Di Sumatera Selatan
ada beberapa istilah pemerintah tradisional, seperti Sumbai dan Pedatuan. Gelar
pemimpin mereka Depati, Datu, dan Puyang. Kawasan pedatuan terdiri dari
gabungan puluhan Talang-Talang.
Kawasan Pedatuan
dipimpin oleh seorang bergelar Depati. Talang dipimpin oleh seorang Datu. Gelar
bangsawan kala itu, Puyang. Pedatuan suatu kawasan wilayah merdeka, bersifat monarki
serta penduduknya masyarakat masih satu keturunan, genoalogis. Kelak pada
masa-masa pengaruh hindhu-budha berkembang menjadi Pemerintahan Marga.
*****
Tersebutlah sebuah
talang bernama Merbau Kembo. Salah satu talang yang terletak di Pedatuan
Dataran Negri Bukit Pendape. Dinamakan Talang Merbau Kembo, karena saat nenek
moyang mereka membuka talang pertamakalinya menemukan dua pohon merbau yang
berdiri berdekatan. Sehingga mereka namakan Talang Merbau Kembo. Waktu itu,
Talang Merbau Kembo dipimpin oleh Datu PuyangPekalang yang bijaksana. Dia dihormati
dan segani rakyatnya.
Pada masa itu, lahirlah
seorang anak bernama Bulanak. Lahir dari rahim wanita bertabiat buruk sekali.
Ibu Bulanak membunuh suami sah-nya dengan cara diracuninya. Karena dia
berselingkuh dengan seorang laki-laki beristri, yang kaya. Hubungan gelap itu
diiring dengan perzinahan. Ibu Bulanak menikah dengan selingkuhannya. Hasil
perselingkuhan diatelah hamil dan kemudian lahirlah anak laki-laki, yang diberi
nama, Bulanak. Menjadi istri muda selingkuhan Ibu Bulanak menjalankan ambisinya
untuk menguasai harta laki-laki itu. Dia kemudian meracuni istri suami barunya
itu. Sehingga dia menguasai harta dan suaminya yang sudah tua itu.
Beberapa tahun
kemudian, ibu Bulanak juga berselingkuh dengan adik iparnya. Namun, keburukan
ibu Bulanak akhirnya diketahui oleh suaminya. Dengan membayar pembunuh bayaran
ibu Bulanak akhirnya dibunuh juga. Bulanak dibesarkan kakeknya orang tua
ibu-nya. Seusia remaja, Bulanak membunuh kakek dan neneknya dengan cara
dicekiknya. Karena ingin menguasai uang dan harta bendanya.
*****
Bulanak mewarisi
sifat ibunya. Bulanak dengan kelicikannya, dia mulai mencari harta dengan
berjudi, menipu, dan meminjamkan uang dengan bunga tinggi. Teman berjudinya
kemudian banyak yang menjadi anak buahnya. Waktu demi waktu kekayaan dan uang
terus bertambah banyak.
Bulanak yang semakin
kaya dengan banyak anak buah. Suka berbuat jahat dan sewenang-wenang. Dia
memperkosa seorang gadis. Setelah itu, terpaksa dinikahkan oleh orang tua gadis
dengan Bulanak. Bulanak membayar denda emas dan mau bertanggung jawab. Dari
istri hasil memperkosa itu, mendapatkan anak pertamanya, Binat.Sifat sombong,
angkuh, serakah, tamak, gila perempuan, feodal, tidak mau kalah dari orang
lain, egois, bermain judi, adalah tabiat asli Bulanak.
*****
Ada dua orang gadis
cantik yang dia sukai di Talang Merbau Kembo. Bulanak tahu pasti dia akan
ditolak. Pertama, dia sudah beristri dan tidak disukai orang-orang. Untuk mendapatkan
gadis-gadis itu. Dia menyusun rencana licik. Dia mendekati orang tua
gadis-gadis itu. Dengan cara dia pinjami emas yang berbunga. Bunga hutang juga
berbunga. Sehingga hutang itu terus berlipat-lipat. Dari tahun ke tahun.
Tidak dapat membayar
lagi. Bulanak terus mengintimidasi dan menagih. Ancaman anak buahnya terus
menerus. Hingga akhirnya salah satu solusinya, Puyang Bulanak meminta untuk
dinikahkan dengan anak gadis mereka. Maka utang emas mereka di lunaskan.Dari
istri kedua dan ketiga itu, Bulanak mendapat dua anak laki-laki lagi, bernama
Ukim dan Limang. Ada juga mendapat beberapa anak perempuan.
Karena sudah merasa
kaya dan hebat. Bulanak menambahkan sendiri gelar bangsawan pada namanya,
menjadi Puyang Bulanak. Penduduk Talang Merbau Kembo sesungguhnya mencibir saat
dia memakai gelar puyang.
Sebab gelar puyang
untuk orang baik, orang jujur, pemimpin baik dan amanah, serta orang yang berilmu
lagi bijaksana. Bukan orang yang bertabiat buruk, suka berjudi dan berbuat dosa
seperti Bulanak. Pemberian gelar puyang melalui rapat adat, bukan menambahkan
sendiri.
*****
Waktu berlalu Puyang
Bulanak menjadi orang kaya raya. Puyang Bulanak ingin menjadi Datu Talang
Merbau Kembo. Namun dia tidak bisa, sebab kepemimpinan diwariskan turun
temurun. Kecuali keluarga tidak lagi ada yang dapat melanjutkan. Maka harus
dipilih Datu yang baru. Bulanak, juga tahu bahwa dirinya tidak akan dipilih
oleh warga talang. Satu-satunya cara dia berencana membunuh Puyang Pekalang,
Datu Talang Merbau Kembo dan keluarganya. Rencana dia susun rapi, serta
menunggu waktu yang tepat.
*****
Suatu ketika Puyang
Bulanak mendengar kabar kalau di Talang Gajah Mati ada seorang gadis yang
sangat cantik bernama Samida. Lalu mengutus anak buahnya untuk melamar.Tapi
lamarannya ditolak mentah-mentah. Bahkan Puyang Bulanak dicaci maki karena
kebusukan akhlaknya dan tidak tahu dirinya. Sudah memiliki tiga istri masih mau
menikahi anak gadis orang.
Tolakan itu, membuat
Puyang Bulanak naik pitam dan marah besar. Dia bermaksud merampas Samida gadis
tercantik di Talang Gajah Mati, secara kekerasan. Lalu pergi membawa seratus
orang anak buahnya. Tapi diluar dugaannya, ternyata keluarga si gadis yang
hendak dia rampas ternyata keluarga pendekar. Hanya Puyang Bulanak dan dua
orang anak buahnya saja yang selamat dari amukan warga Talang Gajah Mati. Itu
pun, terluka para.
*****
Beberapa bulan
kemudian, Samida menikah dengan pemuda bernama Kadram. Mereka yang pengantin
baru tinggal berdua di ladang yang jauh dari Talang Gajah Mati. Begitulah
kehidupan masyarakat zaman itu. Kehidupan keluarga baru dimulai dari berladang.
Puyang Bulanak yang
busuk dan menyimpan dendam. Berniat menculik Samida dan membunuh suaminya.
Suami Samida tewas ditembus tombak. Namun dalam insiden itu, mata Puyang
Bulanak ditusuk dengan kayu oleh Samida sampai tercerabut keluar bola matanya.
Puyang Bulanak
menjadi picak bermata satu. Sedangkan Samida yang tidak mau kehormatannya dirampas
Puyang Bulanak dan tidak ingin menjadi budak nafsu Puyang Bulanak.
Samida kemudian
menabrakkan dirinya pada mata tombak yang menancap di tubuh suaminya. Dia pun
meninggal seketika, Puyang Bulanak pulang tanpa mendapatkan apa pun selain
kehilangan mata sebelah kirinya.
Kematian Samida
dilaporkan kelurga mereka ke Puyang Depati. Keluarga Samida dan Keluarga Kadram
juga bersumpa akan membalas kematian keduanya. Sebagai bukti adalah biji mata
yang menancap di potongan kayu. Berarti orang tersebut sekarang bermata satu.
Penyelidikan dimulai, yang di curigai adalah Puyang Bulanak.
*****
Kehilangan mata
sebelah kirinya tidak membuat Puyang Bulanak sadar. Dia kini menjalankan
rencananya beberapa bulan lalu. Membunuh Datu Pekalang, karena dirinya ingin
menjadi Datu. Setelah menjadi Datu, dia ingin menjadi Depati di Pedatuan
Dataran Negeri Bukit Pendape.
Setiap tahun para
Datu menghadap Depati untuk memberi laporan dan upeti. Puyang Pekalang, dua
anak laki-lakinya, lima prajurit talang pergi ke Pedatuan. Dua anaknya akan
kepasar dan datu menghadap Depati. Di tengah jalan pulang mereka di cegat oleh
puluhan orang bertopeng. Terjadilah pertarungan hidup mati. Karena pertarungan
tidak seimbang. Maka terbunuhlah Puyang Pekalang, dua anak laki-lakinya dan
lima pengawal mereka.
*****
Peristiwa menjadi
gempar Pedatuan Bukit Pendape, Para Datu dan Depati mengadakan rapat besar.
Mereka membahas situasi yang buruk di Pedatuan akhir-akhir ini.
“Depati, apakah hal
ini ada sangkut pautnya dengan kejadian perampokan-perampokan sadis beberapa
tahun ini. Serta, kejadian pembunuhan sepasang suami istri di Talang Gajah
Mati.” Tanya seorang laki-laki perkasa di samping depati. Mereka memperhatikan
kondisi mayat yang sudah membusuk.
“Hulubalang, mungkin
saja. Tapi kita belum memiliki bukti kuat. Kau tugaskan empat orang mata-mata
mengawasi, menyelidiki orang-orang di Talang Merbau Kembo. Pembunuhan Datu
biasanya bersangkutan dengan keinginan orang ingin menjadi datu.” Kata Depati
pada Hulubalangnya.
“Siap Depati.
Kemudian muncul seorang prajurit dia melaporkan kalau keluarga korban sudah
datang untuk mengurus jenazah korban. Ada juga empat orang dari Talang Gajah
Mati ingin bermusyawara dengan Depati. Sehingga terjadi kesepakatan untuk
bekerja sama menyelidiki kejahatan yang banyak terjadi akhir-akhir ini di
Pedatuan Dataran Negeri Bukit Pendape.
*****
Pemilihan Datu Talang
berlangsung dua minggu setelah pembunuhan misterius itu. Puyang Bulanak ikut mencalonkan
diri. Dia bersama pendukungnya memberikan sekeping emas pada warga talang agar
memilihnya. Dengan cara membeli suara dan diikuti intimidasi dan ancaman
pembunuhan, Bulanak akhirnya terpilih menjadi Datu. Datu mata satu, Puyang
Bulanak.
*****
Berbekal bukti biji
mata yang menancap di potongan kayu. Dengan demikian, pelakunya pasti orang
matanya pecah satu. Kedua, Puyang Bulanaklah musuh satu-satunya keluarga Samida
dan keluarga suaminya. Maka, kesanalah tujuan pencarian pelaku.
Tuntutan hukuman pada
pelaku diberlakukan. Penyelidikan mulai dijalankan oleh Depati dan Keluarga
Samida. Beberapa barang hasil rampokan juga ditemukan di rumah Puyang Bulanak.
Karena dua orang
mata-mata Depati dan seorang kakak Samida berhasil meneliti kediaman Puyang
Bulanak. Mereka juga menyaksikan mata Puyang Bulanak juga pecah satu. Yang dia
tutup dengan ikatan kain sebelahnya.
Karena itulah, Depati
mengirim sepuluh orang prajurit pedatuan untuk menangkap Puyang Bulanak. Tapi
Puyang Bulanak menantang balik dan dia berkata akan mengambil alih kekuasaan
Depati dan menurunkan tah-tahnya. Sepuluh prajurit dibunuh, lalu kepala mereka
dikirm ke Depati. Yang membuat depati sangat marah. Sehingga dia sendiri turun
tangan untuk menangkap Puyang Bulanak.
*****
Depati, dua orang
Hulubalang, dan lima puluh orang prajurit. Bergerak menuju Talang Merbau Due.
Mereka sudah habis kesabarannya. Depati sebagai pemimpin tertinggi harus
menegakkan hukum. Serta menghukum Puyang Bulanak. Dalam perjalanan, mata-mata
Puyang Bulanak mengintai.
Memberi tahu pada
Puyang Bulanak kalau Pasukan Depati telah mendekat Talang Merbau Kembo. Puyang
Depati tidak membawa pasukan yang banyak. Karena hanya ingin menangkap Puyang
Bulanak. Tapi perhitungan Depati salah. Dan jebakan Puyang Bulanak mengena.
Sehingga Puyang
Bulanak tidak mempersiapkan banyak pasukan untuk perang. Sedangkan Puyang
Bulanak mempersiapkan anak buahnya yang banyak. Juga banyak penduduk yang
dihasut dan dibayar untuk menjadi pasukannya. Sehingga Puyang Bulanak memiliki
tiga ratus orang anak buah.
Di perbatasan Talang,
ada tanah lapang berumput hijau. Di sini tampak sekitar seratus orang
menghadang Pasukan Puyang Depati. Mereka bersenjata lengkap, pibang kiri dan
pibang kanan milik masing-masing. Pertanda mereka siap berperang.
“Kalian tahu kalau
aku Depati Pedatuan Dataran Negeri Bukit Pendape. Aku datang untuk menangkap
penjahat dan pembunuh. Menegakkan ketertiban hukum di daerah kita. Agar
penduduk hidup rukun dan damai.” Depati berkata pada pimpinan penghadang.
“Kami akan menjadi
penguasa baru di Pedatuan kita ini. Puyang Bulanak akan menjadi Depati baru.
Talang Merbau Kembo akan menjadi pusat pemerintahan. Maka tidak ada kompromi
lagi. Kalian akan kami singkirkan hari ini.” Kata pemimpin mereka. Orang itu
bernama Lampelu, tangan kanan Puyang Bulanak.
Tidak berapa lama
secara serentak seratus orang itu menyerang lima puluh orang. Depati dan
Pasukannya di kepung dan terjadi pertarungan dua lawan satu. Dengan sabar dan
hati-hati, paskan terlati Depati dapat mengalahkan satu demi satu anak buah
Puyang Bulanak. Beberapa saat kemudian, sepuluh pasukan gugur dan lima puluh
lima anak buah Puyang Bulanak tewas.
Melihat keadaan
tersebut, dari sekeliling tanah lapang tempat berperang mereka muncul dua
ratusan orang anak buah Puyang Bulanak dan Puyang Bulanak yang tampak memakai
penutup mata kirinya. Puyang Bulanak melangkah perlahan mendekati arena
peperangan dengan tawa kemenangan. Keadaan mulai berbalik, Puyang Depati dan
pasukannya kembali terjepit dan terkepung luar biasa.
“Menyerahlah Depati
Tua, aku akan mengampuni dirimu. Asal kau dan pasukanmu mau menjadi anak
buahku.” Kata Puyang Bulanak.
“Aku lebih baik mati
dari pada menjadi budakmu, Bulanak busuk.” Jawab Depati sambil meladeni
serangan bertubi-tubi. Beberapa pasukan kembali gugur dan terluka parah. Dalam
keadaan genting itu. Muncul dari balik semak-semak hutan sekitar empat puluh orang
laki-laki.
Mereka membawa bambu
tajam yang diikat pada kayu memanjang. Sehingga mirip ranjau panjang. Lalu
dibawa berlari kencang dan mengarahkan ujung bambu yang tajam pada anak buah
Puyang Bulanak. Serangan tiba-tiba itu, membuat anak buah Puyang Bulanak kalang
kabut. Banyak yang tewas tertembus bambu-bambu itu.
Penyerang dengan
bambu tajam dilakukan berkali-kali. Serangan teratur dan terencana. Sehingga
hampir seratus orang tewas di ujung bambu bambu-bambu runcing itu. Empat puluh
penyerang tidak dikenal itu sangat tangkas. Satu orang dapat melawan lima
orang.
Depati melihat
kesempatan menang. Dia berteriak menyemangati sisa pasukannya. Dalam waktu
cepat puluhan anak buah Puyang Bulanak Tewas. Banyak juga yang melarikan diri.
Puyang Bulanak hendak
melarikan diri melihat keadaan yang tidak memungkinkan. Namun dia dihadang oleh
dua orang penyerang. Kemudian dua penghadang membuka topeng kainnya. Ternyata
keduanya adalah wanita.
“Aku ibu Samida.”
“Aku ibu Kadram.”
Puyang Bulanak kaget
sekali. Dia sadar kalau penyerang baru datang adalah keluarga Kadram dan
Samida. Hati Puyang Bulanak menjadi kecut. Dia tahu kalau orang-orang Talang
Gajah Mati adalah kelompok pendekar silat. Puyang Bulanak menerjang dan
menyabetkan pibangnya. Namun kedua wanita berumur lima puluhan tahun itu pandai
mengelak.
Serangan Puyang
Bulanak hanya menyabet angin. Dia menjadi kerepotan saat dua wanita itu
menyerang bersama. Walau dia mempu mengimbangi. Tapi dia tidak dapat lari dari
hadangan dan jepitan. Saat dia sadar ketika semua anak buanya telah tewas.
Beberapa yang tertangkap tampak di penggal. Mulai ciut nyali Puyang Bulanak.
Se-sosok bayangan menerjang dan menyerang Puyang Bulanak.
“Bukankah dahulu kau
sudah merasakan tajamnya mata pibangku, Bulanak.” Ujar laki-laki itu. Kali ini
kau tidak akan bisa lolos dariku.” Kemudian laki-laki itu mengambil
sesuatu dari balik pinggangnya yang dibungkus kain. Lalu dia melemparkan di
hadapan Puyang Bulanak.
“Ini biji matamu yang
ditusuk anakku. Aku akan menghukummu atas kejahatanmu.” Kata laki-laki itu,
yang diiringi serangan pibang dan terjangan keras.
"Crott. Sebilah
pibang kidau menancap di punggungnya. Luar biasa serangan orang itu. Cepat dan
tangkas dan tak dapat dielakkan Puyang Bulanak. "Aku ayah Kadram."
Katanya.
Dalam beberapa jurus
kemudian, Puyang Bulanak kembali terkena sabetan di betis kiri dan bahu. Darah
mengucur, dan diikuti tendangan keras di dadanya. Sabetan di kaki kanan dan
membuat Puyang Bulanak tidak dapat berdiri lagi.
Dia merayap menahan
sakit di jalanan menuju rumahnya. Semua mengiringi dan membiarkan Puyang
Bulanak merayap, mati perlahan-lahan. Memang kematian perlahan-lahan diinginkan
keluarga Samida dan Keluarga Kadram. Depati dan pasukannya menonton saja.
Memang balasan setimpal untuk Puyang Bulanak.
Sementara itu, Penduduk
Talang Merbau Kembo mendengar kalau Puyang Bulanaklah yang membunuh Datu mereka
beberapa bulan lalu. Membuat keluarga Datu marah dan menyerang keluarga Puyang
Bulanak. Puyang Bulanak yang terus merayap di tanah menuju rumahnya. Di
sepanjang jalan darahnya berceceran.
“Jangan bunuh aku,
Jangan!!!. Aku akan memberikan kalian emas yang banyak, ternak, padi, dan
rumahku. Kata Puyang Bulanak ketakutan. Sampailah di halaman rumahnya bermaksud
memberi Depati dan keluarga musuh-musuhnya harta benda untuk menyelamatkan
nyawanya. Tapi sesampai di depan rumahnya, dia sangat terkejut. Matanya melotot
dan air matanya menetes. Sia-sia semua perjuangan busuknya selama ini.
Melihat semua rumah
dibakar penduduk, harta bendanya dijarah. Dua anak laki-lakinya tampak terikat
dan babak belur. Puyang Bulanak melihat anak perempuannya menangis. Penduduk
sangat marah, seorang keluarga Datu Pekalang melemparkan tombak ke arah Puyang
Bulanak. Lalu menembus dadanya, matanya mendelik.
Dia melihat dua
anaknya yang terikat. Ketika itu, seorang laki-laki mengayunkan pibang
memenggal dua anaknya berturut-turut. Puyang Bulanak sadar kalau dia sedang
mendapat balasan setimpal. Semua tidak terkendali, membuat sedih Puyang Depati
sebagai pemimpin. Rakyatnya terbakar emosi dan dendam.
******
Puyang Bulanak
menghadapi sakaratul maut. Terlintas semua dosa dan kejahatannya selama hidup.
Termasuk sumpahan dari Samida yang suaminya dia bunuh. “Dasar manusia sombong,
busuk dan jahat. Aku sumpahi kau akan mati sengsara dan anak keturunanmu mati dibantai
dan terusir, dari Negeri Bukit Pendape. Kau akan terkutuk, selamanya.”
Sumpah Samida
terbanyang di mata Puyang Bulanak. Sumpa Samida nantinya memang terbukti.
Sampai sekarang nama Puyang Bulanak juga menjadi sebutan untuk pemimpin jahat
atau orang jahat. “Dasar Puyang Bulanak.” Itulah kata-kata orang Melayu yang
mengutuk seseorang pemimpin jahat. Terkutuk selamanya.
Puyang Bulanak baru
tahu kalau hidup ada batasnya. Baru sadar kalau dirinya hanyalah orang rendahan
yang busuk dan jahat. Hanya anak Puyang Bulanak yang bernama Binat selamat. Dia
berlari entah kemana sebelumnya. Binat ikut perang di lapangan, tapi dia
melarikan diri bersama beberapa anak buah Puyang Bulanak.Semua anak buah Puyang
Bulanak yang tertangkap dan menyerah dibawa ke pedatuan dan dihukum sesuai
kejahatannya.
*****
Ternyata sebelum
penghukuman Puyang Bulanak. Ada seorang wanita buruk akhlaknya yang mengincar
harta Puyang Bulanak. Wanita itu, menggoda Puyang Bulanak dan sering berzina
dengan Puyang Bulanak.
Wanita itu telah
hamil beberapa bulan. Saat Puyang Bulanak dihukum mati. Dari wanita itulah
lahir anak laki-laki. Hidup di Pedatuan Dataran Negeri Bukit Pendape,
berketurunan dan beranak cucu. Masyarakat Pedatuan dan masyarakat Talang
Merbau Kembo tidak ada yang tahu.
Konon menurut
orang-orang tua. Anak Puyang Bulanak dari perzinahannya dan dari anaknya
bernama Binat itulah dikemudian hari menurunkan orang-orang jahat, bandit,
penjudi, pezinah, suka main perempuan, dan lainnya. Begitu juga pemimpin yang
korup, membeli suara saat pemilihan, dan tidak amanah adalah keturunan Puyang
Bulanak.
0 komentar:
Post a Comment