11/04/2020

Ringkasan Cerita: Babad Jawi Kartasura (Jilid Empat). Penipuan Belanda.

Apero Fublic.- Surat Komisaris diterima oleh panglima prajurit Panembahan Purbaya. Isinya, apabila perdamaian dapat tercapai, komisaris menjanjikan hadia yang lurabiasa. Panembahan akan diberikan keuntungan dagang Kompeni (VOC) senilai dua ribu real setiap tahun.

Serta dibebaskan menghadap secara tetap ke Kartasura. Membaca itu, Panembahan Purbaya bersedia berdamai dengan syarat, diampuni Natapura, Herucakra, dan Cakranegara beserta seluruh prajuritnya. Tohjaya bersama Surapati kemudian menemui Komisaris VOC di Gombong.

Sementara itu, Kompeni marah sekali mengetahui bahwa prajurit Citrasoma lari sebelum tugas mereka selesai. Dengan demikian Citrasoma harus membayar ganti rugi senilai seribu real pada Kompeni. Kompeni setuju dengan syarat yang diajukan oleh Panembahan Purbaya untuk damai. Surat balasan langsung dibawa oleh Tohjaya.

Selain itu, Panembahan Purbaya yang sedang sakit dibawa dengan tandu. Komisaris Dulkup menerima Panembahan Purbaya di Gombong. Perjalanan berikutnya menuju Kartasura melalui Semarang. Dengan demikian, rencana Belanda untuk menipu Panembahan Purbaya dan pengikutnya berjalan lancar.

Saat menerima Panembahan Purbaya, Panembahan Herucakra, Natapura dan Surapati di Semarang diterima dengan upacara kebesaran. Tetapi Pangeran Adipati Anom Mangkunegara diminta untuk pergi ke Kartasura lebih dahulu oleh Sunan (Panembahan Purbaya). Dengan alasan untuk lebih leluasa membuat perjanjian.

Setelah itu, Panembahan Purbaya dibawa ke Batavia melalui jalur laut. Panembahan Herucakra langsung dilayarkan (dubuang) oleh Belanda ke Afrika. Beliau dituduh telah menghasut para pangeran. Sedangkan Natapura, Jaka Tangkepan, Surapati, dan Suradilaga dibuang ke Serandil. Semua tidak dapat berbuat apa-apa. Karena sebelumnya mereka dilucuti persenjataannya.

Beberapa waktu kemudian, Pangeran Adipati Anom Mangkunegara diangkat sebagai Pangeran Harya Mangkunegara dan diberi hak menguasai wilayah seluas sepuluh ribu karya. Sedangkan Panembahan Purbaya beserta keluarganya setiba di Batavia (Jakarta) langsung dimasukkan kedalam penjara oleh Kompeni Belanda. Begitu juga dengan Raden Jimat yang menyusul sang ayah ke Kartasura ditangkap dan dipenjara. Di dalam penjara dia bunuh diri, dan dikubur di Sampang.

******

Tersebutlah seorang adik Surapati, bernama Surahim. Dia tidak ikut Surapati karena terluka saat terjadi perang, tinggal di Desa Dungkul. Dia telah sembuh dan mendengar kelicikan Kompeni Belanda. Sehingga kakaknya Surapati dan sahabatnya tertangkap dan dibuang ke Cylon. Surahim sangat marah, lalu melampiaskan kemarahan pada rakyat Pasuruan. Tidak seorang pun di Pasuruan dapat menghentikannya.

Sunan kemudian mengirim pasukan  untuk menangkapnya. Desa Dhukul diserang dan dibakar oleh pasukan Sunan. Surahim menyingkir ke hutan dan lolos. Surahim kemudian menyerang Kediri karena pasukan Kartasura tidak ada. Karena Sunan sedang ziarah ke Mataram (Yogyakarta). Tugas pengamanan Kediri diserahkan pada pasukan Sutayuda. Sutayuda dapat mendesak pasukan Surahim. Surahim beserta pasukannya mundur ke Malang.

Tohjaya diperintahkan oleh Sunan untuk memberikan bantuan pada Sutajaya. Kemudian diperkuat pasukan dari Surabaya, Gresik dan Sedayu. Pasukan Surahim terdesak kembali dan kembali mundur ke dalam hutan. Semua kesatuan pasukan kembali pulang tanpa hasil seperti semulah. Sementara itu, temenggung di Pati meninggal dunia dan timbul kekacauan, dipimpinan Suramenggala. Bahkan Suramenggala berhasil menyerang Kartasura pada malam hari.

Suramenggala dan pasukannya berada di alun-alun dan ingin berhadapan langsung dengan pasukan Pati Danureja. Suramenggala ingin diangkat menjadi raja di Kartasura. Pati Danureja menyanggupinya untuk mengangkat Suramenggala menjadi raja.

Dia hanya diminta sabar menunggu sampai pagi hari.  Suramenggala terlena dan lengah sehingga dapat ditangkap oleh pasukan pengawal. Keesokannya Suramenggala dan tujuh orang pengikutnya dihukum mati. Sedangkan rakyat yang hanya ikut-ikutan dipulangkan ke Gunung Kidul.

******

Sunan memiliki dua puluh delapan anak, dua puluh laki-laki dan yang beranjak dewasa dua orang dilahirkan dari istri (selir). Yaitu, Harya Mangkunegara dan Sanidya Sigit. Anak yang dilahirkan dari selir Dyah Kencana Wungu dua orang, yaitu Raden Mas Prabayasa dan seorang putri yang sangat cantik. Dari selir Kadipaten lahir empat orang putra.

Sunan Prabu kemudian menderita sakit. Telah banyak obat tidak mampu menyembuhkan penyakit. Sebelum wafat Sunan meninggalkan wasiat agar sepeninggal beliau, agar putranya yang bernama, Raden Prabayasa dinobatkan menjadi Sultan di Kartasura. Setelah wafat beliau dimakamkan di Gunung Merak Pajimatan, Imogiri.

Dalam pada itu putra Sunan yang bernama Pangeran Harya Mangkunegara telah menyiapkan diri untuk menggantikan ayahandanya. Pati menyarankan pada Pangeran untuk pergi keluar istana terlebih dahulu. Oleh karena Patih ingin berunding dengan pihak Kompeni Belanda.

Perundingan pun diadakan dan diperoleh kesepakatan untuk mengangkat Pangeran Dipati Anom Mangkunegara menjadi Sultan. Bergelar Sunan Mangkubuwono ke II dan bertahta di Kartasura. Saat pengangkatan sama dengan tahunnya dengan wafatnya ayahandanya di Batavia.

Kemudian Pati Danureja mencarikan calon permaisuri baru. Pilihan jatuh kepada Raden Ayu Supiyah, putri bungsu Panembahan Purbaya. Setelah diangkat menjadi permaisuri Sunan, Raden Ajeng Supiyah diberi gelar Ratu Kencana. Upacara perkawinan antara keluarga dilaksanakan dengan upacara Jawa yang meriah.

Kemudian Pati Danureja berulang-ulang meminta berita tentang Panembahan Purbaya kepada kompeni di Batavia. Karena dulu beliau dipenjara oleh Belanda. Diperoleh kabar bahwa Panembahan telah meninggal di dalam penjara. Sunan yang baru sekarang menjadi menantu Panembahan Purbaya.

Meminta agar jenazah dikembalikan ke Kartasura. Ki Saksana mendapat tugas untuk membawa jenazah beliau. Selain itu, Ki Saksana juga mendapat tugas memungut pajak dari Kompeni di Semarang sambil membawa jenazah Panembahan Purbaya ke Kartasura.

Panembahan Purbaya memiliki banyak putra dan putri dari garwa selir. Dua orang dari garwa Padmi. Tiba-tiba garwa Padmi meninggal dunia. Maka pangeran ingin mengawini janda almarhum Sunan MangkubuWono I. Meskipun Pangeran itu kakak Sunan Mangkubuwono II tetapi marahnya tidak dapat dipadamkan.

Mengingat janda tersebut bekas istri almarhum Sunan. Hal itu diketahui oleh Pati Danureja. Dia mencari jalan keluarnya, yaitu dengan cara membunuh wanita yang diinginkan Pangeran Harya. Pangeran Harya tidak luput dari hukuman, dia kemudian dibuang ke Semarang lalu ke Batavia.

Sebagai duta Sunan yang baru, Pati Danureja disambut dengan upacara kebesaran. Selama beberapa bulan berada di Batavia mempertanggung jawabkan semua yang dia kerjakan sebagai Pati di Kartasura. Dalan setahun dia ditanyai oleh dua orang Gubernur. Yaitu, Matiyusdahan kemudian diteruskan oleh Jendral Pakenir karena yang pertama mati.

Ketika masa pengusiran Pangeran Harya ke Batavia. Kompeni Belanda meminta biaya pada Sunan untuk biayah Pangeran Harya dan keluarganya senilai dua ratus real setahun. Selama Pangeran Harya tinggal di Batavia.

Pati Danureja kembali ke Kartasura. Setahun kemudian Sunan memperoleh seorang putra dan Ratu Kencana. Tapi putra beliau meninggal diusia anak-anak. Akibatnya hubungan Sunan dan Ratu Kencana menjadi retak. Dalam pada itu, Pati Danureja melampaui kewenangannya yang diberikan Sunan. Dia memecat seorang pegawai tinggi tanpa sepengetahuan Sunan. Akibatnya dia dihukum berat, dan dibuang ke Cylon.

Sunan Mangkubuwono II meminta kepada Kompeni agar memulangkan putra almarhum, yaitu Mangkurat Mas yang juga dibuang ke Cylon. Dengan harapan akan memperoleh kembali benda-benda warisan istana Kartasura yang dibawa oleh Mangkurat Mas. Benda pusaka tersebut terdiri; baju kebesaran, pedang, keris, dan gung kecil. Lalu dikirimlah tiga orang utusan ke Cylon.

Tiga orang putra almarhum Mangkurat Mas berhasil dibawa ke Jawa. Yaitu, Pangeran Mangkunegara, Pakuningrat, dan Jayakesuma. Semuanya dibawa beserta keluarga mereka dan dijemput di Semarang. Sunan merasa senang, karena semua benda yang diharapkan kembali. Pangeran Mangkunegara kemudian diganti namanya menjadi Pangeran Riyamenggala. Untuk keperluan hidup dia memperoleh tanah dari sunan seluas dua ratus karya.

Pangeran Pakuningrat diganti namanya menjadi Pangeran Tepasam. Juga mendapat tanah seluas dua ratus karya. Raden Jayakusuma diperkenankan menggunakan namanya semula dan mendapat tanah dari Sunan seluas tigaratus karya. Pati Danureja yang dibuang ke Cylon meninggalkan seorang putra, bernama Mas Gandewor.

Putra angkat Sunan Raden Mas Hurman meninggalkan tiga orang anak yang hidup menderita bersama rakyat biasa, bernama Raden Mas Sahid, Sambiyah, dan Sabar Semendhi. Sedangkan Pangeran Ngabehi putra Sultan Mangkubuwono I meninggalkan dua orang putra, bernama Raden Gunung dan Raden Mas Guntur yang dibesarkan oleh Pati Natakesuma.

*****

Demikianlah cerita singkat dari Babad Tanah Jawi jilid empat ini. Apabila Anda ingin mendalami lebih jauh lagi. Dapat membaca dan mempelajari pada buku alihaksara yang berjudu; Babad Jawi Kartasura 4 yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 3 November 2020.
Sumber: Ny. Sri Soeharini. Babad Jawi Kartasura 4. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.

Sy. Apero Fublic.

0 komentar:

Post a Comment