PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

12/25/2020

Inspirasi Usaha: Martabak Manis Praktis dan Ekonomis

Apero Fublic.- Palembang. Kalau kita banyak mengenal martabak kacang dengan ukuran loyang besar. Kemudian harganya yang tentu juga mahal sebab ukuran besar. Kemudian martabak itu tidak habis dimakan oleh dua atau tiga orang. Sekarang ada pedagang yang menjual jenis martabak yang sangat praktis dan ekonomis.

Martabak Manis, itulah nama dari usaha pedagang martabak di sisi jalan Tanjung Api-Api yang terletak di perbatasan Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin. Martabak yang menyajikan berbagai ukuran, yaitu mini, sedang dan besar. Tersedia berbagai macam jenis rasa yang sesuai selera Anda.

Seperti rasa  martabak susu, oreo susu, greentea matca, srikaya susu, kacang susu, jagung susu, coklat susu, kacang coklat, jagung keju, ketan susu, coklat kismis, kacang coklat, ketan susu, keju susu, keju coklat, keju kismis, keju ketan, keju  kacang, keju kacang coklat, rasa komplit. Semua tersedia dalam ukuran mini, sedang, dan besar.

Apabila tertarik membeli martabak manis yang ekonomis itu. Anda dapat membeli langsung di lokasi penjualan di sekitar gapura perbatasan Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin di jalan Tanjung Api-Api. Buka dari pukul empat sore sampai malam.

Cocok apabila Anda memesan untuk snack ulang tahun, snack seminar, atau kegiatan-kegiatan lainnya. Karena harga martabak manis mulai dari harga tiga ribu rupiah sampai ukuran terbesar tiga puluh delapan ribu rupiah.

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi usaha Anda. Kirimkan data usaha Anda ke Apero Fublic untuk publikasi dan promosi.

Oleh. Asdi Merkah, S.Hum.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 26 Desember 2020.
 
Sy. Apero Fublic.

Unik: Kenangan Perabotan Rumah Tangga Jadul

Apero Fublic.- Perabotan rumah tangga adalah hal yang penting dan selalu diperbaharui teknologinya. Alat perabotan rumah tangga adalah teknologi yang pertama di kembangkan oleh manusia. Alat rumah tangga sejak masa purba masih dipakai oleh manusia sampai sekarang, adalah lumpang batu.

Kemudian lesung batu atau lesung kayu. Yang masih digunakan oleh masyarakat di pedesaan. Peninggalan arkeologi juga paling banyak ditemukan adalah sisa-sisa perabotan rumah tangga. Berikut ini beberapa perabotan rumah tangga yang sudah mulai jarang digunakan oleh masyarakat.

1. Guci Bulan
Guci bulan adalah salah satu jenis guci yang pada masa lalu sangat berharga dan berguna bagi masyarakat. Guci ini memiliki fungsi sebagai penyimpanan. Seperti penyimpanan uang logam, beras, makanan, makanan permentasi dan tentunya wadah air. Guci ada yang diproduksi oleh masyarakat lokal dan juga ekspor dari luar Nusantara. Guci juga memiliki berbagai bentuk, ukuran dan nama-nama sesuai penamaan masyarakat setempat.


2.Loyang Kuningan
Loyang yang terbuat dari kuningan ini, memiliki bobot yang berat dan tentunya tahan lama. Loyang kuningan memiliki bentuk bermacam-macam sesuai ukuran tertentu. Ada yang berbentuk persegi lima, segi empat, bundar dan bolong, dan bundar saja. Loyang pembuat kue zaman dulu ini tahan panas tungku api. Di setiap tempat loyang ini memiliki nama sesuai penamaan masyarakat setempat.

3. Kendi Air
Kendi air ini digunakan untuk kendi air minum. Selain itu, juga digunakan untuk syarat atau semacam anti yang bersifat ajaib (tahayul). Guci di isi air lalu digantung di kerangka atap paling atas (talambungan). Masyarakat percaya apabila digantungkan pada atas rumah akan menyebabkan rumah tangga mereka tenang dan tentram. Karena masyarakat dulu dan masyarakat sekarang masih memiliki pola pikir tahayul.

4.Kokoh Kelapa
Kokoh kelapa ada juga yang menyebutnya kukur kelapa. Alat ini untuk mengeluarkan isi buah kelapa. Fungsinya sama seperti parut kelapa. Cara menggunakan; siapkan buah kelapa yang terbelah yang masih ada tempurungnya. Pekerja duduk di atas batang kokoh kelapa dengan posisi menghadap mata besi. Lalu kerukkan daging buah kelapa.

5.Kuali Besi
Kuali besi adalah kuali zaman dulu. Kuali ini tebal dan berat sekali. Kalau mau menggoreng dan memasak, sepuluh menit sebelumnya harap kuali dipanaskan terlebih dahulu. Karena kuali besi berbeda dengan kuali aluminium seperti yang kita gunakan sekarang, lebih cepat panas.

6.Bunang
Bunang adalah hasil kerajinan tangan untuk alat angkut dan wadah. Bunang sejenis keranjang pada umumnya. Hanya bentuknya persegi empat dan memanjang. Bunang untuk wadah biasanya dibuat ukuran besar setinggi satu setengah meter. Untuk angkut disesuaikan dengan kemampuan pemiliknya.

Bunang dibuat dari anayaman bambu, rotan dan diapit (kerangka pengeras) juga terbuat dari rotan yang utuh. Perhatikan apit atau kerangka pengeras dimana terdapat tali melingkar kecil. Itu dinamakan telinga, sedangkan apit bagian bawah dinamakan kaki. Bunang yang didokumentasikan anyamannya terbuat dari bambu.

7.Parut Besi
Parut besi juga salah satu parut yang digunakan oleh masyarakat zaman dulu. Berabad-abad parut ini membantu ibu-ibu memasak di dapur mereka. Parut sangat awet dan tahan lama.

8.Kanjang

Kanjang atau keranjang adalah jenis kerajinan tangan yang berfungsi untuk alat angkut. Dapat menggunakan punggung manusi, punggung kerbau atau sapi. Zaman sekarang dapat digunakan  pada sepeda, dan sepeda motor. Kanjang digunakan masyarakat untuk mengangkut kayu bakar, dan benda-benda yang bentuk besar. Karena anyamannya bolong-bolong tidak dapat digunakan mengangkut padi atau jenis buah butir kecil.

Apabila ingin mengangkut yang butir kecil biasanya penduduk memasukkan yang akan diangkut ke dalam karung atau wadah sejenis. Coba perhatikan pada apit atau kerangka pengeras dari rotan. Pada telinga keranjang terdapat tali angkut. Tali itu dinamakan masyarakat dengan abuk. Abuk terbuat dari kulit kayu bernama terap (nama lokal).

9.Tangguk Udang

Tangguk adalah alat untuk menangkap ikan dan udang sarap. Udang sarap nama lokal jenis udang ukuran kecil yang terdapat banyak di dalam sungai-sungai di Sumatera. Penduduk menamakan udang sarap sebab jenis udang kecil itu selalu berada pada kumpulan sarap di dalam air, diantara gambut-gambut di perairan. Sarap istilah penyebutan sampah alam yang terdiri dari daun dan rerantingan kayu jatuh ke dalam sungai atau diatas permukaan tanah. Tangguk terbuat dari anyaman rotan.

Oleh. Eftaro, S.Hum.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 26 Desember 2020.

Sy. Apero Fublic.

Mengenal Bubu Kerajinan Masyarakat Sungai Keruh

Apero Fublic.- Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang didapat oleh manusia dengan cara belajar. Kebudayaan terwujud dalam tiga bagian, yaitu wujud aktivitas, wujud ide atau gagasan dan wujud benda. Kalau masyarakat awam biasanya mengartikan kebudaan hanya sebatas adat istiadat atau benda klasik. Sehingga banyak yang meremehkan para sarjana kebudayaan.

Berikut ini, hasil kebudayaan masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh atau kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape, Musi Banyuasin. Berupa hasil kebudayaan jenis anyaman yang unik, bubu. Bubu atau alat tangkap ikan tradisional berupa perangkap terbuat dari bambu.

Bubu sangat baik digunakan untuk menangkap ikan. Selain ramah lingkungan, bubu juga dapat menangkap ikan cukup banyak. Bahkan kadang apabila musim ikan mudik ke hulu. Ikan Mudik adalah istilah penyebutan masyarakat saat musim migrasi ikan menyebar ke sumber-sumber air. Sehingga hasil tangkapan bubu sangat berlimpa.

Banyak sekali jenis-jenis bubu di kawasan Indonesia atau Asia Tenggara. Namun bentuk bubu yang paling baik dan indah adalah hasil kerajinan masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Terdapat beberapa jenis bubu yang sering masyarakat buat. Dengan fungsi yang sesuai kondisi air dan kedalaman sungai.

Pertama, bubu beno yaitu bubu dengan bentuk lentik tengah dan melancip pada ujungnya. Terbuat dari bila-bila bambu yang dihaluskan seperti lidi panjang. Bila bambu kemudian dijalin pada lingkaran terbust dari tumbuhan jenis akar atau rotan.

Lingkaran dibuat sesuai dengan berbagai ukuran, membentuk bubu. Bulatan anyaman bila bambu kemudian di pasang injap di tengah dan muara bubu. Ujung bubu dibuat penutup. Resam, jenis tumbuhan merambat yang digunakan untuk menjalin kerangka bubu. Resam digunakan karena tahan lama walau terendam di dalam air dalam waktu lama.

Injap adalah anyaman bilah bambu yang mengerucut dengan kelenturan tertentu. Sehingga saat ikan masuk dapat menyela pada injap tersebut. Setelah ikan masuk injap merapat kembali. Ujung injap merapat dan lancip membuat ikan tertipu. Injap seolah-olah dinding runcing sehingga ikan tidak mengetahui jalan keluar. Bagian muara juga dipasang injap. Begitulah cara kerja sederhana bubu yang sangat baik dalam menjebak ikan.

Kedua, adalah bubu batang. Dinamakan bubu batang, karena bentuknya bulat seperti gelondongan pohon. Mirip bentuk batang kayu. Ketiga adalah bubu palupu. Dinamakan bubu palupu karena dindingnya terbuat dari palupu atau batang bambu yang dipecahkan. Bubu palupu lebih kecil ukurannya dari bubu beno dan bubu batang. Berbentuk bulat seperti gelondongan kayu kecil.

Cara pemasangan bubu beno dan bubu batang dengan cara membuat pepa bubu. Pepa bubu nama tempat memasang bubu yang dibuat dari kayu. Berbentuk seperti pagar halaman melintang di badan sungai. Dari tebing ke tebing sungai. Pepa bubu ditutupi dengan daun dan rerantingan pohon.

Arus sungai bermanfaat untuk mendorong rerantingan dan daun menjadi menempel pada kerangka pepa bubu. Air masih dapat melewati selah-selah daun tetapi menutup jalan lewat ikan-ikan. Pada bagian-bagian badan pepa bubu dipasang bubu dengan ukuran tertentu.

Pancaran air yang deras dari muara bubu akan menjebak ikan. Ikan menyusuri aliran air di muara bubu dan terperangkap di dalamnya. Untuk bubu palupu pemasangannya berbeda. Yaitu dengan memasang pada saat air naik (dalam) atau hampir banjir.

Bubu palupu di umpan dengan sarangga semut jenis rayap. Nama lokal sarang semut tersebut, tenggil. Sarang semut dibakar lalu dimasukkan kedalam bubu palupu. Lalu bubu palupu di tali cukup panjang dan dilemparkan kedalam sungai. Besok pagi baru bubu diangkat. Biasanya yang masuk bubu palupu jenis ikan tidak bersisik dan udang.

Injap, adalah desain anyaman perangkap ikan di dalam bubu. Ujung lentur dan diruncingkan agar ikan tertipu tidak kembali keluar.

Oleh. Eftaro, S.Hum.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 15 Desember 2020.

Sy. Apero Fublic.

Legenda: Sunan Kalijaga Atau Radem Mas Syahid

Apero Fublic.- Menurut cerita, Sunan Kalijaga adalah putra seorang Adipati Tuban, Wilatikta. Sewaktu muda beliau bernama, Raden Syahid. Raden Syahid berperawakan tegap dan besar, juga cerdas. Waktu itu, Raden Syahid memiliki ahlak yang buruk, suka mabuk-mabukan dan berjudi. Karena sudah tidak dapat dinasihati lagi. Raden Syahid diusir oleh ayahnya dari Kadipaten.

Bukan sadar, tapi Raden Syahid tambah menjadi, sekarang dia bergabung dengan berandalan-berandalan di hutan Lodaya.  Kehidupan berandalan di hutan Lodaya selalu merampok orang-orang yang lewat. Merampas apa saja yang dimiliki orang-orang. Raden Syahid pemuda yang lihai, tangkas, dalam segala hal.

Sehingga diapun menjadi pemimpin para berandalan. Kelompok mereka semakin mengganas. Bukan satu dua orang, sekelompk orang mereka sudah berani menghadang. Kelompok berandalan pimpinan Raden Syahid semakin terkenal dan ditakuti orang.

Pada suatu hari, lewatlah orang tua di hutan Lodaya. Melihat itu, langsung saja Raden Syahid dan beberapa orang anak buahnya menghadang. Mereka begitu meremehkan orang tua itu. “Serahkan harta bendamu kalau kau mau selamat.” Kata Raden Syahid dengan ganas. “Bekal makan saja saya tidak membawa. Apalagi harta yang berharga. Tapi, apabila kalian ingin harta kekayaan, ambillah emas yang tergantung di atas itu.” Jawab orang tua itu, seraya menunjuk ke atas pohon enau.

Saat Raden Syahid dan anak buanya melihat ke atas pohon enau. Mereka terkejut, buah pohon enau berkilau seperti emas. Sehingga mereka berusaha naik dan mengambil emas yang tergantung di atas pohon enau. Tapi saat mereka sudah turun, buah enau berubah kembali seperti semulah. Melihat itu, Raden Syahid sangat marah pada orang tua itu. “Coba lihat ke atas, bukankah masih banyak emas bergantungan, ambillah lagi.” Ujar orang tua dengan tenang. Raden Syahid dan anak buahnya bergantian naik mengambil emas tergantung itu. Tapi saat mereka turun dan buah emas itu berubah kembali menjadi buah enau. Mereka akhirnya menjadi lelah sendiri karena naik turun pohon enau.

Menyadari keadaan itu, mulailah Raden Syahid menyadari kalau orang tua dihadapan mereka bukan orang sembarangan. “Ketahuilah wahai anak muda, kalau semua ini adalah petunjuk Allah, kalau harta benda dan kekayaan yang kau kejar tidak kekal seperti buah enau yang kau petik. Lebih-lebih apabila kelak kau dipanggil Allah. Hanyalah sehelai kain kafan yang kau kenakan.” Kata orang tua itu.

Semuanya mulai tertarik dengan orang tua misterius itu. Percakapan terus berlanjut sampai mereka dapat bertanya nama satu sama lain. Baru mereka ketahui kalau orang tua itu adalah, Sunan Bonang.

Raden Syahid dan anak buanyanya menjadi sadar dengan kesalahan mereka. Mereka menerima dakwa Sunan Bonang. Belajarlah Raden Syahid dan anak buanya pada Sunan Bonang.

Setelah dirasa cukup, Sunan Bonang kembali hendak pergi untuk berdakwah. Anak buah Raden Syahid ada yang pulang ke desa mereka dan hidup menjadi orang baik. Ada juga yang tetap mengikuti Raden Syahid.

Raden Syahid pernah bertapa cukup lama. Dia menunggu janji Sunan Boang untuk kembali. Tapi Alkisah Sunan Bonang lupa sehingga tapa Raden Syahid di pinggiran sungai menjadi sangat lama. Sampai tubuh diliputi rumput dan akar tumbuhan merambat. Sehingga, Raden Syahid kemudian dijuluki, Sunan Kalijaga.

******

Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga adalah pemuda yang cerdas dan mudah belajar. Sehingga semua yang diajarkan Sunan Bonang dapat dia serap dengan cepat dan baik. Selain itu, dia juga banyak belajar dengan Sunan yang lain dan menimba ilmu sendiri.

Sehingga Sunan Kalijaga memiliki ilmu yang tinggi, terutama ilmu agama Islam. Maka diapun kemudian mendirikan sebuah pesantren. Menyebarkan agama Islam dan menjadi ulama yang terkenal. Oleh karena itulah, dia kemudian menjadi salah satu dari Walisongo penyebar Islam di Jawa.

Perkembangan Islam yang pesat di Jawa telah membuat komunitas Islam kuat. Kemudian terbentuklah sebuah Kesultanan Pertama Islam di Jawa Tengah, yaitu Kesultanan Demak. Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Fatah dari Palembang putra Prabu Brawijaya raja Majapahit.

Semasa Palembang dibawa kekuasaan Majapahit setelah mengalami kekosongan pemerintahan dan dikuasai bajak laut. Oleh karena itu, Para Walisongo ingin membuat sebuah masjid di pusat pemerintahan, Kesultanan Demak.

Setelah musyawara para walisongo, masing-masing mendapat tugas memberikan satu tiang sakaguru atau tiang penopang atap. Semua mencari masing-masing, mulai dari Sunan Boang, Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Gunungjati, Sunan Drajad, dan Sunan Gresik.

Pada hari yang ditentukan Sunan Kalijaga belum juga memberikan tiang yang menjadi tugasnya. Padahal masjid hari itu sudah mulai didirikan. Sunan Kalijaga juga tidak mungkin lagi mengambil dari hutan. Sunan Kalijaga melihat bekas potongan-potongan pendek sisa membuat tiang dan sisa kerangka lainnya.

Dari sisa kayu atau tatal itulah, Sunan Kalijaga terpikirkan sesuatu. Apabila sisa-sisa kayu disatukan akan berbentuk sebuah tiang. Sunan Kalijaga kemudian mengikat sisa-sisa kayu itu dengan tali dari rumput.

Dengan kesaktiannya tiang dari sisa kayu atau tatal itu menjadi kuat. Saat diuji para Sunan lainnya, tiang itu baik digunakan. Sehingga salah satu tiang masjid Demak terbuat dari tatal kayu atau kayu sisa yang berukuran kecil-kecil.

Setelah masjid selesai, para wali kebingungan menentukan arah kiblat. Maka Sunan Kalijaga kemudian membetulkannya. Dengan tangan dan kanan dan kirinya kemudian dia membetulkan letak mihrab masjid Agung Demak. Sampai sekarang mihrab Masjid Agung Demak agak miring yang menghadap ke Kiblat di Mekkah.

Dikisahkan juga, saat membuat tiang dengan potongan tatal kayu. Sunan Kalijaga menemukan Orong-orong yang mati terkena tatal sehingga badannya putus. Hal itu membuat Sunan Kalijaga bersedih, kemduian dia berdoa pada Allah dan menyambung tubuh orong-orong dengan kayu.

Dengan kehendak Allah orong-orong itu hidup kembali. Sunan Kalijaga semakin dihormati umat Islam, sehingga dia sering diminta ikut musyawara tentang permasalahan Kesultanan Demak.

Suatu hari, Sunan Kalijaga pergi untuk berdakwah. Tibalah dia di sebuah daerah terletak diantara Semarang dan Demak. Dia melihat seorang perempuan yang berlari kencang. Berdesirlah hati Sunan Kalijaga, bukan sebab wajah si Wanita.

Tapi yang tersembunyi dibawa perut perempuan itu, ternyata pusaka Kesultanan Demak. Sunan Kalijaga mengikuti dari belakang, saat itu juga muncul seorang Perwira pasukan demak yang mengejar wanita itu. Perwira itu bertanya, dan Sunan Kalijaga memberitahu arah wanita itu lari.

Wanita yang melarikan pusaka Kesultanan Demak adalah seorang pertapa bernama, Nyai Brintik. Dia mencuri saat sedang ada perjamuan di Istana. Pusaka berupa dua bilah keris, yaitu Keris Kyai Sangkelat dan Keris Kyai Pasupati. Keris akan Nyai Brintik bawa pulang menuju Gunung Brintik.

Sunan Kalijaga yang dari tadi mengikuti dari belakang, sampai juga di kaki Gunung Brintik. Kemudian dia melihat, Nyai Brintik dan Seorang laki-laki sedang berkelahi hebat. Ternyata dia perwira Demak yang bertanya tadi. Lama-kelamaan sang perwira mulai terdesak kalah. Sehingga Sunan Kalijaga datang untuk membantu.

“Kisanak, hendaklah mundur sebentar, biarkan aku melawan.” Kata Sunan Kalijaga. Laki-laki itu mundur.

“Kau juga cari mati, ada apa kau datang ke Gunung Brintik?. Apa kau juga menginginkan pusaka Kesultanan Demak. Setan alaspun tidak akan mampu mengambilnya dariku.” Kata Nyai Brintik dengan berapi-api, marah dan meremehkan.

“Nyai Brintik, sebenarnya belum masanya kau memiliki pusaka itu. Ada baiknya kau kembalikan terlebih dahulu. Sebab apabila kau melanggar kau sendiri yang akan menyesal.” Ujar Sunan Kalijaga dengan lemah lembut. “Kau ingin mengambil pusaka Demak dariku. Langkahi dahulu mayatku.” Kata Nyai Brintik. “Kalau demikian baiklah, akan aku coba. Tiba-tiba Nyai Brintik diserang oleh orang yang tidak dikenal. Sedangkan Sunan Kalijaga dan Perwira Demak duduk istirahat menyaksikan Nyai Brintik yang bertarung hebat.

Sesungguhnya Nyai Brintik hanya berkelahi dengan sebatang pohon yang diciptakan Sunan Kalijaga menjadi menyerupai manusia, yang sakti. Lama-kelamaan Nyai Brintik menjadi lelah karena berkelahi terus tanpa henti. Betapa hebat musuhnya dalam pikiran Nyai Brintik.

Sementara Perwira Demak merasa heran melihat Nyai Brintik seolah-olah bertarung dengan sebatang pohon, menendang, menusuk. Nyai Brintik akhirnya menyerah dan mengaku kalah. Dia begitu malu kalau ternyata dirinya dari tadi berkelahi dengan sebatang pohon. Tampak batang pohon rusak dan terluka. Kemudian dia menyerahkan pusaka Kesultanan Demak.

Senjata dikembalikan kepada Sultan Demak. Nyai Brintik kemudin diangkatnya menjadi muridnya. Sunan Klaijaga terus berdakwah dan demikianlah sedikit cerita tentang Sunan Kalijaga. Makam Sunan Kalijaga terletak di Desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Rewrite. Tim Apero Fublic
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 1 November 2020.
Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cerita Rakyat Daerah Jawa Tengah. Jakarta, 1982.

Sy. Apero Fublic.

12/24/2020

Jambu Bangkok: Usaha Kecil Hasil Besar

Apero Fublic.- Jambu biji Bangkok adalah jenis jambu biji yang besar. Daging dan kulit buah tebal dan renya. Kulit luar berwarna hijau muda, dan daging buah berwarna putih. Biji buah tidak begitu rapat.

Daerah penghasil Jambu Bangkok yang cukup terkenal di Indonesia salah satunya dari Sumatera Utara. Jambu Biji Bangkok termasuk jenis jambu biji yang besar. Jambu biji nama latinnya psidium guajava. Tanaman yang berasal dari Brazil.

Cukup muda untuk menemukan jajanan Jambu Bangkok. Sekarang dapat dijumpai jajanan rujak jambu bangkok di pinggiran jalan-jalan. Dengan wadah kotak kaca jambu bangkok dijajakan di sisi jalan. Biasanya harganya satu porsi sepuluh ribu dengan pilihan rasa asam pedas dan asam manis.

Tentu akan menjadi hal yang menguntungkan apabila mulai dari sekarang Anda mengembangkan budidaya Jambu Bangkok. Selain untuk dijadikan bisnis. Seperti usaha rujak jambu bangkok, dijual langsung utuh, untuk oleh-oleh, jual es jambu bangkok dan lainnya. Jambu Bangkok sekarang sedang marak sehingga harganya menjadi tinggi.

Oleh. Rama Saputra
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 24 Desember 2020.

Sy. Apero Fublic