PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

7/06/2019

Tips Mencega Sariawan dan Panas Dalam

Apero Fublic.- Pernah anda terserang sakit panas dalam (heatiness). Kondisi dimana keadaan tubuh manusia mengalami panas yang berlebihan, terutama pada sistem pencernaan. Hal umum akibat panas dalam adalah berdampak pada tenggorokan sakit, dan akhirnya sariawan, atau bibir pecah-pecah. Dalam kasus panas dalam, ada orang yang rentan atau sering terserang sakit panas dalam.

Ada yang kadang-kadang saja. Ada yang berkelanjutan, sembuh untuk beberapa hari,  lalu kembali lagi panas dalam dan sariawan lagi. Sariawan akibat dari panas dalam sangat mengganggu, apalagi saat makan. Karena terletak di dalam mulut, seperti di lidah, di gusi, di bibir bagian dalam, dan di langit-langit mulut. Untuk mengobati biasanya masyarakat selalu membeli obat panas dalam di warung yang tersedia dengan berbagai merek.

Berupa obat cairan, minuman, tablet, atau obat sedu. Panas dalam dan sariawan sembuh, namun tidak berapa lama biasanya, sariawan dan panas dalam akan menyerang kembali. Kemudian kembali membeli obat di warung lagi. Begitulah keadaan penyakit panas dalam yang berdampak sakit tenggorokan dan sariawan berlubang di dalam mulut.


Pernahkah anda terpikir saat sariawan akibat panas dalam tersebut. Kenapa obat warung menyembuhkan tetapi tidak dapat menanggulangi penyakit panas dalam. Pernah juga anda berpikir bagaimana untuk tidak lagi terserang penyakit sakit panas dalam. Pepatah bilang, mencegah itu lebih baik dari mengobati.

Bagaimana cara mencegahnya, dan mengobati tanpa harus membeli obat panas dalam. Untuk mencegah atau mengobati panas dalam dan sariawannya. Menurut pengalaman saya, yaitu dengan mengkonsumsi buah tomat segar, satu atau dua butir dalam seminggu. Tomat adalah jenis sayuran buah. Nama latin tomat solanum lycopersicum.

Menurut Healthline tomat adalah sumber lycopene yaitu antioksidan yang baik untuk menangkal radikal bebas. Tomat juga mengandung vitamin A, vitamin C, potassium, folat, dan vitamin K. Tomat juga dikenal untuk konsumsi segar, seperti jus, sambal, lalap, dan sebagainya. Tetapi kandungan tomat juga tidak boleh berlebih, sebab dapat menggangu lambung.


Untuk mencega atau mengobati  sakit panas dalam. Caranya, tomat segar boleh di makan dengan cara di jadikan lalap saat makan nasi, atau dijadikan sambal segar. Atau dijadikan jus buah tomat juga boleh. Sambal yang diberi garam atau cabai tidak cocok apabila sudah terserang panas dalam, apalagi sudah sariawan, akan terasa pedih.

Tetapi apabila anda mau menahan pedih akibat pedas dan asin juga tidak mengapa.Untuk menghindari pedih berlebih, dengan cara makan buah tomat, dengan di potong menjadi dua bagian, satu potong di makan saat makan nasi di pagi atau siang hari. Kemudian setengahnya lagi dimakan saat makan nasi sore hari. Sehingga anda telah mengkonsumsi satu tomat. Beberapa hari kemudian makan lagi seperti biasa. Sehingga dua butir tomat dalam seminggu anda konsumsi. Untuk ukuran orang dewasa.

Apabila anak-anak tomat dapat di bagi empat potong, dan cukup satu butir dalam seminggu. Untuk menghindari asam lambung ada baiknya makan bersama saat makan nasi. Apabila asam lambung anda tinggi makan tomatnya harus di belah perkecil lagi. Misalnya untuk lambung normal satu tomat dimakan dalam dua kali makan nasi, maka untuk asam lambung tinggi, untuk satu tomat dimakan selama dua hari, atau satu tomat di bagi empat.

Jangan pula mengkonsumsi tomat sudah di bela keesokan harinya, takutnya sudah tercemar bakteri. Maka belahlah tomat yang baru. Tentu anda punya keluarga bukan, maka berbagilah dengan keluarga dalam mengkonsumsi tomat. Pilihlah tomat yang sudah benar-benar matang berwarna kuning cerah, agar keasaman rasa buah kurang kurang.


Untuk mencegah panas dalam dan sariawan cukup satu butir tomat dalam satu minggu. Untuk mengobati diusahakan dua butir dalam seminggu. Kalau anda suka jus tomat, boleh di buat jus tapi jangan ditambah dengan bahan lain, seperti susu, takunya mengurangi kesegaran zat tomat.

Apalagi apabila anda tidak suka minum obat. Maka lebih baik konsumsi buah tomat yang segar untuk obat sekaligus untuk mencega. Tomat alami dan sehat untuk tubuh. Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya pribadi. Karena saya selalu terserang panas dalam, yang berkelanjutan.

Tanpa sengaja saya mengkonsumsi tomat sebagai mana saya tuliskan. Alhamdulillah panas dalam dan sariawan tidak lagi menyerang. Maka anda boleh mencoba, boleh juga tidak kalau tidak percaya. Jadi artikel bukan berdasarkan hasil penelitian para ahli. Berdasarkan pengalaman saya. Selamat mencoba.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Foto. Dadang Saputra
Palembang, 31 Januari 2019.

Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.

Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: www.fublicapero@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

Sy. Apero Fublic

Apa Itu Syarce ???

Apero Fublic.- Sudah tahu belum tentang syarce atau Syair Cerita. Sayair cerita adalah syair atau puisi yang digabungkan dengan cerita singkat. Pada cerita singkat itu memberikan gambaran bagaimana sang penyair mendapat inspirasi, maksud dan arah isi syair atau puisi yang dia tulis. Karena seorang penyair selalu menulis puisinya atau syairnya memiliki objek bahasan tersendiri. Kemudian dia ungkapkan dengan bahasa tersendiri. Baik itu secara terang, samar, perumpamaan, atau sindiran.

Dengan demikian makna syair atau puisinya sulit di pahami atau dimengerti oleh pembaca atau pendengar dari gubahan syair atau puisinya. Untuk memberi gambaran dan panduan dari makna puisi atau syairnya tersebut. Dapat di buat sedikit penjelas atau cerita. Misalnya si penyair membuat puisi bertema jatuh cinta pada seorang gadis yang shalihah. Dia sedikit menjelaskan dari cerita singkatnya. Dengan maksud pembaca atau penggubah puisi atau syairnya dapat mengerti. Bahasa sastra sangat sulit dimengerti. Hanya ahli sastra yang mampu merenungkan makna-makna syair dan puisi.

Saya contohkan, seumpama seseorang pemuda jatuh cinta karena melihat keindahan mata seorang gadis. Atau suatu hari seorang pemuda berkenalan dengan seorang gadis cantik. Pada awalnya mereka, hanya biasa saja hanya sebatas teman. Tetapi karena perkenalan adalah awal cinta. Ya, akhirnya si pemudah jatu cinta. Dia jatu cinta pada si gadis sebab gadis itu berbudi baik, alumni pesantren, hijab syairah, wajahnya cantik alami, dan yang paling berkesan adalah sinar matanya yang indah dan bercahaya. Bening mata dan cantik matanya memukau hati si pemudah. Sampai menyirami seluru jiwanya. Indanya mata si gadis telah membuat luluh hatinya yang selama ini gersang dengan cinta. Memang dahulu dia sempat membenci cinta. Karena jiwanya pernah terluka.

Cerita singkat yang dia tulis pengantar syair atau puisinya menggambarkan atau menjelaskan semua perasaannya. Lalu dia gubah syair atau puisi dengan kata-kata sastra yang padat. Pembaca dan penggubah pun tahu makna dan tujuan dari syair atau puisi karyanya.

Syarce atau syair cerita terdiri dua kategori. Pertama, syarce fiksi adalah semua cerita dan lirik syairnya murni dari imejinasi si penulis syarce. Syarce fiksi sangat indah kalau ditulis di novel atau digabungkan dengan cerpen.

Kedua, syarce non fiksi (objektif) atau syair cerita yang ditulis berdasarkan kenyataan. Penyair menggunakan objek nyata atau sesuai dengan fakta terjadi walau dia masih menggunakan bahasa sastra. Syarce ini bermanfaat untuk mengkritik pemerinta, kritik sosial, kritik kebiasaan yang buruk, kritik korupsi, kritikmoral, untuk nasihat atau sebagainya.

Kegunaan syarce untuk mengasa kreatifitas menulis dan membaca. Karena syarce mengajarkan bercerita dan bersyair secara bersamaan. Pengasa berpikir dan berlogika sehingga dapat meningkatkkan kecerdasan otak. Syarce dengan mengolah rasa, imejinasi dan keadaan lalu dituangkan menjadi cerita dan syair. Penulis syarce dituntut dapat mendeskripsikan keadaan dan perasaannya secara utuh. Sehingga mau tidak mau dia harus memiliki dua keahlian yaitu bercerita dan bersyair. 

MATAMU, KASIH.

Birukah samudra yang berombak itu
Menggulung deru-deru badai
Melumat jiwa-jiwa yang tenggelam
Cuaca penyihir merapal mantra badai
Sehingga, mendelik mentari bagai mata langit.

Huummmm.
Sisi mana, dari sudut kau tengok.
Tentu, bidadari tak bersayap

Oh, sepasang mata
Yang menyinari gelap
Bagai cahaya bulan dan bintang
Kau menerpa segenap bumi, segala penjuru.
Nan, rapuh aku yang diterpa jua.
Jatuh, luluh lantak.

Adik,
Sadarkah bila mata mu, seluas samudra, itu.
Berombak dan bergulung-gulung, bagai badai.
Perahu kecil ku, bernama si hati.
Terbanting, terbalik, lalu terbenam dalam samudra mu.
Aku tak daya, tiada kekuatan yang maha.
Sudah kodratnya.
Hanya tenggelam dalam samudra mata mu.

Adik,
Sepasang mata mu itu.
Mengapa begitu tajam.
Cahanya lebih tajam dari mentari,
Pengusir cuaca penyihir
Kau tau, matamu telah menusuk hati ku.
Mata mu telah membelah jantung ku.
Mata mu, telah hipnotis jiwa aku

Adik nan cantik.
Yang berelok disepanjang hidup ku.
Bersua dalam hijab syar,i.
Anggun melantun dalam alunan indah, solehah.
Mohon berbaik hatilah.
Pada jiwa yang malang ini.
Lemparkan pelampung hati mu.
Padaku yang sekarat di samudra.
Agar aku selamat dari samudra mu.
Selamatkanlah, nelayan kehidupan menderita ini.
Memohon kiranya aku, Adik.

Adik kau cahaya.
Jangan biarkan tajamnya mata mu.
Mencekik jantung,
Susa bernafas aku, sesak dada.
Matamu telah menjamah hati ku, jauh.
Bawakan obat-obatan, dan perban.
Rawatlah dengan tangan kasih sayang mu.
Perbankanlah, dengan lembut hati mu.
Kiranya, akan sakit hati ku.
Bila kau, tak menoleh.
Jangan adik, aku memohon, meminta.
Butir air mata, taruhannya.

Adik.
Sepasang mata mu.
Aku rindu.

Syarce atau syair cerita adalah bentuk perkembangan sastra baru di Indonesia. Muncul untuk menjawab tentang bahasa syair melankolis yang sulit dimengerti oleh masyarakat. Semoga suatu saat syarce akan menjadi sastra populer di Indonesia dan dunia. Anda pernah membaca syair atau puisi yang berbahasa sastra tinggi tapi Anda tidak mengerti maknanya. Itulah syarce hadir karena sangat disayangkan pesan sang penyair tak tersampaikan.

Oleh: Joni Apero.
Editor. Selita. S.Sos
Palembang, 4 November 2018.
Kategori. Syarce Fiksi.

Sy. Apero Fublic

7/05/2019

Proses Perkembangan Bangunan Tempat Tinggal Manusia


Apero Fublic.- Penulisan sejarah perkembangan bangunan tempat tinggal ini bersumber dari pengamatan penulis dari beberapa kawasan di Provinsi Sumatera Selatan. Seperti dibeberapa kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin terkhusus di daerah Kecamatan Sungai Keruh. Dari aktivitas penduduk membangun tempat tinggal di perladangan mereka, perkebunan, dan pemukiman lama.

Kemudian pengamatan wilayah kabupaten lain, seperti Kabupaten Banyuasin, Kabupaten PALI, Kabupaten Ogan Ilir terutama daerah Maranjat, Kabupaten Muara Enim, Kawansan Pemukiman Tua di Kota Palembang di Seberang Ulu, Tangga Buntung. Lalu pembelajaran berlanjut di DEKRANASDA yang terdapat contoh bangunan rumah-rumah adat semua kabupaten di Sumatera Selatan. Maka kerangka berpikir dari tulisan ini adalah hasil pengamatan dari kebudayaan masyarakat di Sumatera Selatan.

Kerangka berpikir secara umum dari kebudayaan nasional. Perkembangan bangunan rumah tinggal asli dari bangsa Indonesia telah memiliki proses yang sangat panjang. Terciptanya bangunan tradisional secara luas. Sehingga melahirkan bangunan bercorak kedaerahan. Pelacakan awal para arkeolog mengenai nenek moyang bangsa Indonesia telah memberikan pandangan umum mengenai mereka. Dari masa-masa awal yang nomaden sampai dengan masa sekarang yang moderen.

Perkembangan bangunan rumah tinggal seiring dengan perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri. Perkembangan yang lambat memakan waktu ribuan tahun telah menghadirkan corak kedaerahan. Namun pada intinya perkembangan itu berawal dari perkembangan yang sama.

Berawal dari bangunan yang sangat sederhana, yang kemudian dikembangkan karena dipengaruhi pengalaman dan tuntutan iklim serta geografis alam sekitar. Selanjutnya, pada masa-masa prasejarah bangsa Indonesia yang mulai menjalin kontak dengan dunia luar, seperti bangsa Cina, Jepang, India. Kemudian dilanjutkan dengan pengaruh Islam dan terakhir Barat.

Saya juga menggunakan teori perkembangan. Teori perkembangan yang saya maksudkan adalah bahwa sipat dan tindakan manusia itu berproses. Pemikiran manusia akan berkembang ketika dia melakukan atau memulai sesuatu. Saya contohkan dengan bentuk mobil. Pada awalnya mobil hanyala kerangka mesin. Kemudian dikembangkan dengan ban dan kerangka. Dikembangkan lagi menjadi lebih sempurna. Dikembangkan lagi sampai menjadi seperti sekarang. Begitulah dengan sistem pikir manusia dalam membangun rumah tempat tinggal.

Pembahasan
Sistem tempat tinggal pertama bangsa Indonesia adalah gua-gua. Temuan para ahli dalam penelitian seperti adanya benda-benda ekofak, seperti cangkang siput, arang, tanduk binatang, dan sebagainya. Kemudian tinggalan lukisan tangan di dinding atau langit-langit gua.

Lalu temuan para arkeolog kerangka-kerangka manusia di dalam gua-gua. Masa ini adalah masa manusia Indonesia menghuni gua. Hampir setiap gua-gua di Indonesia ada lukisan telapak tangan. Masa itu, kehidupan sangat tergantung pada sumber alam. Maka semakin lama tinggal disuatu tempat maka semakin berkurang sumber daya alam. Jumlah populasi juga mempengaruhi dalam kepindahan manusia dari gua.

Pindah adalah solusi pertama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Mulai memasuki masa nomaden dan kemungkinan juga menemukan gua baru. Dalam masa nomaden yang bertarung dengan alam membuat manusia belajar. Menghadapi hujan, panas, iklim yang dingin, serangan binatang buas, dan kasih sayang. Sehingga lambat laun manusia mulai menyadari membutuhkan tempat seperti gua yang melindungi diri cuaca, binatang buas, dan iklim.

Munculah ide untuk melindungi diri dari hujan dan panas. Bertedu di bawa pohon rindang atau di cela-cela batu. Memanfaat daun yang lebar untuk bertedu atau memayungi. Belajar dari itu, membuat pemikiran bergerak. Sehingga ingin memiliki tempat bernaung. Ide-ide sederhana mulai dilakukan. Lalu terciptalah bangunan pertama yang dibuat berbentuk persegi empat.

Memanfaatkan empat tiang kayu bercabang yang ditancapkan ketanah sama tinggi. Kemudian diletakkan empat kayu melintang panjang membentuk persegi empat, atau berbentuk persegi empat memanjang. Untuk meletakkan atap ditambah beberapa kayu melintang sebagai penyatu dan peletakan atap. Atap berupa rerantingan dedaunan pohon yang disusun diatas bangunan. Teknologi perkakas masa itu baru berupa kapak batu atau tulang hewan.

Sistem bangunan rumah seperti ini masih diterapkan oleh Suku Anak Dalam(suku kubu) yang masih hidup nomaden di pedalaman Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, dan lainnya. Dapat juga kita amati saat anak-anak desa bermain dengan membangun rumah-rumah dengan bentuk demikian. Sebagai bentuk ilham manusia dalam membangun tempat tinggal.
Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana sederhanya bangunan awal tempat tinggal manusia di daerah tropis seperti Asia Tenggara.


Manusia terus belajar dari alam membuat perkembangan baru. Kalau temuan bangunan awal yang beratap datar dapat melindungi dari panas tapi tidak dengan air hujan. Air hujan masi merembes masuk walau tidak sederas tanpa atap. Sehingga manusia masa itu kembali berpikir bagaimana agar air hujan tidak lagi masuk. Pengamatan pada air yang mengalir ketempat yang lebih rendah.

Kemudian memunculkan inspirasi membuat atap menurun. Metode pembuatan sama seperti bangunan awal. Tapi pada bagian satu sisi di tinggikan, dan sisi lain direndahkan. Sehingga tercipta sistem atap menurun atau miring (iris pisang). Saat hujan, air hujan sudah lancar turun dan mengurangi rembesan air hujan. Tetap terlindung dari panas sinar matahari.

Sistem bangunan ini di istilahkan penduduk Melayu Sumatera Selatan dengan bangunan anjing meraung. Dinamakan demikian karena bangunan sistem itu mirip dengan anjing yang duduk sambil melolong. Di zaman sekarang, penduduk membangun bangunan ini saat mereka membutuhkan tempat bertedu secara praktis di ladang atau tempat mereka beraktivitas sementara.
Gambar. A.1.
Ilustrasi perubahan bangunan. Sisi naik dan Sisi menurun. Terbentuk istilah depan belakang bangunan.
Gambar. B.1.
Ilustrasi ini mencontohkan bangunan anjing meraung. Tahap perkembangan bangunan tinggal.
Pengalam dan tuntutan menghadapi alam dan geografis terus berlanjut. Saat bangunan anjing meraung sudah mengurangi rembesan air hujan. Walaupun masih ada merembes air hujan. Manusia kembali menghadapi masalah. Karena hujan selalu bersamaan dengan angin.

Bangunan yang sudah ditinggikan bagian depan tentu menghadirkan keterbukaan yang lebih tinggi. Sehingga angin leluasa masuk dan membawa air hujan. Atap rerantingan diterpa angin dan sering melayang. Sehingga sistem penindi atap juga muncul. Masalah baru muncul ini, membuat kembali memikirkan kembali bagaimana cara mengatasinya.

Maka inisiatip muncul, yaitu dengan menambahkan atap bangunan mereka di bagian depan. Mereka cukup menambahkan kayu-kayu menegak untuk atap. Sehingga bangunan anjing meraung berubah bentuk menjadi bangunan baru. Penduduk Melayu Sumatera Selatan menamakannya dengan paramaram.
Gambar. A.2.
Ilustrasi penambahan atap pada bagian depan bangunan anjing meraung.
Gambar B.2.
Ilustrasi penambahan atap yang sudah selesai dan menjadi bentuk bangunan baru. Paramaram.
Bangunan paramaram telah memberikan perlindungan cukup maksimal. Pada sistem pertemuan atap bangunan paramaram yang tidak dapat diatap diistilahkan talambungan. Selanjutnya disini muncul sistem atap parabungParabung nama atap khusus bagian teratas kerangka atap yang meyatukan atap dikedua sisi.

Bangunan paramaram cukup terlindungi dari alam dan iklim. Di kedua sisi sudah beratap dan curah hujan sudah lancar namun tetap merembes karena terbuat dari rerantingan pohon berdaun. Karena rerantingan pohon memiliki batas waktu maka timbul masalah lagi. Satu demi satu dedaunan tanggal apabila sudah mulai kering.

Pada awalnya mereka mengganti dengan rerantingan baru. Lama semakin lama, manusia juga berpikir mengatasi masalah atap yang setiap beberapa hari harus diganti dengan daun baru. Tentu saja ini membuat manusia berpikir untuk mengatasi masalah itu. Cara membuat atap juga muncul di benak manusia.

Maka sedikit demi sedikit manusia memilih dedaunan yang baik untuk atap. Maka merangkai daunlah cara terbaik agar dedaunan tidak jatuh saat kering. Merangkai daun tentu sangat sulit dan memakan waktu lama. Maka daun yang dipilih adalah daun yang tahan lama dan perangkaian cepat.

Dalam pencarian itulah manusia menemukan jenis dedaunan untuk atap, seperti daun ilalang, daun rumbia, dan daun nipa. Maka masalah atap terpecahkan dan rumah tinggal menjadi nyaman. Angin terus masuk, maka sistem dinding juga hadir dan sistem lorong muncul bersamaan. Terbentuklah prototipe bangunan tinggal awal dari manusia tropis.

Di kawasan dataran tinggi paramaram juga berkembang menjadi bangunan pondok depok. Depok istilah menyebut bangunan rumah yang langsung diatas permukaan tanah. Seperti di kawasan Pulau Jawa, Pulau Bali, Madura dan Papua. Di Papua, dapat dilihat dari bangunan rumah honai sebagai bentuk perkembangan dari bangunan tempat tinggal paramaram. Sistem bangunan rumah depok sederhana di daerah tersebut. Dapat dilihat dari sistem perumahan penduduk sekarang. Pada bangunan tinggal sederhana di pedesaan, rumah penduduk berdinding kepang (bambu), dan beratap daun ilalang (genting, seng).

Di kawasan dataran renah manusia menghadapi alam lagi. Dataran renah adalah tanah dataran rendah di sekitar sungai dan subur. Apabila di musim hujan akan sering banjir. Manusia mendiami kawasan renah karena kebutuhan transportasi, air, dan pertanian.

Kenyamanan banguan paramaram itu akhirnya mendapat masalah ketika hujan lebat, banjir hujan, atau banjir sungai. Di dalam bangunan paramaram yang diatas permukaan tanah langsung terdampak banjir. Air mengalir deras didalam bangunan paramaram. Kadang ada ular berbisa, binatang buas, dan serangan musuh. Maka untuk menghindari banjir, ular, binatang buas, musuh, maka bangunan ditinggikan dengan tiang.

Pada awalnya tiang biasa saja dengan ketinggian relatif. Lalu berkembang terus dan terciptalah bangunan pondok. Pada masyarakat Melayu Sumatera Selatan istilah pondok merujuk pada bangunan tinggal sederhana. Karena kata rumah (Uma) untuk penyebutan bangunan tempat tinggal yang lebih sempurna dan terletak di pemukiman (desa, kampung, kota). Sekarang, istilah pondok di Sumatera Selatan juga mulai  merujuk pada pondok pesantren.

Bangunan pondok inilah memberikan kenyamanan tinggal. Atap yang baik dari dedaunan (rumbia, nipa, ilalang, bambu), dan dinding dari kulit kayu atau bambu. Awalnya pondok biasa persegi empat dengan tangga. Kemudian penambahan dapur, karena membutuhkan tempat memasak. Karena bentuk penambahan, dan teknologi sistem penyambungan material kayu belum ditemukan.

Maka sistem penambahan dapur dan serambi depan menjadi menurun. Dapur juga memerlukan tangga maka perlu dibuat serambi untuk tangga dapur. Serambi juga tercipta karena untuk menghindari basah saat hujan berangin, panas sinar matahari. Atap serambi depan dan serambi dapur melindung dari hujan angin dan panas. Setelah itu, masuk masa tercipta pemukiman seperti Talang, Kampung, Nagari. Serambi bangunan pondok menjadi tuntutan untuk menerima tamu, dan bersantai keluarga.
Perhatikan bentuk bangunan pondok. Tampak bangunan dapur dan serambin depan (garang) menurun dari bangunan utama pondok. Itu menginformasikan pada kita kalau banguna dapur dan serambi datang kemudian dengan alasan tidak dapat menyambung alat pondok masa awal. Apabila disambung lurus akan sulit menata tiang dan atap. Pondok menjadi prototipe awal dari rumah panggung limas basepat (limas).


Pembangunan pondok tentu membuat manusia nyaman dan tenang hidupnya. Namun pondok yang sederhana akan terasa sesak apabila ditinggali oleh banyak manusia. Terutama bagi yang sudah menikah. Tentu kebutuhan keluarga seperti seks, kenyamanan, dan ekonomi segerah mempengaruhi. Sehingga, segerah membangun tempat tinggal untuk yang sudah menikah. Sehingga sampai sekarang sistem satu rumah satu keluarga terbentuk.

Manusia Indonesai yang kontak dengan kebudayaan asing. Mendapatkan teknologi yang baik dari logam. Tentu mempengaruhi sistem pembangunan rumah. Bangunan paramaram dan pondok yang sudah tercipta dalam waktu lama itu menjadi inspirasi. Sehingga dengan teknologi itu terbentuk rumah-rumah panggung besar di kawasan Asia Tenggara terutama di Indonesia.

Perkembangan bangunan rumah terus berlanjut sampai datangnya masa-masa kesultanan di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Sistem pertukangan terus berkembang dan berkembang. Pengaruh arsitektur Cina datang. Diikuti dengan alat pertukangan yang juga tercipta dari besi berbagai jenis. Pengolahan dengan gergaji besar membelah kayu-kayu besar menjadi papan.

Masyarakat mengistilahkannya dengan membaji. Ada sistem batara pada masyarakat Melayu Sumatera Selatan dalam mengolah kayu bulat menjadi persegi empat untuk kerangka rumah. Cara batara yaitu mencaca batang kayu dengan parang besar, dibentuk persegi empat. Untuk taso masih menggunakan kayu bulat, dan reng dari bambu. Reng adalah nama rangka rumah utuk meletakkan atap, terutama atap genting dan atap sirap.

Bangunan awal pondok berkembang menjadi rumah panggung limas basepat di Sumatera Selatan. Basepat berarti naik turun dan menurun. Naik dari ruang depan, lalu lantai kembali menurun di bagian dapur, serambi dapur. Ada penulis mengistilahkan dengan rumah panggung undak atau ruamh limas undak. Saya rasa kurang tepat dengan istilah undak. Karena bangunan berundak berbentuk persegi empat yang berundak (bertingkat) dikeempat sisinya. Di bagian teratas bangunan semakin mengecil.

Sedangkan rumah limas basepat bangunan teratasnya paling besar. Bangunan berundak  juga untuk banguan keagamaan, bukan tempat tinggal. Seperti punden berundak masa purba, bangunan keagamaan Budha seperti candi borobudur, dan atap bertingkat pada bangunan masjid tradisional di Asia Tenggara.
Foto rumah Limas Basepat. Perhatikan lantainya naik menurun. Tiang-tiangnya masih ada dari kayu unglen atau kayu besi. Sudah ada sedikit renovasi oleh pemilik, seperti pengecatan, dan mengganti beberapa tiang dengan tiang batu bata. (sumber foto. Apero Fublic. Lokasi Desa Gajah Mati, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)


Setelah pembangunan rumah limas basepat yang lantanyai bertingkat naik turun seperti tangga, muncul sistem rumah limas malamban. Istilah penyebutan masyarakat malamban diambil dari nama tempat penyemberangan sungai yang sederhana, lambanlamban terbuat dari sebatang kayu. Awalan ma dalam bahasa Melayu berarti sesuatu yang dilakukan dan sedang terjadi. Balamban orang yang sedang menyemberangi melintasi di atas lamban. Rumah Limas Malamban ini berbentuk mendatar memanjang, dari serambi depan sampai ke dapur.

Hanya bangunan dapur yang menurun.Ada penulis yang mengistilahkan rumah panggung malamban dengan istilah rumah limas cara gudang dengan alasan rumah itu berbentuk gudang. Istilah cara gudang saya rasa kurang tepat, mengingat kata gudang untuk istilah bangunan lain. Filosofi dalam penamaan Rumah Limas Malamban karena saat membangun kitau-kitau yang panjang lurus mengingatkan masyarakat dengan lamban di atas sungai.

Kitau adalah nama kerangka bangunan rumah paling bawah yang terletak diatas tiang-tiang. Para tukang sibuk melintas di atas kitau bangunan rumah panggung saat mereka beraktivitas.  Seperti orang yang sedang menyemberangi sungai di atas lamban. Saat memasang kerangka rumah satu demi satu. Maka timbul kata istilah Rumah Limas Malamban. Di kawasan Sumatera Selatan, pengaruh rumah Limas Malamban dibawak oleh orang-orang Maranjat.

Menyebar ditahun 1940-an. Memolo sebuah rumah di Desa Gajah Mati menginformasikan dengan adanya tahun pembuatan diatas atap perabung. Tukang Maranjat sangat terkenal di Sumatera Selatan. Sampai sekarang masyarakat kawasan Maranjat banyak menjadi tukang. Sekarang mereka sudah ada sistem rumah panggung bongkar pasang yang dapat dipindahkan dan dibawak ketempat pembeli yang jauh dari lokasi pembangunan.
Foto rumah Limas Malamban. Perhatikan lantainya yang lurus tidak menurun. Rumah limas ini adalah bentuk perkembangan baru dari rumah Limas Basepat. (Sumber foto. Apero Fublic. Lokasi Desa Gajah Mati, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan).

Perkembang selanjutnya tidak ada perubahan berarti pada bangunan rumah panggung atau rumah limas tipologi malamban. Hanya dari bentuk dan ragam hiasnya. Rumah Panggung lama berbentuk besar-besar dengan kayu berkualitas tinggi. Untuk rumah panggung atau rumah limas generasi ketiga berbentuk lebih mungil dan sederhana. Perbedaan itu dari atap, jenis kaca, tidak ada ukiran pahatan, serta modelnya juga berbeda.

Selain rumah panggung generasi ketiga, perkembangan rumah penduduk juga memasuki pase baru, yaitu rumah beton berbentuk depok. Depok adalah bangunan langsung terletak di atas permukaan tanah. Kembalinya bangunan rumah manusia ke atas permukaan tanah seperti zaman permulaan perkembangan bangunan tempat tinggal dahulukala. Mengapa kembali, sebab manusia telah berhasil menguasai lingkungan alam. Sedangkan manusia dahulu lari dari lingkungan alam.
Foto rumah panggung atau rumah limas generasi ke tiga. Bentuk rumah limas generasi ketiga tidak lagi monoton dengan satu corak seperti rumah limas basepat dan limas malamban. Memiliki berbagai variasi dan corak, dari ukuran bentuk, tinggi rendah, gaya arsitektur. Lokasi Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

Penutup
Bangunan tempat tinggal adalah bangunan pertama yang dibangun manusia. Berkembang sangat lambat seiring mereka berinteraksi dengan alam. Inisiatif melindungi diri, meniru burung yang memiliki sarang, dan tuntutan keadaan. Manusia zaman sekarang patut bersyukur karena nenek moyang manusia telah memunculkan kebudayaan.

Kebudayaan masa sekarang adalah hasil jerih payah dan buah pikir mereka. Manusia zaman sekarang hanya mengembangkan kebudayaan sederhana masa lampau. Coba bayangkan kalau nenek moyang kita masa lampau tidak menemukan cara dalam membangun rumah tinggal. Mungkin kita sekarang belum tentu mengenal tempat tinggal. Penemuan mereka dalam bentuk bangunan tempat tinggal adalah penemuan yang sangat jenius dan luar biasa.

Perkembangan demikian terdapat di Sumatera Selatan. Namun perkembangan di wilayah lain tentu memiliki corak berbeda. Dari bangunan paramaram dan pondok berkembang menjadi rumah panggung kedaerahan lain. Di Sumatera Bagian Barat berkembang menjadi rumah gadang khas Minangkabau.

Di Kalimantan, Nias, Sulawesi, dan lainnya bercorak juga berkembang rumah limas atau rumah panggung bercorak kedaerahan lainnya. Secara umum pengertian limas bukan berarti mengikuti nama rumah adat tradisional Sumatera Selatan rumah limas. Tapi limas yang berarti, suatu bidang yang lebar dan satu sisinya menyempit. Dapat diamati dengan bentuk atap rumah itulah yang dimaksud dengan limas.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 26 Juni 2019.

Sember wawancara:
Wawancara dengan Bapak Samsuri. Gajah Mati, 2019.
Daftar Bacaan:
Abdul Rochym. Masjid Dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung: Angkasa, 1983.
Kristantina Indriastuti. Peradaban Masa Lalu Sumatera Selatan. Balai Arkeologi Sumatera Selatan: Palembang, 2016.
Edwin M. Loeb. Sumatra Sejarah dan Masyarakatnya. Terj. Windu Wahyudi Yusuf. Yogyakarta: Ombak, 2013.
Sumber foto rumah limas generasi ketiga oleh Desmiana.

Sy. Apero Fublic

7/04/2019

Folklore. The Wonderful Dog.

Apero Fublic.- Believe it or not, people say that in the village of Sambulu in central Kalimantan there still lives a group of people who are physically somewhat different from other villagers. At the age of the fifty, the backbone of a man belonging to this group protrudes as much as the length of two fingers, rather like the tail of dog.

On both sides of a woman's breast there appear five, six or seven pairs of black dots reminiscent of the nipples of a dog. This group of people is said to be descendants of a wonderful dog, about whom a story has been handed down from generation in Kalimantan. The tale goes as follows.


Surrounded by trees in central Kalimantan, there was once a village called Tangkahen, where Bagalah, the head of the village, lived with his wonderful dog. In appearance this animal looked just the same as any other dog, except that he was bigger and more intelligent. But there was something strange about him, for, unlike other dogs, he had the ability to go hunting on his own and to kill birds in flight only by barking.

Whenever he came backfrom hunting, Bagalah shared the gains with his fellow-villagers; similarly, whenever the dog barked, birds that happened to be flying in his vicinity would fall down dead and then be distributed among the people. Never being short of meat, as this was provided by the dog, the people were grateful to both, to the dog as well as to Bagalah, and therefore they had come to love them both.


One day, it happened that a strange-looking pig passed through the village. This pig was known as Bawoi Amai Ueng, and had extremely big legs, the hoofs of which were not split like those of ordinary pigs; also her snout was as large as a drum. Before the animal reached the village, she had already crossed over seversl streams and now she was running eastwards.

Bagalah's dog caught sight of her and  ran after her. Using all her power, she at last arrived at the bank of Lake Sambuluh; the very spot where she was standing bore the name of Pukang Pahewan. the pig then stood still, as if thinking what to do.


"Shall I try to cross it? But it is impossible. it is too wide a lake!. The dog, however, was at her heels, so to hesitate meant death for her. Hence, with no choice left, she jumped into the water in an attempt to save her life.


When the dog reached the spot, he saw the pig swimming as hard as he could to reach the other side of the lake. The dog apparently did not dare to swim, for he  just howled incessantly. All of a sudden a storm gathered in the sky.

Shortly afterwards, lightning flashed as if seeking to cleave the earth in two; the thunder roared, the wind blew hard, rain began to fall, and the waves on the lake grew high. The pig turned to stone, while the dog changed into a human being. The spot a called Pukang Pahewan became a big village, which was later given the name of Rangkang.


In the meantime, Bagalah was waiting in vain for the return of his dog.

"Where can he be? He has never stayed away for such a long time. he said to himself. As the dog still did not appear, Bagalah made up his mind to search for him. He strode through the forests, walked over mountains and streams, and at last arrived at the village of Duhian Kait.


"Hello! Can you tell me anything about a dog that one day ran after pig? "He asked the people living there. No one could give him any information about the dog. But they mentioned the village of Rangkang, which had come into existence in a strange way. So Bagalah set off for Rangkang and there he stayed with the head of the village, who was called Rendan Tingang.


"Friend, do you know anything about a dog running after a strange pig one day? he asked. Rendan Tingang himself could not help Bagalah with information about the dog, but he asked him to stay with him for sometime.


One day, Bagalah was sitting in his boat and Rendan Tingang was repairing the roof of his house. Bagalah was in a sad mood as he still could not find his dog. To comfort himself , he took out of his bag the dish that he used to use when feeding the dog.


"It is lucky that I have this dish to remind me of my dog. he whispered. In the past he used only to tap on it and the dog would approach him. This time, as he played with it, he happened to tap on it.


"Look! said a voice, and Rendan Tingang unexpectedly jumped from the roof. Instantly he had a tail, and then his feet changed into legs. This went on until he was completely a dog.

"Good heavens! shouted Bagalah. It is my dog!.


Great was Bagalah's surprise, but greater his joy, when he discovered that his dog had once had the shape of a human being. At the same time, great was the astonishment of Rendan Tingang's wife when she saw that her husband had changed into a dog.


"Heavens! I'll never get him back again. Lost for ever. she cried. However, Bagalah took pity on her and promised to care for her and her two children. After wards he married her and had a child by her. They would have lived happily ever after if Bagalah had not become homesick after some years had passed.


"Wife. he said one day. I'm going home. He wanted to return to his village by boat and so he cut down a big tree to build one. As he was working, using a piece of wood to hammer the end of his chisel, another strange thing happened. Every time the wood struck the chisel, the dog barked. At first Bagalah did not pay any heed to it, but as the dog kept barking he became surprised and finally annoyed.


"You terrible dog! he shouted. In vexation he threw the piece of wood at the dog; it struck the animal's head and cleft it in two.


"What have I done? Bagalah cried. He was shocked at seeing the outcome of his hasty action; he had never meant to kill his feet dog, whom he had cared for and had searched for everywhere. Now he was dead! Tears ran down Bagalah's cheeks. But then through his tears he saw something glittering in the open wound on the dog's head. Looking closely, he discovered seven diamonds, each the size of a grain of corn. To the piece of wood that had struck the dog's head adhered a diamond as big as a dove's egg.


"Strange!. he whispered to himself. Then it dawned on him what the dog had been crying for.


"You good and faithful animal!. he said. Bagalah buried the dog in the same way he would have treated a human corpse. Sometime later he gathered the bones in a coffin made of teak-wood and richly furnished with ornaments. The diamonds he left to his wife and her children, and then he set out for his home village.

But the coffin turned out to be a strange one. whenever there was an evil spirit present, the coffin barked. One day when Darung Bawan, the king of all ghosts was in a rage, he pulled out the pillar placed beneath the coffin and threw it into the lake, where it stuck in the vicinity of the stone pig and where it can still be seen nowadays in Lake Sambuluh.

Oleh. Dra. S. D. B. Aman.
Rewrite: Apero Fublic.
Editor. Selita. S. Pd.
Sumber . S. D. B. Aman. Folk Tales From Indonesia. Djambatan. Jakarta, 1995.

Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.

Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.

Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: duniasastra54@gmail.com atau fublicapero@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

Sy. Apero Fublic