berat. Tampak lantai jembatan yang terbuat dari balok kayu patah. Sebuah mobil warga terperosok hampir jatuh.

Putusnya jembatan Sungai Lubuk Suban mengakibatkan transportasi terganggu. Apabila tidak ada tindakan perbaikan oleh Pemerintah Daerah setempat. Kemungkinan penduduk di empat desa, yaitu; Desa Sugihan, Desa Tanjung Tebat, Desa Bayur Tengah, Desa Tanjung Tebat, terancam akan terisolir.

Sampai berita ini diterbitkan. Keadaan masih sama dan belum ada tanda perbaikan. Baik oleh warga secara swadaya atau pihak Pemerintah Daerah setempat. Warga dihimbau untuk berhati-hati saat melintas di atas jembatan Sungai Lubuk Suban. Terutama mengurangi beban kendaraan saat melintas di atas jembatan. Mohon untuk diinformasikan pada warga sekitar agar dapat saling membantu.
Sejumlah warga menunggu untuk bergantian lewat. Tampak sebuah mobil warga yang bannya terperosok karena bantalan lantai jembatan patah. 

Oleh. Zulkifli Adi Putra. S.Hum
Editor. Seliata. S.Pd.
Foto. Doc. Zulkifli.
OKU Selatan. 11 Juli 2020.

Sy. Apero Fublic.

7/10/2020

Dari Kopia ke Peci: Pan-Islam dan Nasionalisme Arab

Apero Fublic.- Pan-Islam atau Panislamisme yang digerakkan oleh Kekhalifaan Turki Usmani berpusat di Istambul.[1] Adalah gerakan intelektual dan penyadaran kaum Muslimin dunia akan pentingnya rasa solidaritas bersama-sama dalam berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme Barat.

Pan Islam, memberikan kesadaran bahwa hebatnya Islam. Serta menghancurkan rasa inferioritas umat Islam di seluruh dunia. Pan-Islam sama dengan Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama kaum muslimin. Pan Islam yang disebut oleh akademisi barat sebagai panislamisme. Dimana mereka menyamakan dengan ideologi teologi dan mengaitkan dengan jihad atau perang suci.

Gerakkan Pan Islam adalah gerakan yang muncul pertengahan abad ke 19 Masehi. Gerakan yang dimotori pemikir-pemikir moderen ini didukung oleh Khalifah terakhir umat Islam, Sultan Abudul Hamid II. Untuk melegimitasi dari gerakan Pan Islam. Sultan menandatangai seruan untuk umat Islam diseluruh dunia untuk bangkit melawan kekuatan Barat yang hendak menghancurkan Islam.

Bukan hanya melawan dominasi kolonialisme dengan senjata. Tapi juga melawan dengan pemikiran, kebudayaan, dan rasa solidaritas persaudaraan sesama muslim atau ukhuwah islamiyah atau Pan Islam. Dokumen kebangkitan dan perlawanan ditandatangani oleh Sultan Abdul Hamid II pada 23 November 1914 Masehi. Juga ditandatangani oleh Syeik Al-Islam di Istambul, Turki.[2]

Sultan merestui dan mendukung penuh gerakan Pan Islam yang selama ini bergerak dan berjuang. Dalam pemahaman orang Barat, jihad yang dikobarkan oleh Sultan Abdul Hamid II hanyalah sebatas perang suci atau perang agama dalam Islam. Kobaran jihad Pan Islam dianggap kalah saat Turki Kalah perang Dunia I dan Runtuh pada 1922 Masehi. Mereka tidak mengerti kalau arti jihad adalah bentuk perjuangan yang bersunguh-sungguh dalam melakukannya.

Jihad yang dimaksud Sultan, seperti belajar atau menuntut ilmu, mendidik, menjadi pengusaha, menjadi jurnalis, menjadi sejarawan, mendirikan partai-partai, membangun pasukan dan mendirikan organisasi untuk memajukan sosila budaya umat Islam adalah bagian dari jihad yang sesungguhnya.

Walau gerakan Pan Islam tenggelam seiring runtuhnya Kekhalifaan. Tetapi Pan Islam telah menjadi ruh atau motor penggerak umat Islam. Selama ini umat Islam terpuruk dan diam. Kemudian perlahan mulai bergerak liar. Hasilnya, waktu demi waktu satu persatu negara umat Islam yang dikuasasi oleh Kolonialisme Barat, merdeka.

Salah satu kebudayaan Turki Usmani yang dijadikan simbol bersatunya umat Islam adalah topi penutup kepala. Topi penutup kepala yang telah digunakan oleh seluruh umat Islam waktu itu. Termasuk umat Islam yang ada di Asia Tenggara. Dengan memakai topi Sultan dan topi masyarakat Kekhalifahan.

Muslim memberikan isyarat kalau mereka berbaris di belakang Kekhalifaan. Di Asia Tenggara topi tersebut dikenal dengan nama Kopia. Kopia menjadi simbol kebankitan Islam dan dipakai sebagai identitas budaya oleh kaum pergerakan. Kita dapat melihat foto-foto kaum pergerakan yang memakai kopia hitam.

Kopia itu, adalah simbol Pan Islam dari Turki Usmani. Pesebaran melalui,  dari aktifitas ibadah haji. Para jamaah haji membeli kopia sebagai oleh-oleh dari Mekkah. Lalu membagi-bagikan ke tempat asal mereka saat pulang.

Karena banyak yang menyukai kopia. Muncul juga pengrajin kopia di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Sehingga kopia menjadi simbol orang Islam sampai sekarang di Asia tenggara. Kata kopia diserap dari salah satu nama topi tradisional orang Turki, yaitu kopye atau kopje.

Snouck Hurgronje berusaha keras menghentikan pengaruh Pan Islam di Hindia Belanda (Indonesia). Selain melakukan politik kooperatif dengan ulama yang lunak. Juga menyarankan untuk mengawasi ulama fanatik dan orang-orang Arab di Hindia Belanda. Pemerintahan Kolonial Belanda juga menghentikan semua corong informasi dan komunikasi. Seperti menghentikan masuknya media massa, majalah dari Turki Usmani.

Selain itu mempersulit muslim Indonesia yang akan berangkat haji. Sebab di Mekkah dan Madinah waktu itu masih satu dengan Kekhalifaan Islam Turki Usmani. Dengaan demikian, seandainya Muslim pergi haji. Maka pengaruh Pan Islam langsung memapar mereka.

Salah satunya jamaah haji yang mengikuti pemikiran Pan Islam, adalah Kiai Ahmad Dahlan. Beliau banyak mempelajari pemikiran toko Pan Islam, Jamaluddin Alafghani. Sehingga menjadi tokoh pergerakan dan mendirikan Muhammadiyah.

Salah satu media informasi yang dilarang masuk ke Indonesia  adalah majalah Maklumat yang terbit di Turki. Walau dilarang tapi majalah maklumat Turki masih dapat diselundupkan ke Indonesia. Masuk lewat Singapura, lalu ada yang dibawa ke Aceh, ke Palembang, dan ke Pulau Jawa.[3]

Kekalahan Turki Usmani dan Jerman pada Perang Dunia I. Membuat gerakan Pan-Islam menjadi lemah karena pusat pergerakannya menjadi lemah. Perlahan gerakan Pan Islam menghilang termasuk di Indonesia. Namun, bibit perlawanan dan kesadaran akan keislaman telah tumbuh di setiap kawasan dunia Islam. Di setiap pelosok dunia, dimana ada kelompok kaum muslimin disana mereka mulai melakukan perlawanan terhadap dominasi Barat (sekutu). Baik perlawanan secara fisik atau pemikiran.

Setelah perang Dunia I. Sekutu kemudian melakukan infiltrasi kewilayah Kekhalifahan Turki Usmani. Dimana agen-agen mereka menghasut dan membujuk penduduk setempat memberontak pada Kekhalifaan. Mereka membantu dengan materi dan persenjataan. Sehingga timbullah gerakan kebangsaan atau nasionalisme di kawasan pemerintahan Turki, terutama di Arabia.

Di kawasan Arab, bangkit nasionalisme Arab. Dengan menguatnya nasionalisme Arab dan kalahnya Turki Usmani. Belanda mendapat angin segar dan mereka tidak perlu lagi berusaha menghentikan Pan Islam di Indonesia. Walau demikian api Pan Islam telah membakar di setiap sudut Hindia Belanda. Orang-orang Arab di Indonesia akhirnya juga menjadi pro nasionalisme Arab. Mereka meninggalkan Pan Islam dari Turki memihak, kebangsaan Arab.

Memanfaatkan kelemahan Turki yang baru saja kalah perang. Orang-orang Arab memberontak karena terpengaruh propaganda politik Barat yang ingin menghancurkan Kekhalifaan Islam. Maka, Barat membuat dan mendukung pion-pion dikawasan Turki Usmani. Untuk menghantam Kekhalifaan Islam Turki Usmani dari dalam. Bagi sekutu sesungguhnya tidak peduli dengan bangsa-bangsa orang Islam. Karena mereka hanya ingin mengalahkan Islam. Sebab Islam telah begitu lama mencengkeram Eropa.

Diantara orang-orang yang dijadikan pion-pion Barat dalam menghancurkan Kekhalifaan Islam. Seperti, Syarif Husein di Hijaz yang memberontak pada Kekhalifaan Turki Usmani dan memihak terhadap sekutu (Barat). Karena ingin mendapatkan dukungan dari sekutu untuk keberlangsungan politik mereka. Kemudian putra-putra Syarif Husein menjadi raja-raja di Arabia yang sebelum perang adalah wilayah Kekhalifaan Turki Usmani, yang sudah lebih 500 tahun lamanya. Faisal menjadi raja di Irak, Abdullah di Yordania dan Ali di Suriyah.[4]

Dengan demikian Kekhalifaan mulai hancur dari dalam. Satu demi satu wilayah memisahkan diri. Bersamaan dengan itu, Sultan Abdul Hamid II berusaha keras mempertahankan Palestina dari Sekutu. Namun, sekelompok orang Arab menikam dari belakang demi menghancurkan kekhalifaan Turki Usmani dan melanggengkan kedudukan politik mereka.

Bukan bermaksud menjelekkan Arab atau rezim Arab sekarang. Tapi sebagai bahan kajian kalau politik dapat mengalahkan keimanan dan dapat membunuh saudara sendiri. Sampai sekarang Palestina dalam cengkeraman Yahudi Zionis Israel yang dibentengi Sekutu. Mengapa Sekutu memberikan Palestina pada Yahudi.

Karena Sekutu atau orang Kristen tidak mau bermusuhan secara langsung dengan umat Islam. Kita sadari, Yahudilah yang dibenci oleh Umat Islam atas Palestina sekarang, bukan orang Kristen atau Barat. Mereka (sekutu) tidak ingin Palestina dikuasai umat Islam. Hanya ingin mengakhiri dominasi atas nama Islam. Sekaligus ingin memiliki tempat suci mereka di Yerusalem tanpa harus berperang lagi dengan Umat Islam.

Di Turki sendiri akhirnya juga muncul paham kebangsaan Turki sekuler ekstrem. Yaitu, Mustafa Kemal Attaturk yang juga menjadi pion sekutu dalam mengalahkan Kekhalifaan Islam. Sehingga Kekhalifaan dihapus oleh orang Turki sendiri dimana nenek moyang mereka yang bersusah payah membangunnya.

Dengan keringat dan darah tetapi dihancurkan oleh anak cucu mereka sendiri. Akibat termakan propaganda kebangsaan dan ingin memiliki kekuasaan sendiri serta mabuk ingin menjadi pahlawan. Bukan menyalahkan kelompok sekuler ekstrem Turki, tapi hanya sebatas pengetahuan untuk kita renungkan.

Kalau kita perhatikan paham kebangsaan sangat efektif menghancurkan kekuatan Islam. Dimana kaum muslim sendiri yang saling menyerang, bertikai. Selain menghancurkan, paham kebangsaan juga dapat menghentikan kekuatan Islam sebagaimana di Indonesia dan negara-negara Islam lainnya.

Dengan runtuhnya Kekhalifaan Turki Usmani. Maka berakhirlah juga gerakan Pan Islam (ukhuwah islamiyah). Nasionalisme Arab terus meningkat dan berdirilah Kerajaan Arab Saudi sebagaimana kita kenal. Maka, ketika orang Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam atau muslim di Asia tenggara pergi haji.

Dahulu mereka pulang memakai kopye atau kopia seperti pada masa Mekkah dan Madinah dalam Kekhalifaan Turki Usmani. Kini perlahan berubah, dan sampai sekarang. Kita tidak lagi melihat mereka, jamaah haji kita dengan kopia hitam sebagaimana masa Kekhalifaan dulu, masa Pan Islam.

Tapi jamaah haji sekarang memakai peci putih yang menutup kepala. Sesungguhnya itu menandakan telah bergantinya penguasa di Mekkah dan Madinah. Dari Kekhalifaan terakhir umat Islam Turki Usmani ke kerajaan dinasti Ibnu Saud. Dari nama Saud itulah, mereka menamakan dengan Kerajaan Arab Saudi.

Mungkin Anda pernah mendapat oleh-oleh peci putih dari orang yang pulang haji. Begitu juga dahulu semasa Kekhalifaan masih berdiri, umat Islam yang pulang dari haji membagi-bagikan oleh-oleh kopia hitam yang kita pakai untuk shalat seperti sekarang. Sekarang, kopia sudah menjadi budaya umat Islam Indonesia dan Asia Tenggara.

Sudah!! semua itu adalah sejarah. Mari kita lupakan permasalahan kopia dan peci. Kita dapat memakainya bergantian saat kemesjid, menghadiri hajatan atau tahlilan. Kita tidak perlu mempermasalahkannya lagi, telah terjadi. Mulai sekarang kita menata dunia Islam yang baru. Damai dan bersahabat dengan bangsa lain tanpa perlu perang seperti zaman lampau.

Kita ganti senjata dengan pena, kita ganti medan perang dengan ruang musyawarah dan diskusi. Kita bangun jalan yang baru bersama-sama. Bukan masalah itu ada pada Timur atau Barat. Bukan pula ada pada Islam atau non Islam. Tapi masalah itu, “ada di dalam diri kita sendiri.” Salam Himpunan Muslim.
Pada foto dapat diamati penggunaan kopia oleh kaum pergerakan bangsa Indonesia. Kopia menjadi simbol kesatuan pada saat itu. Walau Pan Islam telah berakhir karena keruntuhan Kekhalifaan Umat Islam. Tapi api perjuangan dan kebangkitan Islam terus membesar.
Fada foto diambil pada film Turki berjudul Payitaht yang bercerita tentang masa-masa Kekhalifaan Turki Usmani pada masa Sultan Abdul Hamid II. Coba amati topi Sultan, cara berbaju sama dengan yang digunakan kaum pergerakan masa awal. Bandingkan dengan foto teratas. Masa ini, gerakan Pan Islam atau Ukhuwah Islamiyah sedang menggema sekali.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang. 11 Juli 2020.

Daftar Baca:
George Lenczowski. Timur Tengah Ditengah Kanca Dunia. Terj. Asgar Bixby. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1992.
Hamid Algadri. Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung. 1986



[1]Hamid Algadri. Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung. 1986, h. 75.
[2]George Lenczowski. Timur Tengah Ditengah Kanca Dunia. Terj. Asgar Bixby. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1992. h, 35.
[3]Hamid Algadri. Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia, h. 81.
[4] Hamid Algadri. Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia, h. 113.


Sy. Apero Fublic.

7/09/2020

Tiga Pengaruh Kekhalifaan Turki Usmani di Indonesia.

Apero Fublic.- Perjalanan sejarah dan budaya dunia terus saling mempengaruhi. Terkadang pengaruh tersebut membentuk budaya yang lebih kuat pada masyarakat yang dipengaruhi. Sebelum terjadi perang dunia pertama. Kebudayaan negara besar terus berkembang mempengaruhi kebudayaan negara kecil atau sebuah kawasan, atau daerah yang memiliki kesamaan ras, suku bangsa, dan agama.

Begitu juga di Indonesia, pengaruh dunia juga sangat deras masuk mempengaruhi kebudayaan Indonesia. Pada masa awal kebudayaan Indonesia dipengaruhi oleh kebudayaan India yaitu Hindhu dan Budha. Ketika Islam menguat maka kebudayaan yang dipengaruhi Islam juga menempel kuat pada masyarakat Nusantara.

Saat Kekhalifaan Turki Usmani berdiri maka pengaruh Turki Usmani juga sampai ke Indonesia. Menjelang abad ke 20 Masehi pengaru berupa pemikiran moderen dan budaya hadir. Ada tiga pengaruh kebudayaan Turki Usmani di Indonesia yang telah menjadi budaya bangsa Indonesia.

1. Kopia.
Kopia adalah sejenis topi atau penutup kepala yang dominan dengan warna hitam. Ada juga yang berwarna selain hitam atau ada juga yang dengan ragam hias bersifat keislaman. Kopia masuk ke Indonesia ketika paham Pan-Islam masuk diawal abad ke 20 Masehi. Sebagai bentuk satunya Islam di Indonesia dan Kekhalifahan Turki Usmani.

Kata kopia sendiri adalah serapan kedalam bahasa Melayu (Indonesia) dari nama topi suku Turki, yakni, kopye atau kopje. Topi bentuk kopia sejenis topi yang digunakan Khalifah terakhir Turki Usmani, Sultan Abdul Hamis II. Begitu juga dengan stap-stap istana kekhalifaan.

Selain itu di kantor pemerintahan kehalifaan atau di daerah–daerah kekuasaan Turki. Kopye juga dipakai oleh masyarakat umum. Terutama para pemuka agama, pelajar, imam masjid, pedagang, orang tua dan lainnya.  Selain itu, jenis topi serupa juga digunakan oleh prajurit-prajurit Turki Usmani.

Dari perhubungan jemaah haji dan belajar. Membawa pengaruh penggunaan kopye bagi kaum muslimin di Asia Tenggara. Secara simbolis kopia sebagai tanda dukungan dan menyatunya muslim Indonesia atau Asia Tenggara dengn kekhalifaan Turki Usmani.

Pusat Pan-Islam yang berpusat di Turki disambut baik oleh kaum muslimin dunia. Dimana gerak perlawanan dan pemikiran Islam bermulah bangkit, diantara tokoh Pan Islam adalah, Jamaluddin Al-Afghani.

Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 Masehi. Di Betawi atau Jakarta sekarang Kekhalifaan Turki menempatkan seorang Konsul Jendral Turki, Kamil Bey.[1] Salah satu duta besar Turki di Hindia Belanda. Tentu juga saat di Hindia Belanda orang-orang Turki di betawi membawa budaya kopye pan paham Pan Islam. Yang kemudian mempengaruhi budaya masyarakat Melayu Betawi. Lihat saja bagaimana budaya orang Betawi kemana-mana selalu memakai kopia.

Pengaruh penggunaan kopia juga dibawa oleh para pelajar. Sekitar 20 orang murid dari madrasah jamiah khair dikirim ke Istambul untuk belajar. Seirung waktu, kopia akhirnya menjadi industri topi keagamaan dan menjadi simbol orang Islam di Asia Tenggara. Laku di pasaran serta menggantikan topi atau ikat kepala tradisional di Indonesia.
Foto pelajar Indonesia yang dikirim ke Turki Usmani di tahun 1900-an. Mereka semua murid dari madrasah Jamiat Khair, di Betawi. Jakarta. Perhatikan kopia yang mereka pakai sama dengan kopia yang kita pakai sekarang. Begitu juga dengan topi Sultan Turki.

2. Kubah Masjid Setengah Lingkaran
Kubah masjid setengah lingkaran bolah adalah bentu kubah masjid pengaruh Turki. Dapat kita perhatikan semua masjid-masjid peninggalan Turki Usmani kubahnya berbentuk kubah besar tunggal. Dinamakan kubah setengah lingkaran bolah, karena bentuk kubah seakan-akan bolah yang dibelah dua. Sebagai eksperimen Anda dapat menggambar lingkaran bulat seperti bolah. Lalu Anda garis bagi dua di bagian tengah. Begitulah istilah dari kubah setengah lingkaran bolah.

Kubah masjid setengah lingkaran pertama di Indonesia adalah kubah Masjid Istiqlal Jakarta. Masjid yang dicetus oleh Bung Karno. Bung Karno yang menjadi panitia sayembara desain Masjid Istiqlal. Desain dimenangkan oleh seorang arsitek bernama Silaban.

Bukan tanpa alasan mengapa pemilihan desain tersebut. Karena desain kubah yang berbeda dari kubah Timur Tengah. Kubah Timur tengah dikenal dengan istilah kubah bawang. Anda dapat bereksperimen dengan sebuah bawang. Lihatlah bawang bombai atau bawang biasa begitulah bentuk kubah bawang.

Bung Karno yang pernah ke Turki melihat bagaimana bentuk kemegahan masjid-masjid di Turki. Kemudian dia juga sepaham dengan Mustafa Kemal Attakturk pendiri Turki Sekuler. Bung Karno ingin bangsa Indonesia yang mayoritas muslim sama seperti Turki sekarang. Yaitu, sebuah negara moderen dimana sistem pemerintahan terpisah dari agama.

Saat berkunjung ke Istambul, Presiden Soekarno berkunjung ke masjid-masjid terkenal di Istambul. Bung Karno berkata, suatu saat Indonesia akan memiliki masjid yang megah seperti masjid-masjid di Turki. Berikut ini, pidato Presiden Soekarno yang menceritakan kedatangannya ke negara-negara yang memiliki bangunan masjid yang megah.

Waduuuhhh, kalau datang ke Kairo, saudara-saudara. Dari kota pergi ke Mokotam, kiri jalan di situ ada masjid di atas bukit, masya Allah hebatnya. Kita juga pergi ke Istambul, dibawa nonton masjid ini, nonton masjid itu, tentu kita kagum memang hebat. Tetapi sekaligus dengan kagum dan merasa terpukau oleh indahnya masjid Istambul itu, di dada saya timbul juga pikiran dan cita-cita, kita harus mendirikan masjid jamik yang lebih besar dan lebih indah dari ini. Saya datang ke Lahore saudara-saudara, Pakistan, dibawa oleh pemerintah Pakistan pergi ke Lahore, dibawa ke masjid jami. Oo, inilah kemegahan kami rakyat Islam Pakistan. Saya datang di New Delhi, India. Bahkan oleh Nehru, Nehru orang yang bukan Islam, oleh Nehru saya dibawa ke Old Delhi, Delhi, Delhi Tua. Ditunjukkan, “look here Soekarno, our mosque. Masjid jami di Kota Old Delhi. Ya, beautiful, beautiful. Tetapi dalam pikiranku ya, insya Allah, nanti Indonesia akan bikin lebih hebat daripada ini.”[2]

Pada waktu Pidato pembentukan panitia pembangunan Masjid Istiqlal. Dimana waktu itu, para ulama siap membangun. Mereka siap menyumbang kayu-kayu dan genting. Oleh karena itu, Presiden Soekarno menyatakan akan membangun masjid yang model baru, beton berkubah. Argumen ini juga didukung dari teori Plato. Menurut Plato bahwa karya seni lebih semu dari pada objek natural. Padahal objek-objek natural itu sendiri adalah citra, bayang dari bentuk-bentuk eternal. Dengan perkataan lain, karya seni adalah tiruan.[3]

3. Bulan Bintang di Atas Masjid.
Umat Islam Indonesia dan Asia Tenggara tidak tahu. Kalau simbol bulan bitang di atas kubah masjid adalah simbol bersatunya Islam dalam satu kekhalifaan. Para pemimpin umat terdahulu membawa simbol bulan sabit sebagi tanda bersatunya Islam Asia Tenggara dengan kekhalifaan Islam, Turki Usmani. Masih terkait dengan gerakan Pan Islam.

Semangat perlawanan terhadap dominasi asing digemakan oleh Sultan Abdul Hamid II. Orang Barat mengira kalau kalahnya Turki Usmani tidak lagi memiliki senjata untuk melawan mereka. Namun, idelaisme Ukhuwa Islamiah atau Pan-Islam tetap bergema.

Tetap saja membangkitkan semangat perlawanan umat Islam. Bukan hanya dalam perlawanan bidang senjata. Tapi juga pada bidang pemikiran dan kebudayaan. Sehingga umat Islam dunia bersama-sama bangkit. Sultan Abdul Hamid II mungkin telah disingkirkan. Nama beliau kemudian di rusak penulis berikutnya. Namun, intan yang dilempar ke dalam lumpur berapapun lamanya. Akan tetap menjadi intan dan tetap akan bersinar.

Pada awalnya, hiasan di atas atap masjid di Nusantara terutama di Indonesia adalah berupa hiasan-hiasan bermacam-macam. Penulis mengistilahkannya dengan memolo yang diambil dari kata dalam bahasa Jawa. Memolo berupa hiasan yang terbuat dari tanah, tembaga, dan kayu.

Fungsi memolo pada puncak atap adalah untuk penutup ujung atap yang terbuat dari kayu agar tidak basah oleh air hujan. Maka agar tampak indah dilihat. Maka dibuatlah dengan berbagai hiasan-hiasan sesuai kebiasaan masyarakat setempat. Memolo ini masih dapat di jumpai diatas masjid-masjid kuno di Indonesia.

Masuknya pengaruh Turki perlahan-lahan menggeser posisi memolo. Kaum muslimin menyatakan satu dengan muslim dunia pada waktu itu. Karena Turki Usmani adalah kekhalifaan Islam. Setiap membangun tempat ibadah umat Islam mulai mengganti memolo dengan simbol bulan dan bintang.

Paham pan-Islam juga berperan dalam penyebaran simbol bulan bintang di dunia, terutama di Indonesia dan Asia Tenggara. Dalam semangat perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Tidak tahu persis kapan masuknya simbolis bulan binta ke Asia Tenggara. Tapi yang jelasnya diawal abad ke 20 dimana semangat kebangkitan Islam menggema dimotori Pan Islam.

Oleh. Joni Apero
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang. 4 Juni 2020.

Daftar baca:
Mr. Hamid Algadri. Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung, 1988.
George Lenczowski. Timur Tengah Ditengah Kanca Dunia. Terj. Asgar Bixby. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1992.
Lothrop Stoddard. Dunia Baru Islam. Jakarta: MENKOKESRA, 1966.
A. Dahlan Ranuwijaya, dkk. Bung Karno dan Wacana Islam; Kenangan 100 Tahun Bung Karno, Jakarta: Grasindo, 2001.
Joni Apero. Skripsi: Kajian Sosiologis pada Majid di Kota Palembang. (studi atas atap Tradisi dan atap Kubah). Palembang: Fakultas Adab dan Humaniorah, UIN Raden Fatah Palembang, 2018.
Sumber foto. Film Payitaht, TRT TV.



[1]Mr. Hamid Algadri. Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung, 1988. H. 86.
[2]Pidato Presiden Soekarno, “Pada Amanat di hadapan alim ulama dan panitia Masjid Istiqlal di Istana Negara Jakarta, 18 Juli 1966,” dalam, A. Dahlan Ranuwijaya, dkk., Bung Karno dan Wacana Islam; Kenangan 100 Tahun Bung Karno, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 421-422.
[3]Perbuatan dan sebagainya yang menjadi contoh. Menirukan, melakukan sesuatu apa yang diperbuat oleh orang lain. Tiruan, perbuatan meniru. Danil haryono, (ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 880.
Sy. Apero Fublic.