PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

7/21/2022

DONGENG WOLIO: Asal Usul Pohon Enau

APERO FUBLIC.- Pada zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang sangat cantik di suatu kampung di lereng pegunungan. Karena kecantikannya membuat semua pemuda tertarik saat melihatnya. Apabila berjumpa orang-orang akan terpaku melihat dirinya.

Pada suatu hari diadakan sebuah acara keramaian di kampungnya. Putri cantik itu datang untuk melihat-lihat. Dalam kesempatan itulah seorang pemuda menyatakan perasaannya dengan sindiran-sindiran. Tapi sudah menjadi sifat wanita, kalau dia tidak akan mau menjawab langsung. Tetapi gerak dan tingkah lakunya menandakan keinginan yang tersembunyi di dalam hatinya

Menurut dugaan pemuda itu, putri cantik itu juga menyukainya. Kemudian dia memutuskan mengajak orang tuanya untuk melamar si putri. Putri itu, akhirnya menerima lamarannya. Dengan adat dan istriadat yang berlaku di kampong mereka. Karena tidak baik menolak hajat orang yang bertujuan baik. Karena hal tersebut akan membawa dampak buruk padanya di kemudian hari. Maka dari itu, keluarga si pemuda pulang dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk pernikahannya.

Di luar dugaan dua hari kemudian datang juga seorang pemuda dan keluarganya dan melamar si putri cantik. Karena lamaran pemuda pertama belum resmi dan pasti sekali. Maka terpaksa si putri cantik juga menerima lamaran si pemuda kedua. Dua hari kemudian kembali datang pemuda melamar lagi. Sampai akhirnya pelamar si putri sudah mencapai empat puluh orang. Keempat puluh pemuda tidak ada yang saling mengenal dan mengetahui kalau si putri sudah dilamar banyak pemuda. Hingga pada suatu hari semua pemuda yang melamar si putri hadir secara bersamaan di rumah putri untuk memastikan lamaran dan kapan pernikahan. Mereka bertanya satu sama lain, dan terkejut karena tujuan sama.

Putri yang cantik itu kebingungan, siapa yang akan dia terima jadi suaminya. Dia tidak dapat menentukan siapa yang akan dia pilih. Oleh karena itu, putri meminta waktu selama tujuh hari untuk menentukan pilihannya. Maka semua pemuda itu pulang dan datang kembali tujuh hari kemudian.

Saat ke empat puluh pemuda itu tiba di rumah putri cantik itu. Keadaan tubuh si putri telah berubah bentuk lain. Kakinya telah tertanam ke dalam tanah dan muncul akar-akar yang kita kenal dengan akar pohon enau.

“Kakanda semua, datanglah tujuh hari lagi. Aku akan menentukan siapa yang akan menikah denganku.” Kata si putri cantik. Keempat puluh pemuda itu kemudian pulang. Tujuh hari kemudian hanya setengah dari mereka yang tiba. Dua puluh orang pemuda menemui tubuh si putri sudah setengah berubah menjadi pohon enau.

“Kakanda semua, datanglah tujuh hari lagi agar Aku bias menentukan siapa yang akan menikah denganku.” Kata putri itu.

Tujuh hari kemudian seluruh tubuh putri cantik itu telah benar-benar berubah. Kuku menjadi akar, badannya menjadi batang, bagian dadanya menjadi buah enau muda, kepala menjadi daun, sedangkan rambutnya menjadi ijuk. Dalam tujuh hari itu juga, sudah ada kemayang yang menggantung dan siap di sadap.

Pada hari yang ketujuh terakhir itu. Yang datang hanya seorang pemuda, dialah yang melamar pertama kalinya. Sedangkan pemuda yang lainnya tidak mau lagi dan mengundurkan diri dari lamarannya. Pemuda itu, akhirnya merawat pohon enau itu. Dia memanen buah enau dan dibuat kolang-kaling. Dia juga menyadap bungah dan mendapat air nira. Kemudian dia jadikan gula merah dan semacam minuman memabukkan. Daunnya dia jadikan sapu lidi. Ijuk dia gunakan menjdi sapu dan atap rumah.

Sebelumnya putri cantik itu menjadi pohon enau, dia bersumpah, “barang siapa meminum airku besok lusa, dia akan merasa pusing dan ketagihan.” Itulah yang kita kenal dengan tuak enau. Pemuda itulah yang benar-benar mencintai si putrid an semua pemuda yang lainnya hanyalah tertarik sebab kecantikannya. Seburuk apa pun rupa kalau disyukuri pastilah ada maknanya.

Rewrite. Tim Apero Fublic
Editor. Joni Apero.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 21 Juli 2022.
Sumber. M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Wolio. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: 1985.

Sy. Apero Fublic

7/20/2022

SASTRA KLASIK: Mengenal Syair Kumbayat

APERO FUBLIC.-
Syair Kumbayat mengisahkan Putra Darman Syah yang bernama Zainal Abidin yang bergelar Fath Al-Arifin. Dia bersahabat akrab dengan anak para menteri, bernama Jafar Sidik, Umar Bakri, Abdullah Sinai, dan Muhammad Muhadin. Zainal Abidin mendapat bekal berbagai ilmu dari ayahnya.

Pada suatu hari Zainal Abidin bermimpi jatuh cinta kepada seorang putri. Kemudian dia pergi mengembara bersama keempat orang sahabat-sahabatnya tersebut, untuk mencari seorang putri yang dia impikan itu. Setelah ditemukan ternyata putri tersebut anak seorang pendeta. Putri itu, bernama Zubaidah dan saudaranya bernama Muhammad Tahir. Selanjutnya, Zubaidah dan Zainal Abidin menikah.

Pada suatu ketika di negeri Cina terjadi peperangan. Dalam peperangan tersebut Zainal Abidin dan keempat temannya tertangkap dan dipenjarakan. Karena pertolongan Zubaidah yang memiliki ilmu kesaktian, Zainal Abidin dapat dibebaskan dari penjara. Peperangan terus berlanjut kemudian, banyak putri-putri Cina yang tertangkap oleh pasukan Zainal Abidin.

Kemudian Zainal Abidin menikah dengan seorang putri Cina bernama Kilan Syah. Kilan Syah mempunyai seorang kakak yang bernama Kilan Suara. Selain itu, Zainal Abidin kemudian menikahi seorang putri bernama Ruki. Putri Ruki adalah teman Zubaidah dan selalu membatu Zubaidah.

Setelah perang, Zainal Abidin, teman-temannya kembali pulang ke Negeri Kumbayat. Kemudian Zainal Abidin diangkat menjadi raja di Negeri Kumbayat. Permaisuri Zainal Abidin bernama Lailah Bangsawan. Putri Zubaidah mendapat kehormatan yang tinggi karena dia telah banyak membantu Zainal Abidin. Dalam kepemimpinan Zainal Abidin, Negeri Kumbayat berkembang dan maju dengan pesat.Berikut cuplikan dari Syair Kumbayat.

1.Syair Kumbayat
Alhamdulillah maka tersebut.
Membaca dengan lidah yang lembut.
Janganlah diberi nafas berebut.
Kalimatnya lepas mengenanya luput.
 
Inilah puji yang amat nyata.
Memuja Allah Tuhan semesta.
Handai tolan yakin sekalian kita.
Supa kita jangan mendapat lata.
 
Inilah kisah suatu cerita.
Cerita Raja Kumbayat Negara.
Kerajaan besar tiada terkira.
Banyaklah raja-raja tidak setara.
 
Inilah gunanya ceritanya.
Seorang raja yang sangat besar.
Sultan Darmana Kumbayat namanya.
Memerintah negeri sangat adil.
 
Adil dan murah amat kepalang.
Lengkaplah dengan menteri hulubalang.
Takluknya banyak tidak terbilang.
Menghantar upeti tiada berselang.
 
Adil pandai pendekar Johan Pahlawan.
Gagah berani tiada berlawan.
Seorang muridnya sangat bangsawan.
Memerintah di bawah baginda nan tuan.
 
2.Negerinya besar jalannya tentu.
Dagang seraya buru pun di situ.
Ramainya bukan lagi suatu.
Indah makmur negerinya itu.
 
Beberapa pula saudagar yang kaya.
Berniaga di dalam negeri dia.
Pasarnya dihiasi dengan yang mulia.
Tempatnya orang bersuka ria.
 
……………………………………………………………..
 
153. Raja Muwayat buta dan tuli.
Patut diikat dengan tali.
 
Datangku ini hendak menyerang.
Mari engkau kulawan berperang.
Rakyatku banyak beribu orang.
Beberapa pahlawan pendekar yang garang.
 
Setelah didengar lascar segala.
Maranya seperti api menyala-nyala.
Mudah ketiga sama setala.
Menggertakkan kudanya sama terhela.
 
Seraya bertempik nyaring suara.
Sambil memusing-musingkan cakra.
……….. celaka kafir angkara.
Keluarlah engkau bersegera.
 
Amuklah pahlawan di negeri Kumbayat.
Beranimu itu hendak ku lihat.
Marilah sini segera laknat.
Kafir murtad tidak ………..
 
Setelah di dengar hulubalang ………….
Pahlawan bertempik menderu bahana.
Ia pun marah terlalu hina.
Memacu kudanya ke Padang Sujana.
 
Serta memalu tambur yang besar.
Menggerakkan segala rakyat lascar.
Sekaliannya marah pahlawan pendekar.
Musuh mengamuk terlalu gempar.
 
Kedua pihak lascar pun marah.
Bertikamkan tombak berlontarkan cakra.
Tempik dan sorak tiada terkira.
Sepertikan sampai ke atas udara.
 
Gemercinglah bunyi alat senjata.
Di tengah padang gegap gempita.
Hari yang terang gelap gulita.
Suatu pun tidak kedengaran nyata.
 
Berperanglah kafir Dengan Islam.
Matahari yang bersih menjadi kelam.
Seperti gempa bumi dan alam.
Rasanya dunia sepertikan tenggelam.


Buku syair Kumbayat setebal 207 halaman. Naskah aslinya dialihaksarakan oleh Drs. Muahammad Jaruki dan Drs. Mardiyanto kemudian disunting oleh Drs. Sriyanto. Sebagaimana sastra klasik lainnya, syair Kumbayat digubah seperti puisi. Terdiri dari bait-bait yang setiap bait terdapat empat baris kalimat. Ssusunan bait terdiri dari enam sampai sepuluh bait.

Syair Kumbata terdiri dari 153 susunan bait dan beraksara Arab. Kemungkinan aksara jawi atau aksara Arab Melayu. Buku Syair Kumbayat I diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1996. Naskah asli dapat dijumpai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta.

Disusun. Tim Apero Fublic
Editor. Joni Apero
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 20 Juli 2022.
Sumber: Muhammad Jaruki dan Mardiyanto. Syair Kumbayat I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

Sy. Apero Fublic