11/09/2019

Atfecs: Penyakit Masyarakat Pemakan Kotoran Sosial.

Apero Fublic.- Atfecs adalah  suatu penyakit sosial masyarakat. Sering juga di sebut dengan kelompok manusia-manusia pemakan kotoran sosial. Atfecs diambil dari dua kata dalam bahasa Inggris, ate dan fecesAte yang bermakna makan atau memakan. Sedangkan kata feces adalah kotoran manusia atau tinja.

Zaman sekarang penyakit ini menyerang hati dan pemikiran manusia. Para pengidapnya terdiri dari bermacam-macam kelompok masyarakat. Terdiri dari berbagai profesi dan tingkatan. Penyakit ini sangat merusak dan salah satu penyebab akutnya korupsi di Indonesia. Berikut ulasannya.

Misalnya dia seorang kepala Dinas   di suatu departemen. Gaji bulanannya sepuluh juta. Kemudian dia ingin terlihat berhasil dan hebat. Ingin memenuhi kebutuhan yang banyak dalam waktu yang cepat. Kebutuhan misalnya beli mobil anak-anaknya, henpon anak-anak yang mahal, kebutuhan makan yang mewah.

Semua itu, bentuk dari keinginan terlihat kaya. Itulah yang menyebabkan orang-orang tersebut mengidap penyakit atfecs atau parasit pemakan kotoran sosial masyarakat. Misalnya ada keluarga si kepala dinas yang ulang tahun. Kemudian makan keluar dan menghabiskan uang tiga sampai empat juta untuk sekali makan saja. Belum lagi untuk membeli hadiahnya.

Atau makan keluar dengan keluarga dengan hura-hura. Sehingga dia bangga dilihat khalayak ramai bahwa dia orang kaya dan orang sukses. Di dalam hatinya berkata, "aku ini seorang kepala dinas loh." Tapi apakah dia sukses!!! Tidak, dia sedang bermain teater sendiri. Sutradara sendiri, panggung sendiri dan menulis sekenario sendiri.

Dari mana si kepala dinas ini mencari untuk uang-uang tersebut. Gajinya hanya sepuluh juta sebulan. Belum biaya-biaya yang lainnya. Tanpa gaya-gaya demikian dia merasa bukan kepala dinas. Untuk memenuhi gaya-gayanya tersebut. Maka dia mencari jalan pintas. Misalnya, minta Pe dari kontraktor dari proyek-proyek. Menunda SK pegawai honorer dan meminta uang saat mau menjadi PNS. Atau jual beli jabatan istilahnya, dan sebagainya.

Penyakit atfecs ini menyebar kemana-mana. Dimana paham materialisme dan simbol-simbol meningkat. Manusia menjadi homoriaisme yang melampaui batas. Homoriaisme adalah manusia yang gila pamer-pamer dan suka dipuji-puji, olok-olok tentang diri sendiri. Padahal semua penghasilannya mendapatkannya sangat kepayahan dan haram.

Dari korupsi, kreditan, ngutang, sampai menipu dan kadang juga mencuri. Kita lihat misalnya seorang individu polisi nakal yang mencari-cari kesalahan sepeda motor. Lalu pura-pura mau menilang dan mengajak damai. Itulah salah satu cara menipu dan berbarengan dengan korupsi. Untuk apa uangnya, untuk jadi kaya atau terlihat sukses.

Pengidap penyakit atfecs bisa jadi orang miskin yang pura-pura kaya. Atau orang yang sedikit punya kelebihan. Misalnya seorang yang tinggal di kota pulang kampung dia menipu penampilan agar terlihat sukses. Orang yang sedikit punya kedudukan misalnya dia seorang individu Polisi, TNI, DPR Pusat atau Daerah.

Seorang dosen, seorang bupati, gubernur, mentri, PNS, dokter, sarjanah dan sebagainya. Dikalangan swasta juga demikian. Tidak lepas dari penyakit atfecs tersebut. Misalnya dia seorang stap disebuah perusahaan.

Karena ingin terlihat berhasil dan sukses di tengah masyarakat. Maka dia tidak suka lagi makan makanan tradisional. Menurutnya kampungan sedangkan dia di kota dan seorang stap perusahaan terkenal. Tapi beberapa tahun lalu dia, atau ayahnya, mungkin juga kakeknya dari kampung.

Sehingga dia hanya mau makan makanan yang mahal-mahal, ditempat terlihat mewah, ikut gaya-gayaan. Sehingga keuangan mereka habis oleh gaya-gayaan tersebut. Lupa masah depan lebih baik, lupa bayar pajak sepeda motor, lupa nyumbang panti asuhan, lupa membantu keluarga yang kesusahan, dan sebagainya.

Demikianlah sedikit gambaran para pengidap penyakit atfecs  atau para pemakan kotoran sosial. Pengidap penyakit atfecs juga korban sinetron, loh. Mereka mencontoh gaya-gaya peran orang kaya disinetron-sinetron. Padahal itu cuma cerita yang di tulis oleh penulis atau kreasi sutradara.

Tidak masalah kalau kamu memang mampu. Tidak masalah kalau kamu memang perlu. Tidak masalah kalau tidak menilai semua itu sebagai tanda keberhasilan. Tidak masalah kalau tidak ada niat ingin terlihat kaya.

Tidak masalah kalau tidak merasa tinggi dan hebat. Tidak masalah kalau tidak meremehkan orang lain. Tidak masalah kalau kamu biasa saja dan menilai sama rata. Lagi ada uang cukup makan ke tempat mewah. Lagi keuangan sulit makan di warung biasa. Membumi dan melangit jadi anda tidak perlu bersandiwara.

Dalam urusan kuliner tersebut penyakit atfecs ini biasanya merendahkan, seumpama gado-gado. Penjual gado-gado ibu-ibu di warung sederhana. Kamudian membandingkan dengan KFC dan merasa lebih bangga makan di sana.

Padahal KFC itu cuma ayam goreng dan nasinya hasil tanaman orang kampung. Juga ayam KFC hasil ternakkan orang kampung. Sausnya juga tomat dan cabai yang ditanam orang kampung. Kalau kamu seorang laki-laki dan punya calon istri.

Coba uji ajak makan di warteg. Lihat, apakah dia mau atau dia hanya terpaksa dan merasa malu. Itu berarti dia seorang wanita pengidap penyakit pemakan kotoran sosial, atfecs. Sulit anda memenuhi gaya hidupnya nanti kalau ganji anda masih pas-pasan. Korupsi  nanti kalau kamu jadi seseorang.

Kalau si pengidap atfecs belanja di pasar tradisional menawar dan takut sekali dibohongi pedagang kecil, merasa pintar dan merasa kelas tinggi. Kalau belanja di supermaket, misalnya membeli sayur kangkung tidak nawar karena sudah bertarip. Karena dia pengidap penyakit sosial atfecs kembaliannya di sedekahin ke kotak amal di sebelah kasir.

Itulah orang-orang pemakan kotoran sosial atau pengidap penyakit atfecs. Coba nilai dirimu, apakah termasuk pemakan kotoran sosial atau pengidap penyakit atfecs. Sederhana kenapa sihhh...!!!. Tak perlu sandiwara kenapa sihhh..!!!! Membumi dan melangit aja lah. Tak perlu terlihat sukses kalau kamu memang sukses. #Salam Revolusi Biru.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Sos.
Palembang, 10 November 2019.

Sy. Apero Fublic

0 komentar:

Post a Comment