8/29/2020

KABA: Cerita Ringkas Si Manjau Ari

Apero Fublic.- Kaba. Datuak Bandaro seorang raja yang disegani di tanah Payuang Sakaki dan istrinya bernama Putri Lindung Bulan. Mereka mempunya dua orang anak. Yang laki-laki bernama si Manjau Ari dan yang perempuan bernama, si Murai Randin.

Datuak Bandaro ingin anak laki-lakinya menjadi seorang yang hebat dan gagah perkasa di Negerinya. Maka dia memberi saran kepada anaknya untuk menuntut beberapa ilmu. Tapi bagi putranya, si Manjau Ari yang dia inginkan hanya belajar mengaji pada seorang lebai di sebuah Kampung. Lebai itu bernama Lebai Panjang. Lebai adalah gelar tokoh agama sama seperti kiai.

Saat hendak memulai belajar, Manjau Ari dinasihati adiknya agar selalu patuh pada sang guru. Jangan suka membantah apa yang dinasihati sang guru. Nasihat adiknya selalu Manjau Ari ingat baik-baik. Maka mulailah belajar dengan tekun pada guru mengajinya.

Manjau Ari seorang anak yang cerdas, sehingga dia dengan mudah menguasai semua ilmu pengetahuan dari sang guru. Namun, sang guru timbul rasa dengki dan iri hati. Dia sangat khawatir kalau  Manjau Ari, muridnya sendiri akan mengalahkan kehebatan dirinya. Maka timbul niat Lebai Panjang untuk mencelakai Manjau Ari.

Dengan alasan kalau Manjau Ari diminta ayah dan ibunya untuk pulang. Kemudian sang guru juga ikut mengantar Manjau Ari pulang. Setiba di rumah Manjau Ari, sang guru jahat mengarang cerita buruk. Dia mengatakan pada Datuak Bandaro dan Putri Lindung Bulan kalau anak mereka Manjau Ari anak yang celaka, kurang ajar dan bodoh. Oleh sebab itu, sebaiknya Manjau Ari dibuang dan diusir dari rumah.

Karena yang berkata dalah seorang guru dengan gelar Lebai. Maka orang tua Manjau Ari mengikuti perkataan Lebai Panjang. Sehingga akhirnya, Manjau Ari diusir dari rumah. Mendapati hal demikian, Manjau Ari sadar kalau dia sudah difitnah oleh gurunya sendiri. Tapi dengan sabar dia pun diam saja tidak membantah hal tersebut.

Sebelum pergi, Manjau Ari meminta ibat nasi pada ibunya. Tapi, jangankan mendapat ibat nasi, malahan Manjau Ari mendapat sumpah serapa dari kedua orang tuanya. Dengan perasaan sedih Manjau Ari pergi melangkah entah mau kemana, tanpa tujuan. Air matanya jatuh tidak tertahan dan diapun menangis di dalam perjalanannya.

Waktu berlalu. Beberapa waktu kemudian tibalah dia pada suatu tempat. Karena lelah dalam pengembaraan itu, Manjau Ari sedang beristirahat. Beberapa saat kemudian, saat sedang istirahat itu lewatlah Raja Kinali. Dia bertanya pada Manjau Ari mengapa sebab dia sampai kesasar ketempat itu. Sebelumnya, Raja Kinali sudah ditunangkan dengan Murai Randin adik Manjau Ari.

Melalui Raja Kilani, Manjau Ari mengirim pesan pada adiknya Murai Radin. Untuk membawakan rencong dan emas perak. Murai Randin segerah mencari kakaknya untuk memberikan Rencong dan emas perak, dan bekalnya. Sesaat bertemu Murai Randin terharu diapun menangis melihat keadaan kakaknya. Manjau Ari memakan bekal yang dibawa oleh adiknya.

Setelah selesai makan, Manjau Ari bersiap pergi mengembara lagi. Dia meminta Murai Randin untuk pulang. Tapi Murai Randin tidak mau, dan Manjau Ari membujuk adiknya pulang tetap tidak mau. Akhirnya kakak beradik itu pergi mengembara bersama. Tibalah mereka di sebuah hutan belantara. Dari hewan buas sampai para perampok yang menyerang dan mengancam keduanya.

Beberapa waktu kemudian, sesaat setelah berkelahi melawan perampok. Manjau Ari merasa sangat lelah sekali. Sehingga dia mengantuk dan ingin tidur. Sebelum tidur dia berpesan pada adiknya, Murai Randin.

“Adinda, jangan mengambil rencong kakanda, sebab adinda akan terkena musibah, bahkan bisa meninggal dunia.” Pesan Manjau Ari. Murai Randin mengiakan dan Manjau Ari tertidur pulas. Beberapa saat kemudian Murai Randin merasa badannya kurang enak. Sehingga memerlukan obat untuk tubuhnya. Murai Randin mengambil buah pinang untuk membuat obat dirinya.

Karena tidak ada pisau atau alat lainnya. Murai Randin meminjam rencong kakaknya. Dia ingat pesan sang kakak. Tapi dia merasa tidak mengambil, hanya meminjam. Saat sedang membelah buah pinang atau buah bangka itu. Tanpa sengaja Murai Randin melukai tangannya. Darah mengucur deras dan tidak mau berhenti. Akhirnya, karena kehabisan darah Muarai Randin meninggal dunia.

Manjau Ari terbangun dari tidur pulasnya. Saat dia melihat adiknya berlumuran darah. Manjau Ari sangat panik dan berusaha menolongnya. Namun takdir telah berkata lain, Murai Randin telah meninggal dunia. Manjau Ari berusaha untuk bunuh diri. Dia tidak bisa menerima kematian adiknya. Namun anehnya seberapa keras dia berusaha untuk bunuh diri, tetap tidak mati dan tidak bisa.

Akhirnya Manjau Ari menyerah dan kembali mengembara. Dua bulan kemudian tibalah Manjau Ari di sebuah Kampung. Di sis kampung hidup sebuah keluarga sederhana, Keluarga Mande Rubiah. Memiliki dua orang anak.

Anak pertama bernama Puti Kasumbo dan anak kedua Puti Bonsu. Manjau Ari berjumpa dengan Mande Rubiah. Kemudian Manjau Ari diundang bertamu. Saat itulah, Manjau Ari bercerita tentang kehidupannya.

Mande Rubiah merasa prihatin dan sangat tersentuh dengan kisah Manjau Ari. Oleh Mande Rubiah Manjau Ari dipersilahkan tinggal di rumahnya. Mande Rubiah memberikan pakaian yang bagus dan bersih. Karena kebaikan Manjau Ari, maka Mande Rubiah menikahkan anak tertuanya Puti Kasumbo dengan Manjau Ari.

Dari pernikahan keduanya mendapat dua orang anak. Anak tertua bernama Rangin Pamenan dan yang kedua bernama Rajo Nyao. Puti Kasumbo wanita yang baik dan bijak sana. Dia membuat Manjau Ari dan kedua orang tuanya Datuak Bendaro dan Putri Lindung Bulan berbaikan kembali. Hubungan keluarga yang rusak sebab fitnah orang lain, Lebai Panjang.

Kedua anak Manjau Ari mulai dewasa. Keduanya akan menghukum Lebai Panjang kalau mereka sudah besar nanati. Sebab fitnah Lebai Panjang ayah mereka hidup menderita sejak kecil.

Sementara itu, Murai Randin ternyata hidup kembali sepeninggal Manjau Ari. Dia kembali pulang ke rumahnya. Saat waktunya tepat, Murai Randin menikah dengan Raja Kinali, tunangannya sejak kecil. Akhirnya, keluarga Manjau Ari kembali berkumpul dan hidup bahagia.

Rewrite. Apero Fublic.
Editor. Desti. S.Sos
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 29 Agustus 2020.
Sumber: Kaba si Manjau Ari. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.

Kaba adalah sastra klasik dari daerah Melayu Minangkabau atau Provinsi Sumatera Barat. Kaba sama dengan sastra klasik dari kawasan Melayu lainnya, seperti di Malaysia, Brunaidarussalam, Palembang dan lainnya. Cerita kaba bersifat hayalan atau fiksi namun memberikan nilai-nilai positif dan baik untuk pembacanya.

Sy. Apero Fublic.

0 komentar:

Post a Comment