11/09/2020

Cerita Singkat Naskah Klasik: Caretane Rama

Apero Fublic.- Pasukan Suwelagiri tengah membangun bendungan sebagai persiapan untuk menyerang Alengkapura. Tetapi pekerjaan tidak berjalan sesuai rencana. Sebab selalu ada gangguan seperti datangnya ombak samudra yang besar. Kadang juga ada serangan mahluk laut yang ganas dan buas.

Kejadian tersebut membuat Sri Rama kesal dan marah. Kemudian dia melepaskan panah ke tengah samudra. Akibatnya membuat semua mahluk laut kepanasan. Seorang bidadari lautan bernama Dewi Ratna memperingatkan Sri Rama jangan marah. Tetapi dia seharusnya berdoa memohon restu pada Dewata. Setelah memohon restu, pekerjaan membuat bendungan berjalan dengan lancar.

Di tempat lain, di Alengkapura Rahwana menyatakan kepada Dewi Sita bahwa Sri Rama dan Laksmana sudah tiada. Dewi Sita meminta bukti atas kematian Suami dan Adik iparnya. Untuk itu, Rahwana kemudian membunuh dua orang anak raja manusia, bernama Prayasangkala dan Kalisata. Lalu dia memenggal kepala keduanya dan mengirim kedua kepala itu pada Dewi Sita. Dia menyatakan kalau itu kepala Sri Rama dan Laksman.

Rahwana datang ke Pura tempat tinggal Dewi Sita. Tetapi dihalangi oleh Dewi Trijata. Sementara Dewi Sita pingsan saat melihat dua potong kepala di dalam baskom emas. Saat sadar dia menangis dan dihibur oleh Dewi Trijata. Serta menyatakan kalau dua kepala itu diragukan, kepala Sri Rama dan Laksman.

Di pantai tersebut ternyata tidak ada tanda-tanda pertempuran antara Rahwana dan Sri Rama sebagaimana yang diceritakan Rahwana. Dewi Trijata datang menemui Sri Rama dan Laksman dan menceritakan hal tersebut. Dewi Trijata kemudian Pulang ke Alengkapura dan memberikan pakaian Sri Rama yang dulu ditenun oleh Dewi Sita. Diam-diam Dewi Sita diawasi oleh Anoman. Dewi Sita juga mengucapkan terimakasih pada Dewi Trijata.

Suatu hari Rahwana kembali datang menemui Dewi Sita. Kemudian Dewi Trijata membuka kedok kebohongan Rahwana. Sehingga Rahwama marah dan hampir saja membunuh kemenakannya. Rahwana kembali dan dia sangat masgul. Dia kemudian memperbincangkan musuh yang sudah berada di gerbang Alengka.

Rahwana mengutus Sukasrana menyelidiki pembuatan kolam. Dia menyamar sebagai kera, tapi diketahui oleh Anoman. Ketika diminta untuk memanjat dia berteriak. Akibatnya Sukasrana dikeroyok prajurit kera Anoman. Lalu ditangkap dan dibawa kehadapan Sri Rama. Oleh Sri Rama dia dibebaskan kembali.

Sukasrana pulang ke Alengkapura negeri Rahwana. Kemudian menceritakan terbunuhnya Resi Subali oleh Sri Rama. Bercerita juga tentang kehebatan delapan prajurit kera satria, kehebatan senjata-senjata Sri Rama dan Laksmana beserta yang lainnya.

Rahwana menganggap cerita itu, sanjungan Sukasrana pada musuh. Dia marah dan hampir saja Sukasrana terbunuh kalau tidak berlari. Rahwana kemudian memerintahkan pada anaknya, Raja Lautan bernama Ganggasura untuk merusak bendungan Sindubanda yang dibangun Sri Rama.

Ganggasura kembali ke istananya di dasar lautan. Lalu memberi perintah pada raja jin untuk menjebol bendungan. Air laut pasang dan ombak membumbung tinggi. Hempasan mengenai hutan-hutan karena digerakkan para jin ikan. Anuman segera  membesarkan tubuhnya dan terjun ke laut. Laut diaduk-aduk sampai ikan bergelimpangan mati.

Anuman mengancam ikan-ikan yang masih hidup. Kalau mereka semua masih ingin hidup, maka jangan merusak bendungan Sindubanda. Ada seekor kepiting raksasa yang keras kepala dan tetap merusak bendungan. Kemudian kepiting dibanting-banting anuman dengan ekornya sampai mati. Bangkai kepiting dimakan oleh pasukan kera. Tapi tidak habis karena kepiting sangat besar sekali.

*****

Sri Rama dihadapan seluruh rakyatnya mengadakan pesta dengan makan buah-buahan dari surga. Serta makan makanan kiriman dari Raja Jayasinga dan Suranala dari negeri Antakapuri.

Pada kesempatan itu, Raja Sugriwa mengutarakan kekhawatirannya karena Kerajaan Alengkapura mendapat bantuan dari Raja Suksara dari negeri Indrapuri. Mendengar nada pesimistis dari Sugriwa. Sri Rama menjawab jika ada yang takut sekiranya tidak usah ikut dalam usaha merebut kembali Dewi Sita.

Sri Rama tidak mengharap bantuan siapa pun. Mendengar jawaban Sri Rama semua para satria wanara merasa malu. Bahkan Anuman marah pada Sugriwa yang dia katakan tidak tahu diri. Berbeda dengan Subali yang berhenti menatap.

Sri Rama berkata agar saat dalam peperangan melawan Dasamuka kelak jangan sampai ada yang turut campur. Pada saat mengucapkan kata-katanya saat itu Sri Rama tampak seperti Wisnumurti.

Sri Rama berangkat dengan membawa panahnya dan diikuti Laksmana, perwira kera, dan rakyat Mandrapura. Pasukan terdepan bernama Anggada dan Anila. Waktu berlalu, pasukan Sri Rama memasuki wilayah kerajaan Alengkapura. Saat tiba di Padang Danalaga mereka membangun menara pengintaian.

Dasamuka yang sudah mengetahui kedatangan pasukan Rama. Segerah memanggil anak-anaknya serta Arya Wibisana. Rahwana menjadi marah, sehingga wajahnya berubah menjadi sepuluh. Saat Wibisana menyarankan Dewi Sita dikembalikan.

Wibisana dan istrinya Dewi Sunaka beserta dua anaknya Durjaya dan Pardaya akhirnya diusir dari Alengkapura. Durjaya dan Pardaya akhirnya bergabung dengan pasukan Rama berkat perantara Anoman. Keinginan Wibisana mengabdi pada Rama, karena dia ingin mempelajari ilmu awal dan akhir kehidupan yang dimiliki Rama.

Kepergian Wibisana menjadi pembicaraan di seluruh Alengkapura. Ada rasa cemas dihati rakyat Alengka, tapi Rahwana tidak menanggapinya. Sebab Rahwana merasa dirinya adalah terhebat di dunia. Tapi dia tetap meminta bantuan juga pada putra-putranya dan negara-negara bawahannya.

Sekali lagi Rahwana diingatkan orang dekatnya, putranya Indrajit. Untuk mengembalikan saja Dewi Sita ke Rama. Rahwana menolak dan menyatakan bahwa keutamaan seorang raja adalah memegang teguh semua keyakinan dan ucapannya sampai mati. Lalu dia mengirim pasukan raksasa ke Danalaga dimana pasukan Rama sudah siap menanti.

Perang berkobar dengan hebatnya, korban berjatuhan dikedua belah pihak. Begitu juga Anoman yang sangat sakti, menghancurkan lawan-lawan dengan tangan, kaki, dan ekornya. Sepuluh orang raja bawahan Rakwana tewas.

Melihat kehebatan pasukan Indrapura sekali lagi Indrajit mengingatkan ayahnya, Rahwana. Namun dia tetap bersikeras dan dia juga mengutus seorang mentrinya untuk membangunkan Kumbakarna yang sedang tapa-tidur di Leburgangsa.

Para mentri tidak ada yang sanggup membangunkan Kumbakarna. Ternyata hanya Indrajit yang dapat membangunkannya. Indrajit kemudian diminta menemani menghadap Rahwana. Setelah itu, Kumbakarna bertanya apa alasan sehingga timbulnya perang. Indrajit menjelaskan semua sampai perginya Wibisana karena diusir Rahwana.

Kumbakarna membisu, tetapi hatinya tetap mengingat Dewata. Lalu diadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk membangkitkan semangat Kumbakarna. Tapi tetap tidak berhasrat untuk berperang. Kumbakarna kemudian menceritakan mimpinya saat bertapa.

Memang Alengkapura akan hancur oleh pasukan kerah. Karena sudah berbuat jahat pada Wisnumurti. Dia juga menganjurkan agar Dewi Sita dikembalikan pada Sri Rama. Walau demikian Kumbakarna tidak berkhianat pada kakaknya dan tetap patuh.

Sebagai Senapati Alengkapura, Kumbakarna maju ke medan perang diikuti putra-putra Alengkapura. Dipihak Rama pasukan juga dipersiapkan. Rama menjadi satu kelompok dengan Laksman, Wibisana, Sugriwa, Brata, dan Satruwigna.

Saat itu, Rahwana melihat sinar cemerlang di angkasa. Saat dia perhatikan ternyata dua sinar tersebut berwujud manusia. Sinar hijau adalah Sri Rama dan sinar putih adalah Laksmana. Rahwana tertegun dan mulai dia menyadari kalau lawannya bukan manusia sembarangan.

Perang berhenti ketika matahari terbenam. Malam harinya Rama membicarakan ilmu sejati atau ilmu kehidupan dengan Wibisana. Saat itu, para resi dan mahkluk yang hidup diangkasa menyembah Rama. Kemudian diperbincangkan bagaimana dapat bertemu dengan Sang Batara Taya.

Disinggung juga tentang cerita Krisna, Arjuna, dan Suyudana. Pada saat itu, Rama seperti Wisnu yang sedang berkendaraan garuda. Mengenai Rahwana dia mengatakan belum saatnya mati dalam perang ini. Hal itu dikarenakan tulah ibunya dan leluhur orang Selan yang dikenal dengan nama Sang Purwaningjanma.

Sedangkan Anoman tidak akan terkena kematian selamanya karena sudah mengalami kematian sewaktu bayi. Kemudian jasadnya direndam kedalam air hidup sampai meresap ke tulang-tulangnya sampai dia hidup kembali.

*****

Rahwana kembali mengirim pasukannya, dipimpin oleh pamannya, Pati Janmantri maju ke medan perang. Dibantu oleh Bubutbis yang memiliki kemampuan dimana pancaran matanya mengandung racun pembakar. Kepada Bubutbis Rahwana menjanjikan tahtah Alengkapura padanya apabila dia dapat menghancurkan musuh. Rahwana juga menghayalkan bagaimana hancurnya pasukan kera terbakar racun api, bubutbis.

Rencana Rahwana diketahui oleh Wibisana lewat mantra tenungnya. Alat penangkis api beracun dipersiapkan, berupa kaca yang dibuat dari besi purasani sepanjag sepuluh depa. Anoman mendapat tugas menggunakan cermin purasani itu.

Ketika Bubutbis membuka topengnya, Anoman langsung mengarahkan cermin purasani padanya. Sehingga Bubutbis menatap wajahnya sendiri. Sehingga seluruh sinar racun api dari wajahnya berbalik mengenai wajahnya dan membakar tubuhnya sendiri.

Mendengar kematian anaknya yang dia andalkan, Rahwana menangis. Rahwana tahu, pasti semua itu karena saran dari Wibisana. Membuat kebencian Rahwana pada Wibisana semakin menggunung.

Pati pasukan kera, Kapi Jambawan tampil ke medan perang untuk menghadapi Sang Janmamantri. Akan tetapi Janmamantri tidak mau melayani Kapi Jambawan. Pertarungan diwakili oleh anaknya bernama, Prahastautama.

Prahastautama mengamuk hebat membuat banyak korban berjatuhan dipihak Rama. Anoman kemudian juga mengamuk dan mengalakan banyak lawan. Kemudian Prahastautama dan empat ratus denawa dapat ditawan. Melihat kekalahan terus terjadi, membuat Rahwana bersedi. Sehingga Indrajit ingin ikut terjun ke medan perang, tapi dicegah.

Perang kembali berlanjut, kali ini pasukan dipimpin oleh anak Kumbakarna, Akumba dan Anikumba.  Di pihak Rama maju pasukan yang dipimpin Anggada dan Kapimenda. Anggada berhasil mengalahkan Akumba, sedangkan Anikumba tewas ditangan Anoman.

Dasamuka (Rahwana) menangis bersedih, lalu tampil anaknya bernama Patalamarian. Patalamariyan memiliki ide menculik Sri Rama. Dengan kecerdikan dan kelicikannya akhirnya dia dapat menculik Rama. Rama dia bawa ke telaga Nuradipa. Lalu dimasukkan kedalam istana berhala melalui pohon kamboja. Untung Anoman berhasil melacaknya.

Dalam pelacakan Anoman bertemu dengan Sampuradin dan Kudyenda. Keduanya juga dibantu pasukan raksasa penjaga istana Patalamariyan. Tapi mereka semua tidak dapat mengalahkan Anoman. Bahkan Sampuradin dilemparkan oleh Anoman ke atas gunung dan terjepit batu.

Kemudian Anoman melihat kota-kota siliman yang lebih indah dari Kota Alengkapura. Di sebuah taman Anoman bertemu dengan seorang perempuan bernama Nyarani yang sedang menangis. Karena salah seorang anaknya dibunuh oleh Rahwana. Sedangkan anaknya yang bernama Prayabuana dipenjara.

Nyarani bersedia membantu menemukan Anoman memasuki istana Patalamariyan serta menunjukkan ruang berhala. Asalkan Anoman bersedia merajakan anaknya yang sedang dipenjara.

Anoman memperkecil dirinya menjadi sebesar biji sawi. Lalu masuk kedalam junjungan yang dibawa Nyarani. Kemudian dia masuk kedalam Benteng Ratna melallui pintu Pramudita yang dijaga oleh Tugangga. Anoman diketahui oleh penjaga Tunggangga, sehingga terjadi perang tanding keduanya.

Pertarungan mereka sangat dahsyat, kekuatan dan kesaktian sama. Rupa mereka sama, hanya berbeda ada tua dan muda. Dari percakapan keduanya kemudian diketahu kalau mereka ternyata ayah dan anak. Tugangga akhirnya membantu ayahnya membebaskan Sri Rama.

Patalamariyan melarikan diri, namun saudaranya bernama Abrama tewas. Lalu kepalanya dilemparkan ke tempat markas musuh. Beberapa waktu kemudian Patamalariyan menantang perang tanding Sri Rama. Tantangan tersebut disambut oleh Sri Rama. Akhir pertarungan kepala Patamalariyan terpenggal oleh panah Sri Rama.

Sementara itu, Tugangga bersama rakyat raksasanya datang menghadap Sri Rama. Tugangga mendapat hadia kalung Ratna dari Sri Rama.

Rahwana kemudian memutuskan untuk terjun ke medan perang. Namun dicegah oleh kelima anaknya, Indrajit, Trisirah, Trikaya, Narantaka dan Dewantaka. Sebenarnya Rahwana tidak tega melepaskan anak-anaknya, kecuali Indrajit. Maka dia berpesan pada Indrajit agar menjaga adik-adiknya.

Prahasta yang tertawan rupanya dapat melarikan diri. Kemudian dia perang tanding dengan Anila. Karena ada perang tanding tersebut, membuat kelima putra Rahwana belum maju ke medan perang. Prahasta kemudian tewas ditangan Anila, dipukul dengan tugu batu oleh Anila. Kematian Prahasta membuat Rahwana bersedih dan hampir berhari-hari dia tidak berkata-kata.

*****

Kembali Kumbakarna dibangunkan oleh Rahwana. Lalu dia maju ke medan perang menghadapi pasukan Rama. Bumi bergoyang, lautan bergelombang, seisi dunia terpana melihat kedahsyatan Kumbakarna. Bahkan dewa-dewa merasa ngeri melihatnya.

Melihat kehebatan Kumbakarna membuat pasukan Sri Rama takut. Padahal selama ini mereka selalu pemberani sekali disetiap pertempuran. Untuk menghadapi Kumbakarna majulah Raja Sugriwa. Dia bersenjata kayu yang besarnya seratus pelukan orang dewasa.

Namun Raja Sugriwa tidak dapat mengalahkan Kumbakarna, sampai dia pingsan. Kumbakarna membawa Raja Sugriwa untuk diserahkan pada kakaknya Rahwana. Mengetahui itu, Anoman meniup angin kencang dan membuat Sugriwa siuman. Lalu dia menggigit dan menarik telinga Kumbakarna seraya melompat.

Kumbakarna kembali mengamuk lebih hebat dari semula. Wibisana menyarankan agar Sri Rama dan Laksmana menghadapi Kumbakarna bersama-sama. Selanjutnya, Kumbakarna juga tewas oleh hujanan anak panah Sri Rama dan Laksmana.

Setelah Kumbakarna gugur, Sri Rama mengutus Anoman menemui Rahwana menawarkan perdamaian asal dia mau mengembalikan Dewi Sita. Usul perdamaian Sri Rama ditolak oleh Rahwana.

Karena usul perdamaian ditolak, maka peperangan kembali berkobar. Kali ini dari pihak Rahwana maju Dumraksa berhadapan dengan Anila. Tetapi Dumraksa kemudian tewas ditangan Anoman. Kampana maju menuntut balas, tapi nyawanya ditentukan oleh hantaman pohon tal di tangan Anoman.

Akhirnya pasukan Alengkapura buyar seperti gerombolan kijang dihalau harimau. Mereka melapor ke Rahwana dan dia mengerahkan pasukan perwira raksasa. Keempat putra Rahwana, Trisirah, Trikaya, Narantaka dan Dewantaka turut menyerbu tanpa perlindungan dari Indrajit.

Keempat putra Rahwana dihadapi oleh, Anila, Anggada, Tugangga. Dia mendapat perintah ayahyan untuk melindungi Anggada yang dikeroyok anak-anak Rahwana. Akhir pertarungan mereka keempat anak Rahwana gugur. Membuat Rahwana marah besar pada Indrajit. Indrajit mohon diri hendak meminta bantuan kepada ibunya di Kayangan Tinjumaya agar dapat mengerahkan pasukan gegananya.

Rahwana sudah bersiap maju ke medan perang. Tiba-tiba datang anaknya yang berkerajaan di dalam lautan, Sang Ganggasura.  Dia membawa semua pasukannya, siap menggantikan Rahwana di medan perang. Ganggasura akhirnya tewas terkena panah Sri Rama. Sedangkan seratus raja bawahan Ganggasura menyerah.

******

Indrajit memaparkan rencana hendak berperang dari angkasa dengan bantuan bala tentara ibunya. Rencana tersebut didengar Anoman yang sedang menyusup ke istana Alengkapura. Sekembalinya, dia menceritakan dan menyarankan agar Sri Rama meminta bantuan Sang Garuda. Agar pasukan kera terlindungi dari serangan Indrajit.

Saran diterima, kemudian Sang Garuda membawa segala burung bawahannya. Kebetulan mereka juga ingin menuntut balas terhadap Rahwana. Karena Rahwana telah membunuh saudara mereka Sang Ginayu (Jatayu) dalam peristiwa penculikan Dewi Sita dahulu.

Selama empat puluh hari-empat puluh malam markas pasukan Sri Rama dihujani oleh bebatuan dan air oleh pasukan Indrajit. Tapi oleh burung-burung pimpinan sang garuda semua serangan itu mereka tangkap dengan sayap mereka. Lalu bebatuan dan air mereka lempar diluar markas pasukan Sri Rama.

Saat Sri Rama sedang beristirahat dan berbincang-bincang dengan rekan-rekannya. Indrajit menyelinap dan memanah Sri Rama dengan panah beracun. Seketika Sri Rama jatuh pingsan. Sri Rama sembuh setelah diobati dengan ramuan dari pohon Mretasarana. Indrajit berhasil menyusup dan dapat membunuh ribuan pasukan kera. Indrajit juga berencana membunuh Sri Rama. Untung kedatangannya diketahui oleh Wibisana.

Sepeninggal Indrajit Wibisana membangunkan Sri Rama dan para punggawa. Anoman segera diutus mengambil daun Sandilata di Gunung Imagiri. Karena lupa akan tempat dan wujud Sandilata. Anoman memenggal gunung Imagiri dan dibawanya ke pesanggrahan. Berkat daun Sandilata ribuan pasukan kerah yang mati dapat hidup kembali. Semua usaha Indrajit menjadi sia-sia.

Rahwana semakin bingung bagaimana cara menghadapi Sri Rama dan pasukannya. Dia hampir putus asa, dan hampir saja dia membunuh Dewi Sita karena keputusasaannya. Niat membunuh Dewi Sita digagalkan Indrajit.

Rahwana meminta Indrajit menciptakan wanita yang menyerupai Dewi Sita. Kemudian wanita mirip Dewi Sita dibunuh, sedangkan Dewi Sita yang asli disembunyikan. Berita meninggalnya Dewi Sita menyebar. Menyebabkan Sri Rama sakit dan berkali-kali jatuh pingsan. Wibisana mengutus Anoman untuk menyelidiki kebenaran atas pembunuhan Dewi Sita.

Anoman melihat Indrajit dan para resi-sogata sedang memuja sebuah baju. Hal tersebut dilaporkan kepada Wibisana. Menurut Wibisana setelah baju dipuja selama empat puluh hari secara khusyuk. Baju akan menjadi sangat bertuah bagi pemakainya. Jika pemakai baju tersebut menyebut nama seseorang supaya mati. Maka matilah orang tersebut.

Begitu juga sebaliknya, apabila si pemakai mengusap orang mati dan meminta dia hidup kembali. Maka orang mati tersebut akan hidup kembali. Untuk menghilangkan keampuhan pakaian tersebut. Satu-satunya cara yaitu dengan menghancurkan kelompok para pemujanya. Tugas tersebut berhasil dilakukan Anoman dengan baik.

Kehancuran pemujaan tersebut membuat Indrajit murka. Dia kemudian menyerbu ke medan perang dengan mengendarai kereta perang angkasa. Yang menghadapi Laksman dan Anoman. Laksman duduk di bahu Anoman. Para satria yang bertarung mendapat perhatian para dewa, mambang angkasa, dan peri. Mereka mengadu kekuatan panah dan Indrjit terdesak. Kemudian dia melepaskan panah sakti Panah Anugera Hyang Brama.

Panah Hyang Brama hanya mendekati musuh yang memegang senjata. Wibisana meminta semuanya melepaskan senjatanya. Sri Rama kemudian berdoa pada Hyang Suksmanasa. Panah Hyang Brama seketika menjadi bunga yang mekar dan wangi menempel di dada Sri Rama. Indrajit memaki pamannya, Wibisana karena memberitahu tentang panah Hyang Brama.

Perang kembali berkobar, dengan kereta ratnanya Indrajit menyusup ke angkasa dan bersembunyi di mega putih. Lalu dia pergi menghadap ayahnya. Dia sekali lagi meminta Dewi Sita dikembalikan pada Sri Rama. Rahwana tetap menolak, bahkan walau dia kalah melawan Sri Rama. Itu sudah menjadi kehendak Hyang Suksmanasa. Seandainya dia menang juga tidak lagi duduk di tahtah Alengkapura, Dia ingin menjadi bengawan.

Indrajit kembali maju kemedan perang. Sebelum berangkat perang dia meminta restu ibunya, Dewi Windranarum. Ibunya menjelaskan kalau Sri Rama adalah titisan Wisnu.  Sedangkan Laksmana adalah titisan Hyang Basuki. Dalam perang kali ini, kembali Indrajit dipukul mundur oleh pasukan Sri Rama.

Indrajit kembali ke purinya dan bertemu dengan anak istrinya, Dewi Kumala. Istrinya sedang tertidur di dalam sanggar. Keduanya berkasih-kasih seolah-olah tanda perpisahan. Suasana sangat mengharukan ketika dia menitipkan anak-anaknya pada ibunya.

Indrajit kemudian melakukan serangan pada malam hari. Saat mendengar Indrajit melakukan serangan malam hari. Rahwana mengira kalau Indrajit akan memenangkan peperangan. Kemudian dia menyambut dengan menabuh gamelan. Dari pasukan kera, yang menghadapi pasukan Indrajit hanya Laksmana dan beberapa orang manggala saja. Pertempuran berlangsung sampai malam hari. Akhirnya Indrajit gugur ditangan Laksmana.

Berita kematian Indrajit disampaikan kepada Dewi Kumala dan Indrapuri oleh seorang mantri raksasa yang bernama Polamadewa. Ibu dan Istri Indrajit jatuh pingsan. Setelah kematian Indrajit, pasukan kera bukannya tenang. Mereka sering menjadi gempar karena seolah-olah Indrajit kembali datang menyerang.

Dalam pada itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa Indrajit adalah titisan Patih Suwanda dari Maispati. Titisan Patih Suwanda tersebut akhirnya mati oleh titisan Arjunasasrabahu, yaitu Sri Rama. Rahwana membiarkan Indrajit melawan Sri Rama. Padahal Sri Rama tidak pernah melupakan musuh lamanya.

Dewi Kumala memberi kabar pada kedua pamannya, Prabu Malawana dan Prabu Sumalawan tentang kematian Indrajit. Kedua raja tersebut datang ke Alengkapura dan disambut Dasamuka (Rahwana).

Kemudian datang juga Prabu Mulatani paman Patalamariyan. Kemudian di Alengkapura diadakan pesta empat puluh hari empat puluh malam. Setelah pesta berakhir baru berangkatlah tiga raja tersebut menyerang pasukan Sri Rama.

Waktu berlanjut, beberapa perwira raksasa terbunuh oleh pasukan kera. Membuat Prabu Mulawana dan Sumalawan sangat marah. Kemudian keduanya terbang ke angkasa dan merubah wujud menjadi berkepala, berkaki, dan bertangan seribu.

Wujud kekuatan mereka dapat dihancurkan oleh Sri Rama. Akan tetapi setelah hancur mereka kembali seperti semulah. Sri Rama dapat petunjuk dari dewata untuk mengalahkan keduanya. Petunju menyatakan kalau mereka cukup dipanah sekali saja. Benar saja, Mulawana dan Sumalawan akhirnya tewas di tangan Sri Rama. Menyusul tewan juga Raja Mulatani. Sementara Anoman berhasil mengalahkan Sang Polamadewa.

******

Saudara, anak, raja-raja bawahan, dan punggawa kepercayaan semua sudah tiada. Sekarang Rahwana tinggal sendirian, maka majulah dia ke medan perang. Dengan percaya diri Rahwana maju ke medan perang. Dengan mengendarai gajah, bersenjata limpung. Lalu dihadapi oleh Raja Sugriwa.

Raja Sugriwa terbunuh oleh Dumraksa dan Wirupaksa. Keduanya kemudian terbunuh juga oleh Anggada. Terjadi percakapan antara Laksmana dengan Rahwana. Laksmana menyatakan kalau Rahwana tidak sederajad dengannya. Hal tersebut membuat Rahwana marah dan mengamuk. Mengadu kesaktian panah dengan Laksmana. Panah milik Rahwana bernama Gunaadi dan panah Laksmana bernama Panah Ruksanandi.

Rahwana kemudian melepaskan panah Dedya ke arah Wibisana. Laksmana dan para perwira kera siap melindungi Wibisana. Laksmana melindungi Wibisana dengan tubuhnya dari serangan panah dedya. Walau Laksmana memakai baju baja tembus juga oleh mata panah dedya. Mata panah menancap di perut Laksmana, dan dia langsung jatuh pingsan. Kemudian dibawa ke pesanggrahan.

Semua yang menunggun mengais sedih, terlebih Wibisana yang berhutang nyawa. Wibisana juga khawatir karena terlambat sedikit pengobatan akan merenggut nyawa Laksmana.

Anoman segerah pergi mencari obatnya. Tapi dia tidak tahu apa obatnya. Dia pergi dengan harapan ada yang dapat memberi tahu. Sri Rama ingin mencabut panah dedya. Tapi dicegah Wibisana karena menurutnya, kemungkinan besar panah telah tumbuh dan berakar menjerat hati Laksmana.

Sementara itu, Rahwana memerintahkan seorang raksasa menyamar menjadi seorang resi. Dia ditugaskan untuk memberikan obat palsu pada Anoman. Maka pergilah raksasa tersebut ke Telaga Malamalawira. Kemudian datang Anoman yang bertanya dan meminta obat kepada resi palsu itu.

Anuman disuruh minum air Telaga Malamalawira oleh resi palsu anak buah Rahwana. Akan tetapi sebelum sempat minum, Anoman disambar oleh buaya besar, dan tertelan. Anoman kemudian menghancurkan buaya itu, kemudian bangkainya langsung menghilang.

Kemudian muncul seorang bidadari yang dahulunya dikutuk menjadi buaya. Bidadari tersebut menyatakan dapat membantu menyembuhkan Laksmana. Tapi sebelumnya dia meminta Anoman membunuh resi palsu kiriman Rahwana. Dengan mudah Anoman dapat mengalahkan resi palsu itu.

Anoman mendapat petunjuk supaya mengambil pohon Srenggasari di gunung Malasunya. Anoman membawa gunung Malasunya ke pesanggrahan. Kemudian akar, kulit dan daun pohon srenggasi lalu diramu oleh Wibisana. Akan tetapi untuk menghaluskan ramuannya diperlukan batu amerta, yang tersimpan di istana Alengkapura. Tersimpan di dalam kamar tidur Rahwana yang sangat sulit dimasuki.

Anoman yang sangat sakti berhasil menyusup kedalam kamar tidur Rahwana. Dai masuk melalui lubang hidung hiasan berbentuk kepala naga yang selebar lobang jarum. Kemudian Anoman mengikat rambut Rahwana dengan rambut permaisurinya dengan simpul mati.

Setelah mengambil batu amerta, Anoman makan dan baru dia kembali meninggalkan istana Alengkapura. Ramuan obat dapat diramu, dan Laksmana tertolong. Begitu juga dengan pasukan kerah yang mati juga hidup kembali berkat ramuan Wibisana.

Betapa terkejut Rahwana ketika dia merasakan rambutnya terpintal jadi satu dengan rambut Dewi Mandradari, permaisurinya. Terlebih lagi ketika dia membaca tulisan Anoman pada hiasan naga. “Pintalan rambutmu tidak akan terlepas apabila permaisurimu tidak mengusap kepalamu sebanyak tiga kali.”

Rahwana terpaksa meminta permaisurinya untuk mengusap kepalanya sebanyak tiga kali. Sehingga membuat semua jampi-mantranya lenyap. Sekaligus kesaktiannya akan hilang setengahnya. Sebab begitulah ketentuan dari Sang Hyang Taya kepadanya.

Rahwana menjadi sangat malu saat Anoman meneriakkan peri kesembuhan Laksmana. Juga meneriakkan segalah tingkah lakunya ketika di istana Alengkapura. Rahwana kemudian bersiap berperang kembali. Wajahnya sudah menjadi sepuluh dan tangannya sudah menjadi dua puluh, semuanya memegang panah sakti.

Kedatangan Dasamuka atau Dasabahu atau Rahwana dengan pasukan lengkapnya hanya dihadapi oleh Sri Rama dengan sebelas orang pengiring. Dalam perang tersebut Sri Rama dalam beberapa hari tidak dapat mengalahkan Rahwana karena aji pancasonanya. Setelah tujuh hari berperang tanpa hasil, Sri rama mengutus Anoman menemui Dewi Sita untuk mencari kelemahan Rahwana.

Kebetulan Dewi Sita pernah mendengar perihal kelemahan Rahwana. Kelemahan terletak di pangkal telinga kanan, dan pusaka limpung (semacam gada) yang selalu dipuja oleh Dewi Mandradari siang dan malam selama Rahwana perang.

Dari petunjuk tersebut Rahwana dapat dikalahkan. Rahwana terluka parah lalu dia tewas setelah dipukul dengan senjata pusaka miliknya sendiri. Sebelum mati, Rahwana menjelaskan kalau dia hanya menjalankan takdir tuhan. Sebagai contoh pada manusia dimana mereka akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Dia sebenarnya tidak mati, tapi seolah-olah mati.

Setelah itu, Alengkapura diserahkan Sri Rama pada Sang Janmamantri. Semua kemudian kembali ke negeri masing-masing. Anoman membawa Sri Rama menemui Dewi Sita. Cerita sastra dari naskah kalsik ini masih berlanjut. Seperti adanya fitnah yang menimpa Dewi Sita.

Dikisahkan saat Dewi Sita sedang hamil lima bulanan. Dewi Kawakya istri Bradana meminta Dewi Sita melukis wajah Rahwana di kipas Dewi Kawakya. Karena dibujuk terus akhirnya Dewi Sita mencoba melikis wajah Rahwana dengan mereka-reka saja.

Dewi Sita sedang tidur dan kebetulan Sri Rama keluar dari ruang balairung. Kawakya kebingungan ingin menyembunyikan kipasnya. Kamudian dia letakkan di atas perut Dewi Sita yang tertidur. Melihat kipas tersebut membuat Sri Rama marah, dan tidak mau mendengar penjelasan Dewi Sita. Kemudian dia mengusir Dewi Sita dari istana Durjayapura.

Dewi Sita pergi bersama empat ratus pengiringnya yang berasal dari Darawatiprawa. Kesanalah akhirnya dia kembali. Sesaat sebelum dia berangkat, dia berkata. “Barang siapa bersalah, pasti akan menjadi bisu selama-lamanya. Jika aku tidak bersalah seisi hutan akan berbelas kasihan kepadaku.”

Oleh. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Sumber: Sudibjo Z. Hadisutjipto. Caretana Rama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985.

Sy. Apero Fublic. 

0 komentar:

Post a Comment