PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan swasta yang bergerak pada bidang usaha Publikasi dan Informasi dengan bidang usaha utama Jurnalistik.

Buletin Apero Fublic

Buletin Apero Fublic adalah buletin yang mengetengahkan tentang muslimah, mulai dari aktivitas, karir, pendidikan, provesi, pendidikan dan lainnya.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang semua keilmuan Humaniora. Mulai dari budaya, sejarah, filsafat, filologi, arkeologi, antropologi, pisikologi, teologi, seni, kesusastraan, hukum, dan antropologi.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas, meneruskan tradisi tulis tradisional asli Sumatera Selatan.

Apero Fublic

Apero Fublic, merupakan merek dagang PT. Media Apero Fublic bidang Pers (Jurnalistik).

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru yang asli dari penulis.

8/12/2019

Mitos Puyang Burung Jauh: Terbentuknya Desa Penggage dan Desa Sugiwaras

Apero Fublic.- Puyang memiliki dua pengertian, secara sempit dan secara luas. Secara sempit Puyang adalah panggilan untuk orang yang lebih tua dari kakek atau nenek. Orang yang di tuakan. Secara luas, puyang adalah gelar untuk orang tua terdahulu yang memiliki kesaktian atau kemampuan lebih. Puyang juga bermakna leluhur, dari suatu kelompok masyarakat. Munculnya gelar puyang di kemudian hari, setelah orang tersebut sudah tidak lagi hidup. Sehingga muncul banyak cerita legenda dari orang tersebut.

Mitos Puyang Burung Jauh sangat populer zaman dulu di  masyarakat Melayu Sumatera Selatan. Burung Jauh adalah sejenis burung yang berbunyi “jauhjauhjauh.” Maka masyarakat mengartikan kalau itu adalah peringatan agar masyarakat pergi selekasnya dari tempat itu. Karena dianggap akan datang sesuatu yang buruk di tempat pemukiman mereka.

Orang Melayu menganggap burung tersebut adalah jelmaan orang sakti. Dia datang memberi peringatan pada masyarakat di suatu tempat. Misalnya masyarakat yang mendiami sebuah Desa, Talang, atau Ladang. Kemudian mereka mendengar suara burung jauh di sekitar pemukiman mereka. Maka masyarakat tersebut akan segerah pindah. Walaupun pemukiman yang mereka tempati sudah lama, berumah bagus, sudah ada perkebunan harta benda mereka. Mereka akan tetap meninggalkan pemukiman tersebut.

Masyarakat berpendapat kalau Burung Jauh adalah Jelmaan Seorang Sakti dari para leluhur orang Melayu untuk melindungi mereka. Masuknya Islam, masyarakat berpendapat Puyang Burung Jauh menurut kepercayaan orang-orang Melayu Sumatera Selatan adalah penjelmaan karomah dari wali-wali Allah. Ada juga yang berpendapat Puyang Burung Jauh adalah jelmaan dari Nabi Khidir.

Menurut mereka, Nabi Khidir datang untuk memberikan peringatan akan adanya mara bahaya atau keburukan yang menimpa tempat yang di diami penduduk. Karena orang Melayu adalah umat Islam yang di cintai oleh Rasulullah SAW. Berikut tiga jenis keburukan yang kemungkinan menimpah masyarakat yang didatangi Burung Jauh.

1. Penanda Ada Bencana Alam
Menurut masyarakat salah satu bentuk peringatan tersebut dari bencana alam. Seperti banjir besar, gempa, kebakaran, gunung meletus, angin topan.
2. Penanda Kalau Ada Marabahaya
Puyang Burung Jauh juga memberi tanda kalau akan ada mara bahaya. Misalnya serangan musuh, serangan hewan buas. Misalnya akan dilalui oleh kawanan gajah, kawanan harimau. Bencana kelaparan atau gangguan suban (siluman).
3. Mitos Adanya Wabah Penyakit
Misalnya adanya penularan wabah penyakit. Sehingga dengan pindah masyarakat akan dapat menghindari wabah tersebut.

Puyang Burung Jauh datang memberi peringatan. Kedatangannya berarti sudah sangat penting urusannya. Sehingga mau tidak mau harus pergi. Kalau tidak sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka semua. Belum ada keterangan yang kuat tentang bentuk dan rupa Burung Jauh.

Ada masyarakat menceritakan kalau Burung Jauh sangat kecil seperti burung pipit. Tapi memiliki suara yang kuat dan nyaring. Ada juga masyarakat menerangkan kalau Burung Jauh sebesar burung elang. Bulunya putih bersih dan berjambul putih yang melingkar seperti sorban seorang ulama. Ada juga masyarakat menyatakan seperti burung merpati.

Yang paling banyak berpendapat: karena orang sakti maka dapat menjelma jadi bentuk burung apa saja sesuai kemauannya. Seperti burung merpati, elang, pipit, punai dan sebagainya. Yang pasti Burung Jauh tersebut berbunyi jauh, jauh, jauh. Kadang berbunyi sampai tiga hari tiga malam. Kadang berbunyi beberapa kali saja tapi didengar jelas oleh penduduk.

Peristiwa nyata dan menjadi bukti yang menjelaskan kepercayaan masyarakat Melayu adanya Puyang Burung Jauh. Terjadi di awal abad ke-18 M semasa kesultanan Palembang Darussalam. Waktu itu, Marga Sanga Desa dipimpin oleh Pasirah Pangeran Mangkurebin. Perpindahan besar-besaran orang-orang Melayu di pedalaman yang tinggal di sepanjang Sungai Keruh anak dari Sungai Punjung terjadi.

Pada awalnya mereka semua di datangi oleh Burung Jauh sehingga mereka pergi. Meliputi Dusun Irik, Dusun Tinggalam, Talang-Talang sekitarnya semuanya meninggalkan daerah mereka dengan terburu-buru. Sebagian penduduk yang melarikan diri ke hulu Sungai Punjung, kemudian masuk ke terusan-terusan sungai kecil lalu sampai di tepian Sungai Musi. Kemudian mereka menetap dan membentuk Dusun Penggage.

Sebagian lagi masyarakat tersebut juga tiba di tepian Sungai Musi dari arah yang berbeda yang kemudian membentuk Dusun Sugiwaras. Sugiwaras kemudian menjadi ibu kota Marga Punjung semasa Pemerintahan Kolonial Belanda.[1] Sekarang kedua desa ini masuk dalam administrasi Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin.

Perpindahan penduduk yang tersebut adalah bentuk dokumentasi dari kepercayaan adanya Puyang Burung Jauh. Entalah apakah Burung Jauh adalah mitos atau kenyataan, Wallahu a'alam bish-shawabi.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 27 Juli 2019.
Sketsa: Apero Fublic
Mohd. Oedji Anang. Sejarah Marga Sanga Desa dan Silsilah Pasirah-Pasirah yang Pernah Memimpinya. Bandung: t.pn, 1985. Wawancara dengan warga masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.


[1]Mohd. Oedji Anang, Sejarah Marga Sanga Desa dan Silsilah Pasirah-Pasirah yang Pernah Memimpinya, Bandung: t.pn, 1985,  h. 29.

Sy. Apero Fublic

8/11/2019

Mitos Makhluk Iyau Pada Masyarakat Melayu

Apero Fublic.- Pada masyarakat Melayu Sekayu ada sebuah cerita rakyat yang sudah turun temurun. Tidak tahu dari mana asal cerita, namun cerita ini tersebar di tengah masyarakat. Cerita rakyat tentang mahluk yang tidak dikenal, bernama Iyau. Iyau adalah mahkluk yang menggabungkan tiga unsur; unsur manusia, unsur hewan, dan unsur suban (siuman) atau makluk halus.

Para orang tua dahulu sadar kalau unsur sastra dapat menjadi media pengajaran yang sangat baik pada manusia. Ajaran yang diselipkan dalam sastra lisan atau tertulis dapat berupa sastra nasihat atau sastra melindungi. Fungsi cerita rakyat makhluk Iyau adalah untuk melindungi. Untuk menakuti anak-anak agar tidak bermain terlalu jauh dari pemukiman. Sebab pada masa dahulu hutan-hutan sangat lebat dan banyaknya binatang buas menjadi ancaman.

Cerita juga diselipkan untuk pengendalian sosial, seperti hubungan wanita dan laki-laki. Para orang tua yang harus bekerja di ladang atau beraktivitas jauh dari rumah. Akan sulit mengawasi anak-anak yang suka bermain terutama di sungai sebagai tempat mandi dan bermain. Orang Melayu dahulu setiap pemukiman  selalu di pinggir sungai-sungai. Hampir setiap nama sungai selalu menjadi nama tempat.


Anak-anak, saat musim kemarau mereka akan berjalan jauh menyusuri sungai-sungai mencari ikan, siput, kerang, kepiting dan sebagainya. Musim kemarau dimana ular berbisa, hewan buas seperti harimau, beruang, serigala dan gajah akan mendekati sumber air. Maka dikhawatirkan anak-anak akan di serang oleh hewan-hewan lapar tersebut.

Begitupun di hutan yang lebat akan membuat anak-anak tersesat dan juga kemungkinan diserang binatang buas. Kaum wanita juga rentan dengan pelecehan seks sual di sungai. Atau akan terjadinya seks tidak sehat mengingat sungai adalah bagian interaksi masyarakat waktu itu.

Menurut cerita masyarakat, bahwa makhluk Iyau ini muncul biasanya saat kemarau panjang. Pernah suatu ketika, orang tua (orang zaman dulu) bertemu atau melihat. Yaitu, memergoki Iyau sedang berjalan menyusuri tepian sungai. Orang tersebut melihat mengintif dari atas tebing sungai.

Memperhatikan dan mengingat ciri-cirinya. Mahkluk Iyau menyusuri sungai-sungai yang setengah kering mencari makanan seperti, siput, keong, kepiting, labi-labi, ikan, berang-berang atau apa saja yang dapat ditemukan di sepanjang sungai. Memakan semuanya mentah-mentah secara langsung tanpa di masak atau di olah.


Saat mencari pasangan hidup Iyau juga sering menculik manusia untuk istri atau suaminya. Mahluk ini menyihir sehingga manusia yang di culik lupa diri atau tidak sadar. Mungkin sama seperti di hipnotis zaman sekarang. Manusia yang di culik dibawak kemana mereka pergi. Mengikuti dari belakang tanpa menyadari dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Perlahan-lahan manusia yang mereka culik akan berubah secara psikologis dan fisik seperti Iyau.


Makhluk Iyau bermulah dari manusi-manusia yang dikutuk. Tersebutlah seorang Datu Puyang Depati Sakti. Puyang Depati Sakti, zaman dahulu pemimpin orang Melayu di suatu tempat. Kesaktian Puyang Depati Sakti mampu mengutuk manusia. Konon Puyang Depati Sakti adalah guru Si Pahit Lidah. Suatu ketika ada seorang istri bermain serong dengan seorang lelaki beristri. Kemudian kedua sering berzina di dalam Sungai. Perbuatan mereka itu kemudian di ketahui masyarakat dan mereka ditangkap.

Lalu Puyang Depati Sakti sebagai Datu di daerahnya memberikan hukuman berupa kutukan. “Kalian berdua adalah manusia, bersifat seperti binatang dan mengikuti ajaran suban. Akal terbalik dan jalan hidup terbalik. Maka, jadilah kalian dari ketiganya.” Sepuluh tahun kemudian, terjadi lagi perzinahan di dalam sungai. Seorang gadis dan seorang bujang kali ini. Kembali Datu Puyang Depati Sakti memberikan kutukan. “Kalian berdua adalah manusia, bersifat seperti binatang dan mengikuti ajaran suban. Akal terbalik dan jalan hidup terbalik. Maka, jadilah kalian dari ketiganya.”


Keempat manusia itu menjadi Iyau yang sering berjalan di sepanjang sungai di musim kemarau. Pasangan pelaku serong sering menculik anak-anak untuk dijadikan anak mereka. Pasangan zina si bujang sering menculik wanita untuk dijadikan Istrinya. Pezina gadis itulah Iyau yang sering menculik laki-laki untuk dijadikan suaminya. Ada juga yang berpendapat kalau mereka menculik sesuka hati mereka tanpa memilih.


Menurut masyarakat ciri-ciri makhluk yang dinamakan Iyau:
1. Bentuk tubuh sama seperti manusia, seperti kepala, bertangan dua, tubuh, paha, dan berkaki.
2. Telapak kaki makhluk Iyau terbalik, yaitu bagian tumit di depan dan jari di bagian belakang. Kegunaan telapak kaki terbalik untuk mengecoh manusia. Sehingga saat manusia mencari mereka akan salah arah saat mengikuti jejaknya.
3. Seluruh tubuh Iyau ditutup oleh buluh lebat sepanjang lima centimeter dari wajah sampai ke kaki.
4. Tangan Iyau sepanjang tubuhnya. Kalau manusia panjang tangan  hanya sebatas paha saat dijulurkan. Tangan makhluk Iyau sampai mata kaki. 
5. Mata mahkluk Iyau bentuk matanya bulat seperti buah tomat. Kalau manusia bolah matanya hitam putih, mata Iyau berbentuk bulat buah, berwanah merah biji matanya, dan hitam sekelilingnya.
6. Makhluk Iyau mulutnya membuka ke samping kiri dan kanan. Berbeda dengan mulut manusia yang membuka keatas dan ke bawah.
7. Makhluk Iyau dapat berjalan atau berlari-lari diatas semak-semak atau dedaunan.
8. Rambutnya sangat panjang sampai ke mata kaki dan ada juga yang lebih sampai menyentuh tanah. Saat berjalan rambut seperti menyapu tanah.

9. Pakaiannya berupa dedaunan yang di rangkai-rangkai.
10. Makhluk Iyau tidak berbicara seperti manusia. Tapi berbunyi sebentuk seperti hewan, mereka berkata atau berbunyi "Iyau. Iyau. Iyau." Hanya begitu saja sehingga orang menamakannya Iyau.

Mitos makhluk Iyau masih hidup subur di tengah masyarakat Melayu di Sumatera Selatan, terkhusus di daerah Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin. Bahkan masyarakat masih sangat percaya kalau makhluk Iyau benar-benar ada. Entalah, Wallahu a'lam bish-shawabi.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 12 Agustus 2019.

Sumber: Cerita di tengah masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Sketsa: Apero Fublic.

Sy. Apero Fublic